Sunday, 13 October 2024

Musim Pilkada, Musim Menabur Uang?



Oleh: Immawan Wahyudi, Immawan Wahyudi Dosen Fakultas Hukum (S1 dan S2) UAD

 Ada tiga catatan utama dalam tradisi politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang secara serentak akan diselenggarakan pada bulan November. Pertama, koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) masih menjadi hantu politik yang real. Dampak politiknya adalah ada kandidat yang diharapkan oleh warga masyarakat, tetapi oleh koalisi tanpa hati (karena semua partai berkoalisi) menghapus harapan warga masyarakat secara sistematis. Sisanya adalah sikap kontroversial antara lain: datanglah ke TPS tapi pilih semua kandidat atau tidak usah datang ke TPS. Kedua, sistem rekrutmen oleh Partai Politik (Parpol) tidak lagi mempertimbangkan verifikasi kandidat, apakah memiliki gagasan pemerintahan dan bersih dari KKN.

Kandidat dari alumni Lembaga Pemasyarakatan (LP) seolah digelarkan “karpet merah” untuk melanjutkan petualangan politiknya –termasuk mengulang tindak pidana yang telah menjebloskannya ke dalam LP. Ketiga, Money Politics (politik uang alias suap) masih –dan akan semakin-- dominan. Secara kasat mata realita sosial ini sesungguhnya telah memberikan peringatan dini bahwa kemungkinan (besar) para kandidat yang terpilih akan terjebak dalam lubang tindak pidana korupsi. Tetapi tidak akan ada lagi pihak yang peduli secara penuh terhadap kenyataan ini. Namun kita harus terus punya cita-cita menghidupkan semangat reformasi.

Kecelakaan Politik yang Tragis

Awal perhelatan politik demokrasi Pilkada tahun 2024 ini dimulai dengan dibukanya lembaran hitam: pembunuhan hak konstitusional warga yang sesungguhnya memiliki peluang untuk terpilih sebagai kepala daerah. Namun Pilkada kali ini ibarat dalam dunia bisnis yakni ada penawaran dan permintaan (supply and demand). Dalam konteks Pilkada ada yang dibutuhkan untuk berkuasa –tetapi tidak punya partai dan kurang dana. Ada juga tokoh yang butuh kekuasaan dan berlimpah dana tetapi kurang diminati oleh warga. Dalam alam dan etika sosial yang kian apatis terhadap persoalan etika kekuasaan maka person yang punya kedekatan politik dengan partai politik dan kelebihan dana lah yang akan digadang-gadang menjadi kandidat.

Urusan akan berbenturan dengan animo dan minat masyarakat untuk memilihnya bisa diatur dengan segala cara. Maka terbentuklah “legitimasi politik” berbasis transaksional. Transaksi pertama sudah terjadi transaksi antara kandidat dengan penguasa partai. Barulah yang kedua transaksi antara kandidat dengan pemilih dengan berbagai variasi, tetapi umumnya berbasis pada pemberian uang sesuai dengan “kelayakan” di lingkungan setempat.

Sebagaimana dinyatakan oleh Bambang Soesatyo –dalam video yang sudah beredar lama di media sosial—seorang Calon Anggota DPR bisa menghabiskan dana antara 6 miliar rupiah hingga 30 miliar rupiah. Jujurnya, Mantan Ketua MPR itu juga mengatakan, untuk itu diperlukan pemodal besar guna menyukseskan Caleg tersebut. Pada point inilah kita dengan gamblang dapat menelusuri bahwa proses politik demokrasi sudah sepenuhnya masuk dalam proses bisnis dalam komoditas perdagangan. Maksudnya, para kandidat terpilih pada saatnya harus membayar kembali dana dukungan dari pemodal berupa kebijakan-kebijakan yang pro pengusaha. Sesungguhnya warga masyarakat sudah mengetahui hal ini. Namun, diam saja, seolah-olah sudah menyetujui tradisi politik demokrasi menjadi politik bisnis ini.

Pada abad ke 3 SM, Aristoteles mengemukakan teori tentang oligarki yang dibaginya menjadi 4 (empat) varietas oligarki. Hal yang dikatakan Aritoteles dalam Politic itu, antara lain adalah “Di antara varietas oligarki ialah praktik pemerintahan yang didalamnya pemangkuan jabatan tergantung pada persyaratan harta benda cukup tinggi, sehingga menyisihkan kaum miskin untuk menduduki jabatan. Meskipun mereka membentuk mayoritas, tetapi disana dimungkinkan bagi siapapun yang mampu memenuhi jumlah harta benda yang ditetapkan untuk mempunyai bagian di dalam konstitusi.”

