JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau 10,19 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk miskin tersebut meningkat 1,13 juta jiwa atau 0,41 persen dibanding posisi Maret 2020, sedangkan dibanding periode September 2019 terjadi peningkatan 2,76 juta atau 0,97 persen.
Menteri Sosial, Tri Rismaharini, dalam rakornas Penaggulangan Bencana di Jakarta, Selasa (9/3), mengatakan pandemi Covid-19 membuat angka kemiskinan Indonesia menjadi lebih berat, bukan hanya karena banyak penduduk kehilangan pendapatan, tetapi juga karena kebutuhan masyarakat meningkat.
"Kemiskinan bukan hanya terkait bagaimana mengakses pekerjaan, tetapi juga kebutuhan yang meningkat. Kita dulu tidak pernah membayangkan untuk memakai masker, hand sanitizer, sekarang harus kita adakan," kata Risma.
Masyarakat, jelas Mensos, bukan hanya kesulitan ekonomi karena hilangnya kesempatan kerja atau karena menganggur, tetapi ada kewajiban menambah pengeluaran di saat pandemi, termasuk membeli alat pelindung diri guna mencegah penularan Covid-19. Belum lagi, biaya untuk akses internet dan gawai yang meningkat karena kewajiban untuk bekerja dan belajar dari rumah.
"Ini mengapa angka kemiskinan lebih berat lagi karena harus ada fasilitas yang tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan," kata Risma.
Secara terpisah, Pakar Sosiologi dari Universitas Brawijaya, Malang, Imron Rozuli, mengatakan Covid-19 menimbulkan ekses hilangnya pendapatan sebagian besar masyarakat akibat dampak pembatasan yang menyebabkan aktivitas ekonomi terhambat.
Kondisi tersebut membutuhkan rekonstruksi ekonomi agar tidak menjadi jebakan kemiskinan. Bagi masyarakat yang bergantung pada kegiatan upah harian maupun mingguan atau tidak, tetap sangat besar pengaruhnya. Hal itu memicu melemahnya daya beli serta memperparah kemiskinan di Indonesia.
Di sisi lain, ada kebutuhan tambahan, seperti masker, vitamin, dan kegiatan belajar-mengajar serta perkantoran secara daring yang membutuhkan ekstra kuota data.
"Ini bisa menjadi jebakan kemiskinan yang memperdalam atau meningkatkan akumulasi jumlah warga kategori miskin," kata Imron.
Masyarakat Perdesaan
Sementara itu, Pakar Sosiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Tuti Budirahayu, mengatakan penyebab utama meluasnya kemiskinan di masa pendemi Covid-19 adalah perlambatan ekonomi sehingga banyak yang kehilangan pekerjaan. Sedangkan peningkatan pengeluaran untuk belanja kebutuhan protokol kesehatan lebih dirasakan oleh kalangan menengah atas. Masyarakat menengah ke bawah lebih fokus mencari nafkah untuk makan sehari-hari daripada untuk belanja kebutuhan protokol kesehatan.
"Kemiskinan meningkat lebih disebabkan perlambatan ekonomi. Kondisi ini lebih banyak mempengaruhi sektor informal dan masyarakat perdesaan," kata Tuti.
0 comments:
Post a Comment