Tuesday, 4 August 2020

Puncak Politik adalah Kemanusiaan


POLITIK dan mendaki gunung sama-sama proses menuju puncak. Namun, keduanya acapkali bersilangan sebagai kenampakan citra, yakni di antara kuasa dan manusia.

Dalam politik, setiap individu berlaku sebagai publik, kaitannya soal merebut juga mempertahankan kepercayaan di puncak kekuasaan. Dalam pendakian, setiap individu berlaku sebagai diri, perkaranya seputar mencari dan mengenal pribadi di ketinggian pegunungan.

Keberpihakan dalam politik sering kali ditandai keterbelahan. Lebih-lebih dalam situasi politik yang bipolar, sikap-sikap politik sering muncul telanjang, melalui jual-beli serangan yang bertumpu pada lensa kelemahan lawan. Seolah, mengakui kelebihan, tanda kekalahan.Akibatnya, politik menjadi gaduh. Gagasan yang sejatinya ditawarkan, perlahan tertutup abu fanatisme yang mengendap tebal. Dalam kondisi itu, relasi kita terkoyak. Jalinan komunikasi seolah terhenti, hanya karena “aku” dan “dia” berbeda pilihan. Citra terbalik tampak dalam suasana pendakian. Entah atas dasar apapun pekerjaan mendaki dilakukan, pertemuan antarpendaki di gunung pasti membawa pada muara rasa dekat.

Seolah terjadi secara natural, para pendaki saling bersapa di tengah napas yang dipenggal lelah. Tradisi saling menawarkan kudapan menjadi penanda keintiman. Pendakian hampir selalu membawa kesan keakraban di antara sesama.

Padahal, sangat mungkin jika para pendaki itu punya ragam pilihan politik yang berbeda. Namun, perbedaan pilihan dan sikap itu tidak menyeruak menjadi batas yang menyekat. Mungkin sangat berbeda saat posisinya menjadi warga kota, pandangan dan situasi kontemplasi yang disediakan hutan digantikan kesemrawutan lalu lintas percakapan di gawai genggaman.

Kenampakan ini memberi penegasan bahwa manusia bisa berbeda dalam situasi yang beragam. Mengapa keakraban dalam pendakian gagap masuk ke dalam labirin percakapan? Mungkin, karena politik dan pendakian adalah dua hal serupa namun berlawanan. 
Hutan dan gunung akan menampakkan sikap asli manusia, namun politik kerap kali menyembunyikannya. Politik tidak membuat mengerti siapa kita, namun berusaha keras menjadi apa yang “mereka” minta.Merajut nilai

Kendati politik dan pendakian seakan berbeda dan berlawanan. Keduanya, punya banyak kemiripan.

Pertama, kesiapan. Siapa saja yang akan turut serta menjadi pelaku keduanya, jelas harus benar-benar punya kesiapan. Di antaranya, pengetahuan dasar membaca arah, perbekalan yang cukup untuk perjalanan, keinsafan menghadapi rasa lelah di tengah ajakan untuk menyerah, dan yang pasti, tidak terlena saat kaki menggapai puncak.

Politik dan pendakian sejatinya adalah jalan. Tujuan keduanya terletak setelahnya. Pulang dengan selamat adalah akhir dari pendakian, kemampuan mendistribusikan kesejahteraan adalah inti dari proses politik.

Kedua, soal daya tahan. Politik dan pendakian meniscayakan soal yang satu ini. Seringkali, puncak bukan untuk mereka yang paling kuat. Akan tetapi diperuntukkan bagi mereka yang paling mampu bertahan. Jalan terjal, udara dingin, keputusasaan yang kerap datang dalam rasa lelah, tak lain adalah rupa-rupa tanda tanya yang menguji sejauh mana batas keteguhan menyelesaikan misi.

Sehingga, baik politik juga mendaki, sejatinya adalah kerja merajut nilai. Ada keyakinan dalam yang menggerakkan. Ada tujuan yang hendak diwujudkan. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, dan tentu, ada akhir yang hendak dituju.