Apa yang dikatakan Aristoteles tidak berhenti pada kemungkinan tiap-tiap warga negeri dapat menjadi kandidat kepala daerah, karena cara yang paling kejam adalah dengan “membeli” semua partai untuk tidak mencalonkan seseorang. Dalam pengertian membeli ini bisa berupa uang tunai, bia jabatan dan bisa juga ancaman yang akhir-akhir disebut sebagai “politik penyanderaan/politik sandra.” Komentar yang tepat dan simpel adalah”tragis dan sadis.”

Kebiasaan Kecil yang Menyimpang

Seorang teman dari Kauman Jogja mengirim pesan: “Mas, sewaktu muktamar Muhammadiyah warga kita juga pada berebut (kaos). (Begitu juga) ketika di salah satu kampus kita, warga pada berebut kaos. Waktu itu sempat saya sampaikan agar jangan ada yang berebut, eee ternyata  gagal juga. Ini sangat memprihatinkan.” Pesan wa itu disampaikan karena ada komentar saya terhadap aktivitas Presiden di Godean yang mengesankan semangat berebut memperoleh bagian dari lontaran hadiah yang biasanya dilakukan oleh Pak Presiden. Saya balas pesan wa tadi; “Nggih mas. Ini perubahan perilaku yang dipaksakan melalui cara pengkondisian seperti ini akan meninggalkan problem psiko-sosial yang menyisakan kondisi degeneratif –yang panjang.  Perlu kiranya para kyai kita dalam memberikan tausiyah lebih konkret  pada perilaku sosial menyimpang seperti ini.

 Pada sisi lain pembiasaan  melemparkan hadiah itu  akan menjadi legitimasi etika sosial yang kemudian diberi nama "kedermawanan." Belum lama ini ada contoh konkret yang dilakukan oleh seorang calon kepala daerah yang lebih ngeri karena  dengan menyebar uang sambal berdiri diatas mobil pick-up. Dampak dari cara-cara  semacam ini akan menjadikan “money politics”  masuk dalam kategori “abu-abu.”  Misalnya ada  pernyataan; “Lho wong diberi masak mau menolak.” Nah perilkau itu lama-lama menjadi  “klangenan.” Menurut hemat penulis  inilah sumber  asli dari money politics, yang akhirnya akan terus berjalan menyatu dengan sikap pragmatis dan   sangat mustahil untuk dikurangi apalagi dihapuskan.

Kita Harus Terus Berikhtiar

Sedemikian rupa bahaya money politics, maka tidak layak  kita melepaskan diri dari tanggung jawab untuk merancang pemerintahan yang baik. Bagaimanapun kita harus terus mengawal pembentukan perundang-undangan yang  layak untuk diimplementasikan dalam pemerintahan yang baik.  Integritas moral elite pembentuk undang-undang sangat menghajatkan dukungan politik dari sikap kritis dan kesadaran hukum masyarakat.

Penanganan terhadap persoalan money politics dan korupsi yang terjadi tidak akan berjalan dengan baik manakala tidak ada pengawasan dan pressure dari masyarakat. Namun masyarakat tidak akan peduli tanpa ada kepentingan yang mereka harapkan tertunaikan. Lingkaran setan ini  kemudian membentuk  kebiasaan politik. Kebiasaan politik semacam ini memerlukan kepedulian dan sikap jihad kita melawan politik yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara.

 Rancangan sederhana dapat kita gagas, antara lain mengaktualisasikan program penolakan anti politik uang dalam aksi-aksi unjuk rasa, memperkuat jaringan masyarakat peduli politik bermartabat, terus memperbesar kesadaran hukum dan politik masyarakat, memperkuat politisi berintegritas moral tinggi, dan merancang norma-norma berbasis  politik hukum anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

 Pulis  menyadari bahwa tetap ada kandidat kepala daerah yang bersih, berintegritas moral tinggi dan memiliki kapasitas yang cukup. Kepada kandidat semacam inilah yang seharusnya kita dukung dan kita pilih, untuk memelihara demokrasi yang bermakna bagi rakyat Republik Indonesia.*

Artikel ini telah tayang di suaramuhammadiyah.id dengan judul: Musim Pilkada, Musim Menabur Uang?, https://www.suaramuhammadiyah.id/read/
musim-pilkada-musim-menabur-uang
Share:

