![]() |
Rencana pemerintah mengenakan pajak atau PPN pada jasa pendidikan dan sembako mendapatkan kritik dari berbagai pihak, salah satunya Ketua MUI KH Cholil Nafis. |
JAKARTA - Rencana pemerintah mengenakan pajak pertambahan nilai atau PPN pada jasa pendidikan dan sembako mendapatkan kritik dari berbagai pihak, salah satunya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis
Menurut Cholil Nafis, pengelolaan pendidikan swasta termasuk pondok
pesantren serta sembako saat ini harusnya pemerintah turun tangan
membantu. Pasalnya, di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) ini
berdampak ke semua sektor, termasuk pendidikan dan harga sembako.
"Hasil
bincang-bincang dengan pengelola pendidikan swasta termasuk pesantren,
semuanya menolak dipajak. Harusnya mereka dibantu dengan . pajak Bincang-bincang dengan masyarakat hampir semuanya menolak dipajakin
kebutuhan bahan pokok," kata Cholil Nafis, seperti dikutip dari akun
Twitternya, @cholilnafis, Sabtu (12/6/2021).Kritikan dan kecaman keras datang juga dari Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI). Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menganggap
rencana tersebut tidak beretika. Pasalnya sekecil apapun tarif pajak
yang dikenakan, maka akan memukul ekonomi kalangan masyarakat menengah
bawah.
"Pasalnya, komponen harga dalam satu komoditas bukan hanya
soal pajak, tapi juga efek-efek psikologis yang lain akibat pemerintah
gagal mengantisipasi soal pasokan, distribusi yang kacau di lapangan,
adanya pungli, sehingga terakumulasi," ujar Tulus dalam Polemik MNC
Trijaya "Publik Teriak, Sembako Dipajak," di Jakarta, Sabtu (12/6/2021).
0 comments:
Post a Comment