JAKARTA ( KONTAK BANTEN) –Fenomena astronomi langka bakal terjadi Kamis (20/04/2023) besok. Langit Indonesia bakal diwarnai gerhana matahari hibrida/hybrid (GMH).
Disebut hibrida (hybrid) karena dalam satu fenomena terjadi gerhana total dan cincin sekaligus. Gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris.
Pada lokasi tertentu, masyarakat bisa mengamati gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin. Posisi pengamatan menjadi penentu apakah seseorang bisa melihat fenomena gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin saja.
Fenomena GMH itu menjadi perhatian khusus Kementerian Agama (Kemenag). Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan, fenomena GMH paling awal terjadi di Jawa Barat pada pukul 09.26 WIB. Kemudian paling akhir terjadi di Papua pada pukul 15.30 WIT. ”Kemenag mengajak umat Islam untuk melaksanakan salat Gerhana Matahari atau salat Kusuf,” ujarnya.
Kamaruddin menjelaskan, masyarakat yang akan menjalankan salat Gerhana Matahari harus sesuai dengan tuntutan syariat dan protokol kesehatan. Dia juga mengajak masyarakat untuk memperbanyak takbir, zikir, dan istigfar. Sebab, gerhana matahari adalah salah satu fenomena alam yang menandakan kekuasaan Allah.Sebelumnya fenomena GMH tersebut menjadi kajian khusus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging menyatakan, GMH adalah fenomena astronomi yang cukup langka. Sehingga membuka peluang untuk kegiatan kolaborasi riset lintas disiplin ilmu. Sungging mengatakan, timnya akan melakukan pengamatan di Biak Numfor. Lokasi tersebut dipilih karena berada tepat di lintasan gerhana matahari. ”Ada tiga hal yang akan kami lakukan di sana,” jelasnya. Yaitu riset terkait korona matahari, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecemerlangan.Sungging mencontohkan, dampak gerhana pada ionosfer menjadi salah satu tema penelitian karena sangat berdampak pada akurasi GPS. Serta terkait dengan sistem komunikasi, khususnya komunikasi maritim yang menggunakan kanal high frequency (HF). ”Kami akan melihat pada saat terjadinya gerhana ini ada gangguan atau tidak,” ucapnya. (jpc)
0 comments:
Post a Comment