0 comments:

Post a Comment

SELAMAT SUKSES PRESIDEN TERPILIH 2024-2029

SELAMAT SUKSES PRESIDEN TERPILIH 2024-2029

DPRD KOTA CILEGON HARI SANTRI 2024

DPRD KOTA CILEGON HARI SANTRI 2024

PT KONTAK MEDIA PERSADA GROUP KLIK

Minat Klik - PT Anugrah Cahaya PlaponPVC

SELAMAT HARI SANTRI 2024

SELAMAT HARI SANTRI 2024

HARI SANTRI 2024 BERBUAT UNTUK BANGSA LEBIH BAIK

HARI SANTRI 2024 BERBUAT UNTUK BANGSA LEBIH BAIK

PEMERINTAH KAB LEBAK

PEMERINTAH KAB LEBAK

PERKIM KOTA CILEGON HUT RI KE 79

PERKIM KOTA CILEGON HUT RI KE 79

BAPENDA PROVINSI BANTEN

BAPENDA PROVINSI BANTEN

IDUL ADHA 1445 H

IDUL ADHA 1445 H

Idul Adha 1445 H

Idul Adha 1445 H

Jadilah Perbedaan Menjadi Kekuatan

Jadilah Perbedaan Menjadi Kekuatan

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

BUMN PEDULI BANGSA

BUMN PEDULI BANGSA

Penawaran Kerja Sama

TV KONTAK BANTEN

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI
Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab._ Najwa Shihab

SILAKAN PASANG IKLAN KLIK

IBU KOTA NUSANTARA

IBU KOTA NUSANTARA

KONTAK MEDIA GROUP

KONTAK MEDIA GROUP

BACA BERITA BIKIN PAS DI HATI YA DI SINI !!

DPRD KOTA SERANG HUT RI KE 79

PEMERINTAH BANYUWANGI

PEMERINTAH BANYUWANGI

TALK SHOW MENCARI PEMIMPIN SEJATI

TALK SHOW MENCARI PEMIMPIN SEJATI

INFO CPNS DAN PPPK 2023 KLIK

PESAN MAKANAN ENGAK RIBET

MOTO KAMI


BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA SESUNGGUHNYA UNTUK KEBAIKAN DIRI KITA

HARI KETERBUKAAN INFORMASI 2023

HARI KETERBUKAAN INFORMASI 2023

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

RESOLUSI TAHUN 2024

RESOLUSI TAHUN 2024

INFO DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) RI

KEMENTRIAN BUMN

KEMENTRIAN BUMN

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

ENERGI KOLOBORASI

ENERGI KOLOBORASI

Bergerak TAK TERBATAS

Bergerak TAK TERBATAS

PEMERINTAH SUBANG JABAR

PEMERINTAH SUBANG JABAR

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

SENYUM ADALAH IBADAH

SENYUM ADALAH IBADAH

PEMERINTAH BIRIEUN ACEH

PEMERINTAH BIRIEUN ACEH

SELAMAT DAN SUKSES

SELAMAT DAN SUKSES

Bergerak Tumbuh Bersama

Bergerak Tumbuh Bersama

Berbuat Baiklah Karena Senyum Pun Ibadah

Berbuat Baiklah Karena Senyum Pun Ibadah

SELALU BERBUAT UNTUK BANGSA

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Mau Kirim Tulisan Artikel Klik aja

MOTO KAMI


Sekecil APAPUN Yang Anda Perbuat Akan Menjadikan Cermin Kami untuk Maju

BARCODE INFO KERJA KLIK

Silakan Pesan Buku Catatan Kehidupan Ali

Berita Populer

PEMERINTAH JAWA TIMUR

PEMERINTAH JAWA TIMUR

PEMERINTAH JAWA TENGAH

PEMERINTAH JAWA TENGAH

INFO KPK

INFO KEJAKSAAN RI

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

HUT RI KE 78 2023

HUT RI KE 78 2023

BANGKIT LEBIH KUAT

BANGKIT LEBIH KUAT

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

PEMERINTAH TANGERANG

PEMERINTAH TANGERANG

SELAMAT HUT BAWASLU REPUBLIK INDONESIA

BERGERAK DAN BERGERAK

Portal Kementrian Kemlu Indonesia

Seputar Parlemen

INFO KPK JAKARTA

INFO ICW NASIONAL KLIK

Salam Damai Untuk Indonesia

Layanan Kota Tangerang Selatan BPHTB

Kementrian

Susunan Redaksi

Kementrian PU

Support