Politik dan pendakian adalah kerja-kerja menemukan makna relasi kuasa dan manusia, yakni sebagai publik, juga sebagai pribadi.

Membawa pulang

Selepas menikmati puncak, pendaki turun dengan membawa rupa-rupa, cerita, penemuan makna, juga sampah yang mereka hasilkan. Sikap politik, harusnya juga demikian. Pilihan, pembelaan, dan sampah fanatisme harusnya perlahan dikumpulkan untuk dibawa pulang.

Di ladang pertarungan, segala macam agitasi, sikap membela, dan segala berita bohong harus dibawa turun. Jika tidak, kesulitan mengurai sampah-sampah politik yang tersisa, hanya akan semakin membuat dunia politik makin ringkih.

Tanah yang seharusnya memberi nutrisi pada tunas-tunas baru kekuasaan, tidak bisa bisa diharapkan menghasilkan buah-buah kebijakan yang segar. Sebagai mana para pendaki, politisi juga harus mulai menanam bibit-bibit keadaban, jika tidak, hutan politik akan perlahan habis oleh rakusnya binatang-bintang pemburu kuasa.

Di antara dua puncak, selayaknya kita berpikir mendalam, sudah sejauh mana politik mengantarkan kita pada puncak kemanusiaan?[]


 Nanang Suryana
Share:

0 comments:

Post a Comment

DPRD Provinsi Banten Selamat Idul Adha 1446 H

DPRD Provinsi Banten Selamat Idul Adha 1446 H

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Silakan Klik Kerja sama Publikasi

MOTO KAMI


Cermat Cerdas Tepat Dalam Informasi Menjadi Media Inpendent Berita Tanpa Intervensi

Unsur Pimpinan DPR RI 2024 2029

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA 2025

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA 2025

PT KONTAK MEDIA PERSADA GROUP KLIK

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

BUMN PEDULI BANGSA

BUMN PEDULI BANGSA

Penawaran Kerja Sama

TV KONTAK BANTEN

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI
Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab._ Najwa Shihab

SILAKAN PASANG IKLAN KLIK

IBU KOTA NUSANTARA

IBU KOTA NUSANTARA

KONTAK MEDIA GROUP

BACA BERITA BIKIN PAS DI HATI YA DI SINI !!

INFO CPNS DAN PPPK 2025 KLIK

PESAN MAKANAN ENGAK RIBET

MOTO KAMI


BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA SESUNGGUHNYA UNTUK KEBAIKAN DIRI KITA

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

INFO DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) RI

KEMENTRIAN BUMN

KEMENTRIAN BUMN

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

ENERGI KOLOBORASI

ENERGI KOLOBORASI

Bergerak TAK TERBATAS

Bergerak TAK TERBATAS

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

SENYUM ADALAH IBADAH

SENYUM ADALAH IBADAH

SELAMAT DAN SUKSES

SELAMAT DAN SUKSES

Bergerak Tumbuh Bersama

Bergerak Tumbuh Bersama

SELALU BERBUAT UNTUK BANGSA

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Mau Kirim Tulisan Artikel Klik aja

MOTO KAMI


Sekecil APAPUN Yang Anda Perbuat Akan Menjadikan Cermin Kami untuk Maju

BARCODE INFO KERJA KLIK

Silakan Pesan Buku Catatan Kehidupan Ali

Berita Populer

INFO KPK

INFO KEJAKSAAN RI

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BANGKIT LEBIH KUAT

BANGKIT LEBIH KUAT

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

BERGERAK DAN BERGERAK

Seputar Parlemen

INFO KPK JAKARTA

INFO ICW NASIONAL KLIK

Salam Damai Untuk Indonesia

Layanan Kota Tangerang Selatan BPHTB

Kementrian

Susunan Redaksi

Kementrian PU

Support