JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Aksi unjuk rasa menjelang penetapan hasil Pemilu seringkali terjadi. Hal itu sering menjadi fenomena tersendiri pasca Pemilu berlangsung.
Menanggapi
hal itu, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, August Mellaz menilai
unjuk rasa menjelang penetapan hasil pemilu adalah hal yang biasa.
Ia juga tidak bermaksud mengecilkan atau membesarkan aspirasi yang tengah diutarakan di luar kantor KPU RI.
"Kalau
unjuk rasa ya biasa itu. Ini memang bagian dari fakta yang selalu ada
dalam perjalanan sepanjang berlangsungnya pemilu," ujar Mellaz di Kantor
KPU RI, Jakarta, Senin (18/3) seperti dikutip dari Antara.
Ia
juga menegaskan bahwa KPU sangat transparan di setiap proses tahapan
pemilu. Proses yang dijalankan KPU juga dapat dicek oleh siapa pun.
"Proses yang kami lakukan juga bisa disclosure berdasarkan
permintaan saksi peserta pemilu maupun rekomendasi dari lembaga
pengawas pemilu kemudian dilakukan secara terbuka," jelas Mellaz.
Sebelumnya,
kepolisian mengerahkan ribuan personel gabungan untuk mengamankan unjuk
rasa di depan gedung DPR/DPD/MPR, Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) dan KPU RI pada Senin (18/3).
Kapolres
Metro Jakarta Pusat Kombes Polisi Susatyo Purnomo Condro mengatakan,
pihaknya juga melibatkan personel gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres
Metro Jakarta Pusat, TNI dan instansi lainnya.
"Di
DPR/MPR RI melibatkan 1.087 personel, di Bawaslu melibatkan 507
personel dan KPU RI melibatkan 770 personel," kata Susatyo saat
dikonfirmasi di Jakarta, Senin (18/3) juga dilansir dari Antara.
Untuk
penutupan atau pengalihan arus lalu lintas di sekitar gedung
DPR/DPD/MPR, Bawaslu dan KPU RI, hal itu bersifat situasional.
Rekayasa arus lalu lintas akan diberlakukan dengan
melihat situasi di lapangan, terutama jika terdapat massa yang sampai
menghambat arus lalu lintas.
"Kita
lihat nanti jumlah massa-nya, bila nanti massa-nya cukup banyak dan
eskalasi meningkat, maka akan ada pengalihan arus lintas di DPR/MPR,
Bawaslu dan juga KPU RI," imbuh Susatyo.
Dalam
pengamanan aksi tersebut, pihaknya akan mengedepankan tindakan
persuasif, mengedepankan negosiasi, sifat humanis, dan tidak
terprovokasi.
Sebaliknya,
demi menciptakan situasi kondusif, ia meminta orator dan koordinator
lapangan untuk berorasi secara santun dan juga tidak memprovokasi.
0 comments:
Post a Comment