JAKARTA – Hasil survei penjualan eceran yang dipublikasikan Bank
Indonesia (BI) pada Rabu (8/7) menunjukkan terjadi penurunan. Hal itu
tecermin pada Indeks Penjualan Riil (IPR) yang turun sebesar 20,6
persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada Mei 2020. Penurunan itu lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada April 2020 sebesar 16,9 persen.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko,
dalam keterangannya menyebutkan penurunan penjualan bersumber dari
kontraksi penjualan di seluruh kelompok komoditas yang dipantau.
Penurunan terdalam pada subkelompok sandang serta kelompok barang
budaya dan rekreasi.
“Subkelompok sandang terkontraksi atau minus 74,0 persen (yoy), lebih
dalam dibanding April yang tercatat negatif 70,9 persen (yoy),” kata
Onny.
Sedangkan kelompok barang budaya dan rekreasi sebesar -53,7 persen
(yoy), suku cadang dan aksesori -46,9 persen dan bahan bakar kendaraan
bermotor -45,4 persen.
Onny memperkirakan kinerja penjualan eceran akan sedikit membaik pada
Juni 2020 meskipun masih dalam fase kontraksi. Hal itu tecermin dari
perkiraan pertumbuhan IPR sebesar -14,4 persen (yoy), tidak sedalam
kontraksi penjualan pada bulan sebelumnya.
“Perbaikan kinerja penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok
makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan bermotor,”
kata Onny.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada tiga dan enam bulan mendatang
(Agustus dan November 2020) diperkirakan menurun. Menurunnya tekanan
harga tersebut tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga dan
enam bulan mendatang (Agustus dan November 2020) masing-masing sebesar
138,6 dan 142,5 atau lebih rendah dibandingkan dengan 162,4 dan 146,4
pada Juli dan Oktober 2020.
“Hal tersebut disebabkan responden cenderung masih menjaga harga jual untuk mempertahankan level permintaan,” kata Onny.
Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan pada April hingga Juni
lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) yang mengarantina orang di rumah dan tidak boleh mudik
yang mengakibatkan penjualan eceran merosot.
“Kalaupun ada yang berbelanja melalui platform digital atau e-commerce,
tapi volume dan nilai monetisasinya relatif rendah. Kondisi itu pun
hanya berlaku bagi masyarakat yang berpenghasilan cukup dan tidak
terdampak Covid-19,” kata Ryan.
Daya Beli
Selain pembatasan pergerakan, sebagian lagi, papar Ryan, dipengaruhi
daya beli sebagian masyarakat turun lantaran harus dirumahkan sementara
waktu atau mungkin dirumahkan secara permanen.
“Dugaan saya, mulai Juni atau Juli indeks penjualan ritel akan naik karena pelonggaran PSBB,” kata Ryan.
Guru besar ekonomi dari Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda,
mengatakan dalam rentang April dan Mei, efektivitas program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) belum berjalan dengan baik. Tingkat penyerapan
bantuan langsung tunai (BLT) juga masih rendah, termasuk BLT Dana Desa.
“Selain itu, PSBB juga sedang dijalankan pada bulan Mei, sehingga
membatasi gerakan barang dan manusia. Tentu saja sektor perdagangan
sangat terganggu dan mengalami kontraksi yang dalam. Oleh karena itu,
bulan Juni diharapkan hasilnya akan lebih baik, terutama daya beli
masyarakat membaik karena beberapa program pemerintah (BLT, insentif
pajak, penundaan pajak) sudah berjalan dengan lebih baik,” pungkasnya.







0 comments:
Post a Comment