BEBERAPA hari
yang lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengingatkan
masyarakat agar tidak terpecah belah menjelang Pilkada nanti.
Pernyataannya ini disampaikan pada pembukaan Kamis, 29 Desember 2019 lalu. Beliau juga
mengingatkan agar tidak ada masyarakat yang saling ejek atau cemooh
menjelang Pilkada nanti, apalagi kita adalah sebuah negara yang besar.
Pernyataannya ini terkait dengan Pilkada yang akan serentak diadakan di
beberapa kabupaten/kota pada 2020 ini.
Pemilihan kepala daerah tahun ini akan diisi dengan
calon-calon pemimpin yang berkualitas. Sebagai masyarakat pun tentunya
kita juga menginginkan pemimpin yang amanah, anti korupsi, mampu
meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memajukan daerah. Sayangnya,
masyarakat saat ini berada di ambang keraguan akan kepercayaan para
calon pemimpin. Hal ini dikarenakan perbedaan antara janji saat kampanye
dan kenyataan yang diterima masyarakat saat telah terpilih. Beberapa
pemimpin daerah bahkan tersangkut masalah korupsi, tidak terealisasinya
janji, dan kasus lainnya.
Bahkan belakangan ini, terdapat beberapa Pilkada yang
diwarnai dengan perpecahan. Ada yang saling mengejek, mencemooh, bahkan
memfitnah. Berbagai usaha dilakukan para pendukung fanatik untuk membela
calon pilihannya, walau harus menggunakan cara yang kurang
baik.Kehidupan harmonis antar tetangga pun terganggu karena saling kukuh
membela calon pilihan. Perilaku pemilih yang seperti ini jelas sangat
merugikan, karena mereka tidak dapat melihat kebenaran yang ada. Mereka
hanya berusaha membela calonnya tanpa menghiraukan yang lain.
Menurut ahli politik, terdapat beberapa perilaku pemilih dalam pemilihan umum.
· Memilih berdasarkan persamaan golongan, suku, agama atau status sosial
Pemilih yang dapat masuk ke
kategori ini adalah pemilih yang hanya akan memilih calon dan pasangan
calon yang berasal atau pun memiliki golongan, suku atau agama yang sama
dengan dirinya tanpa memedulikan prestasi atau menyelidiki terlebih
dahulu apakah sang calon bisa membawa daerahnya dan Indonesia ke dalam
posisi yang lebih baik.
· Memilih berdasarkan persamaan ideologi
Pemilih yang masuk kedalam
kategori ini adalah para pemilih yang hanya akan memilih pasangan calon
berdasarkan ide atau gagasan yang dimilikinya. Pemilih yang masuk
kedalam kategori ini biasanya lebih senang mendengar janji – janji dari
pasangan calon tanpa berpikir panjang apakah sang calon mampu
mewujudkannya.
· Memilih berdasarkan pemberian yang diterimanya dari calon pilihannya
Walaupun hal ini sudah di larang
oleh pemerintah, akan tetapi masih banyak pemilih yang hanya akan
memilih calon tertentu karena di kasih tunjangan sebelum pemilihan itu
berlangsung.
· Memilih berdasarkan rekam jejak dan prestasi calon
Pemilih yang masuk kedalam
kategori ini adalah pemilih yang bijak yang telah mempelajari setiap
calon dalam PILKADA dan melihat calon mana yang paling bisa membawa
daerahnya dan Indonesia di posisi yang lebih dari sebelumnya tanpa
memandang isu SARA.
Kategori pemilih yang pertama,
kedua dan ketiga jelas sangat merugikan dalam Pilkada. Ini dikarenakan
mereka tidak dapat melihat kenyataan dan kebenaran dari para calon.
Mereka memilih tanpa menyeleksi sendiri calon pilihannya. Bahkan
walaupun mereka mengetahui kebenarannya, mereka tetap teguh pada
pilihannya. Biasanya pemilih dengan perilaku yang seperti inilah yang
memunculkan perpecahan saat pemilihan umum. Mereka bisa sangat berani
untuk tampil membela calon pilihannya mati-matian. Padahal masa depan
mereka berada dalam pilihan mereka sendiri.
