JAKARTA - Dalam dua dekade terakhir pasca reformasi, bangsa
Indonesia sepertinya belum bisa bergerak maju memanfaatkan potensi
sumberdaya yang dimiliki. Bangsa Indonesia juga terlihat sibuk dengan
'pekerjaan rumahnya' sendiri, sehingga lupa untuk melihat ke dunia luar
yang sedang menuju pembentukan keseimbangan baru.
"Energi
bangsa ini terserap oleh bermacam-macam konflik yang tidak perlu, dan
justru menciptakan pembelahan dan polarisasi masyarakat, yang membuat
kekuatan kita sebagai suatu bangsa melemah," kata Ketua Umum Partai
Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Muhammad Anis Matta dalam
keterangannya, Sabtu (20/6/2020).
Menurut Anis,
untuk bergerak maju diperlukan tiga fitur utama dalam masyarakat
Indonesia agar tercipta daya dorong yang kuat bagi kemajuan bangsa ini,
yaitu Efektif, Inovatif dan Kolaboratif.
Saat
ini, lanjutnya, energi bangsa Indonesia terlalu banyak dihabiskan untuk
konflik internal dan sosial di masyarakat, sehingga tidak efektif.
Karena
itu, diperlukan menumbuhkan kembali semangat persaudaraan, mendorong
lahirnya pemimpin-pemimpin berjiwa besar yang mampu menginspirasi
bangsanya untuk bergerak, bukan dengan kekuatan pemaksa dan otoritas.
"Jadi
kita perlu menumbuhkan lahirnya masyarakat efektif dengan menciptakan
kembali 'energi sosial' yang akan menjadi tenaga penggerak bangsa ini
untuk maju," terang Anis.
Sedangkan mengenai
inovatif, Anis menilai inovasi tidak selalu kaitannya dengan
temuan-temuan ilmiah dalam dunia sains, tapi juga metode-metode baru
dalam memecahkan persoalan masyarakat.
"Kita
perlu mendorong lahirnya masyarakat berpengetahuan (knowledge society).
Sebuah masyarakat yang ditandai dengan pemerataan pendidikan tinggi dan
pemanfaatan pengetahuan serta inovasi sebagai faktor utama dalam
penciptaan kemakmuran, mendahului faktor produksi klasik lainnya," ujar
Anis.
Penyuka buku karya Soekarno-Hatta ini p
berharap individu dan komunitas bisa saja mendorong terwujudnya
masyarakat berpengetahuan di Indonesia. Namun, untuk mewujudkannya
dalam skala yang lebih luas dan waktu yang relatif lebih singkat,
kebijakan pemerintah akan jauh lebih berpengaruh.
"Kebijakan
yang terencana dengan dukungan anggaran yang lebih pasti, akan membuat
proses pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan lebih efektif,"
ungkapnya
Sementara terkait kolaboratif, Anis
menegaskan, persoalan bangsa ini terlalu besar untuk diselesaikan oleh
otak satu orang. Juga terlalu rumit untuk diselesaikan oleh pikiran satu
orang. Oleh karena itu kata dia, dibutuhkan semangat kolaborasi sesama
anak bangsa.
"Kita tidak perlu menunggu
seorang 'superman' atau seorang juru selamat untuk datang menyelesaikan
persoalan-persoalan kita," tegas Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini.
.
Bangsa ini, imbuh dia, memiliki otak-otak cerdas dan bakat-bakat hebat yang tersebar di berbagai penjuru negeri.
"Lihat
saja prestasi-prestasi luar biasa pelajar-pelajar dan mahasiswa
Indonesia yang mengikuti kompetisi-kompetisi global, tidak kalah dari
negara-negara maju," ujarnya.
Anis berpandangan
yang belum dilakukan bangsa ini adalah mempertemukan otak dan
bakat-bakat hebat ini dalam semangat kolaborasi untuk kepentingan
bangsa Indonesia.
Potensi-potensi berserakan
ini perlu diwadahi oleh negara, dengan menyediakan ruang-ruang
kolaborasi dan penghargaan terhadap kontribusi serta karya-karya
mereka.
"Dengan hadirnya masyarakat yang
efektif, inovatif dan kolaboratif, maka kita telah menciptakan suatu
budaya baru pada bangsa kita. Budaya yang menjadi modal besar bagi
bangsa Indonesia untuk tumbuh menjadi negara maju, melengkapi modal
bonus demografi dan kekayaan alam. Maka, mimpi untuk menjadikan
Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia akan sangat mungkin terwujud di
masa depan," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment