![]() |
JAKARTA - PT PLN (Persero) melalui PLN Peduli
mengalokasikan dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebesar
Rp4,84 miliar untuk mendukung sektor pertanian melalui program
Electrifiying Agriculture di 54 lokasi se-Indonesia.
Electrifiying
Agriculture merupakan program pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan
produktifitas pertanian melalui pemanfaatan energi listrik guna
mempercepat pertumbuhan tanaman atau mempermudah pengolahan
infrastruktur pendukung pertanian ataupun peternakan dan perikanan.
“Diharapkan
program-program Electrifiying Agriculuture ini mampu meningkatkan
produktivitas dalam sektor pertanian sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat," ujar Executive Vice President Komunikasi
Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi.
Salah satu contoh program Electrifiying Agriculture yang sudah dilaksanakan berada di Desa Betet, Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur. Dikenal dengan Wisata Tani Listrik Terpadu Betet yang mengusung Wisata Tani Unggul di Tangan Pemuda Regul.
Agung menuturkan, tidak hanya menawarkan wisata, Desa Betet juga
digunakan sebagai tempat pertanian milenial yang mengkolaborasikan
penerapan teknologi dan sektor pertanian. "Di mana dalam sektor
pertanian green house menggunakan sinar ultraviolet untuk mempercepat
masa tanam pada tanaman hidroponik seperti tanaman sawi pakcoy (bok
choy), kangkung, bayam serta pengunaan springkle pada lahan bawang agar dapat terairi secara baik,” katanya. Wakil Bupati Nganjuk Marhen Djumadi menilai program PLN Peduli ini
memiliki wujud dan dampak yang nyata bagi masyarakat. Program ini
mendukung upaya Pemkab Nganjuk untuk mewujudkan peningkatan perekonomian
dan pemberdayaan masyarakat. “Terima kasih kepada PLN, BUMN Kebanggaan
kita yang telah membantu Desa Betet," katanya.
Ketua Kelompok
Tani Achmad Syaikhu menjelaskan, Wisata Tani Listrik Terpadu Betet tetap
melakukan kegiatan selama masa pandemi mengikuti arahan dari pemerintah
dan menetapkan protokol kesehatan.
“Terima kasih kepada PLN
dengan adanya listrik dalam lingkungan persawahan pertanian, para petani
merasa terbantu dalam segi penghematan biaya operasional untuk
pengunaan bahan bakar minyak, dan penggunaan springkle dalam pertanian
mampu menghemat tenaga kerja, penggunaan air dan mengurangi hama pada
tanaman bawang."
Selain Desa Betet PLN juga membantu peningkatan
poduktivitas petani buah naga di Banyuwangi melalui program 'Listrik
untuk Sang Naga'. Program ini mendorong peningkatan perekonomian petani
karena panen dapat dilakukan sepanjang tahun, di mana untuk satu hektare
lahan dengan penyinaran dapat menghasilkan buah naga sebanyak 77 ton
tiap tahunnya atau naik hingga empat kali lipat. Dampak secara masif pun bukan hanya dirasakan oleh petani buah naga,
namun juga masyarakat. Tercatat sampai dengan Juni 2020, sudah 6618
petani buah naga yang memanfaatkan listrik sebagai teknologi untuk
menyinari ladang mereka.
Efek domino dari program ini membantu
memciptakan banyak lapangan kerja yang tumbuh dari sektor pendukung
pertanian buah naga, mulai dari berbagai usaha pengolahan buah naga,
hingga munculnya kelompok sadar wisata yang menjadikan ladang buah naga
sebagai destinasi agrowisata, seperti Agrowisata Petik Jeruk dan Buah
Naga. CM
0 comments:
Post a Comment