Memang berbedaan pada saat
PILKADA adalah salah satu hal yang tidak bisa di elakan. Akan tetapi,
sebagai bagian dari bangsa besar kita harus saling meghargai perbedaan
yang kita miliki. Tidak ada perbedaan yang lebih atau lebih besar, tidak
ada pilihan yang benar atau salah. Oleh karena itu isu SARA yang hanya
ingin memecah belahkan bangsa harus sama – sama di hindari. Karena di
dalam pilkada yang harus sama – sama dimengerti adalah apakah pilihannya
akan membawa perubahan yang lebih baik kepada bangsa Indonesia
Jadilah pemilih yang baik dan
bijaksana. Jangan terkecoh dengan janji dan pencitraan para calon. Kita
boleh saja berbeda pendapat dengan yang lain. Tapi jangan jadikan
perbedaan tersebut menjadi bibit perpecahan di masyarakat.
Berikut adalah beberapa tips menjadi pemilih yang cerdas dan bijaksana:
1. Periksa rekam jejak calon
Jangan mudah percaya dengan
pencitraan yang biasanya dilakukan para calon menjelang Pilkada.
Beberapa calon justru sangat baik dalam pencitraan, tapi buruk dalam
realisasi program. Telusuri riwayat pendidikan, keluarga, prestasi dan
bahkan kasus yang pernah menjerat mereka. Hal ini akan sangat berguna
dalam memilih calon yang berkualitas.
2. Perhatikan visi dan misi yang diusung
Cermati dengan baik apa visi dan
misi calon para pemimpin, lihat apakah visi dan misi tersebut mungkin
untuk direalisasikan, apakah visi dan misi tersebut sesuai untuk
kemajuan dan kesejahteraaan masyarakat di daerah Anda.
Lihat juga program yang mereka
janjikan, apakah program tersebut sesuai dan dapat dicapai oleh calon.
Perhatikan kemampuan dan prestasi mereka di masa lalu untuk menentukan
apakah mereka mampu atau tidak mewujudkannya.
3. Jadilah pemilih yang rasional
Jadilah pemilih dari kategori
yang keempat, yaitu pemilih rasional yang memilih berdasarkan rekam
jejak dan prestasi calon pemimpin, juga tidak berada dalam tekanan
apapun dalam memilih pemimpin. Pemilih dalam kategori ini adalah pemilih
yang baik, yang memikirkan masa depan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Mereka lebih mengerti integritas dari para calon kepala daerah baik
secara subjektif maupun objektif.
4. Menghindari perdebatan dengan pemilih lainnya
Jika Anda sudah melakukan ketiga
hal di atas, maka yang terakhir adalah menghindari perdebatan dengan
pemilih lainnya. Biasanya pemilih yang sering melakukan perdebatan
adalah pemilih di kategori satu, dua, dan tiga seperti di atas. Walaupun
Anda merasa benar, sebaiknya tetap hindari perdebatan. Namun jika Anda
memang mengetahui sebuah kebenaran, Anda bisa menjelaskan dengan halus
dan sopan kepada orang yang ngotot berdebat dengan Anda. Memang sangat
sulit menghadapi orang seperti ini, tapi ingatlah untuk selalu
menghindari perdebatan sebisa mungkin. Jangan sampai hanya karena
Pilkada yang datang 5 tahun sekali, Anda harus putus silaturahmi dengan
kerabat atau teman Anda. Sungguh sangat disayangkan, bukan.
Sebagaimana keberagaman suku dan
agama di Indonesia, keberagaman pendapat dalam memilih calon pemimpin
juga tidak dapat dipungkiri. Ada yang memilih A dan ada juga yang
memilih B. Namun jadikan keberagaman tersebut sebagai pemersatu bangsa,
bukan sebagai perpecahan. Keberagaman pendapat inilah yang akan membuat
Pilkada justru semakin berwarna dan meriah.
Jangan mudah terhasut atau ikut
dengan ajakan dalam tindakan yang menjadi bibit perpecahan bangsa.
Sesungguhnya perpecahan dan bentrokan yang terjadi hanya akan
menguntungkan pihak tertentu yang jelas tidak pernah memikirkan masa
depan bangsa. Mereka hanya akan tertawa melihat para pendukungnya
berusaha membela mereka mati-matian, sementara mereka mengeruk
keuntungan dari perpecahan tersebut.
Mari kita bekerjasama menyambut
dan mengawasi pemilihan kepala daerah dengan aman dan damai agar
semuanya dapat berjalan dengan lancar. Jadilah pemilih yang bijak dan
cerdas dalam memilih calon pemimpin.
Selamat memilih calon pemimpin masa depan Anda. (*)
*) Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)







0 comments:
Post a Comment