JAKARTA- Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri menangkap warga negara asing (WNA) China. Dia merupakan otak dari pinjaman online (pinjol) ilegal yang membuat seorang ibu di Wonogiri bunuh diri.
"Telah dilakukan penangkapan tersangka WNA terkait pinjaman online diduga otak atas nama WJS alias BH alias JN," kata Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helmy Santika saat dikonfirmasi, Selasa (9/11).
Dia mengatakan, WJS merupakan direktur bisnis dan pemilik Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Inovasi Milik Bersama (IMB) yang menaungi pinjol ilegal. WJS tinggal di sebuah apartemen kawasan Jakarta Utara.
"Ditangkap bersama dua orang rekannya," tegasnya.
Penangkapan WJS sendiri dilakukan setelah penyidik melakukan pengembangan di kawasan Jakarta Utara pada 27 Oktober 2021. Polisi meringkusnya Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang saat bermaksud terbang ke Turki.
Diketahui, KSP IMB milik WJS biasa merekrut para pelaku bisnis. Dalam perjalanannya, dia mencari berbagai pinjol ilegal untuk diajak bekerjasama sebagai mitra usaha.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya kembali menggerebek sebuah perusahaan pinjaman online (pinjol) ilegal di Ruko Bukit Gading Indah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ruko tersebut adalah kantor milik PT. Ant Information Consulting.
"Hari ini kita berhasil lagi menemukan salah satu tempat pinjol. Di bawah perusahaan ini ada empat aplikasi yang mereka jalankan dan semuanya adalah ilegal," kata Direskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Auliansyah Lubis di lokasi, Senin (18/10) malam.
Dia merinci ada empat orang yang diamankan, antara lain dua orang menjabat supervisor telemarketing, satu orang supervisor sebagai debt collector, satu bekerja di bagian umum dan satu orang pada bagian collecting.
"Malam ini kita mendapatkan 4 orang," ujarnya.
Selain mengamankan karyawan, pihak kepolisian juga terlihat membawa barang bukti berupa komputer, laptop hingga modem. "Ini nanti akan kita ambil dan dalami data-data para pekerja dan nasabah," tandas dia.
Auliansyah mengungkapkan, perusahaan ini diduga telah mengetahui sewaktu-waktu akan digerebek.
"Menurut saya seperti itu ya (sudah tahu) karena tadi kami tanyakan ada menyatakan bahwa hari ini mereka melaksanakan WFH, saya bertanya ga supervisor kapan mereka melangsungkan WFH katanya hari ini," terangnya.
Dia menyaksikan sendiri kondisi di dalam ruko yang terbilang agak sepi karena hanya segelintir karyawan melakukan work from office (WFO). Sementara sisanya, diminta untuk WFH.
Hal itu juga diakui salah satu karyawan yang saat ini dibawa ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan. Pelaku menerangkan, selama bekerja di rumah, pihak perusahaan juga memfasilitasi pelbagai kebutuhan karyawan seperti modem dan lainnya.
"Jadi menurut saya karena kemarin kita melakukan penggerebekan di beberapa tempat makanya mereka memutuskan untuk WFH," ujar Aulia.
"Tadi juga kita sempat melihat ada WhatsApp dari salah satu rekannya mengatakan bahwa tidak apa-apa nanti akan kita koordinasi sampaikan saja bahwa kita ini adalah perusahaan ekspedisi seperti itu," sambung dia.
Aulia memastikan, bukan berarti karyawan yang bekerja dari rumah lolos dari jerat hukum. Ia mengaku sudah mengantongi data-data karyawan di perusahaan tersebut.
"Data itu ada pada kita sekarang semua ini tidak akan bisa ke mana-mana kita akan tetap melakukan pemanggilan terhadap mereka tidak kooperatif tidak datang ya berarti kita akan ambil khususnya mereka yang menjadi kolektor atau bagian penagihan," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment