Keutamaan Silaturahmi Dalam Islam – Marilah kita
menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT, taqwa yang sebenar-benarnya
taqwa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dan menjaga hubungan baik
dengan sesama manusia, Allah SWT mencintai hamba-Nya yang taat dan
menjaga tali silaturahmi.
Menyambung silaturahmi merupakan suatu amal shaleh yang penuh
berkah, memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat,
menjadikannya ia dicintai Allah SWT di manapun ia berada.
Menyambung silaturahmi adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT, serta
petunjuk untuk hamba kepada Rabb-Nya supaya bertaqwa, supaya seorang
hamba menyambung tali silaturahmi tatkala Allah SWT
memerintahkan untuk menyambung hubungan silaturahmi,
Allah SWT berfirman“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada
hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d :21)
Silaturahmi sebagai wujud keimanan, dan menjaganya adalah wujud ketaqwaan kepada Allah, seperti kata Nabi SAW;
dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”Sungguh indah kehidupan ini jika kita memuliakan Allah SWT dan
memuliakan sesama umat manusia, nikmat yang luar biasa bisa kita peroleh
dengan menjalin ikatan silaturahmi. Semoga Allah memberi berkah kepada
kita semua yang menjalin tali silaturahmi.
Silaturahmi yang paling utama adalah kepada kedua orang tua kita
terlebih dahulu, kemudian kakak dan asuk kandung, saudara sepupu, ipar
dan juga saudara-saudara yang masih ada garis keturunan yang sama
(nasab).
Seperti hadits yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari No. 5985 dan Muslim No. 2557)
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari No. 5985 dan Muslim No. 2557)
Dalam hadits tersebut menurut penjelasan Ibnu Hajar dalam Al Fath,
yaitu “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan
nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada
hubungan mahrom ataukah tidak.”
Maksud dari penjelasan Ibnu Hajar tersebut adalah yang harus kita
utamakan adalah keluarga terdekat terlebih dahulu kita menjaga hubungan
baik, terutama kepada kepada kedua orang tua yang masih hidup, barulah
kepada kerabat-kerabat lain yang masih memiliki hubungan nasab, dan
barulah kepada guru, ke tetangga dan teman-teman kita.
Silaturahmi yang Sesungguhnya
Silaturahmi yang sesunggunya adalah silaturahmi batiniah, saling
rindu saling mencintai hanya karena Allah Ta’ala. Urusan lahiriah adalah
pelengkapnya. Yang paling pertama adalah silaturahmi batiniah, sebagai
manifestasi dari silaturahmi batiniah adalah senang mendoakan kebaikan
untuk saudara-saudara kita.
Seperti yang sering kita denagr pada bulan syawal ( saat lebaran),
banyak ungkapan saling meminta maaf dari saudara-saudara muslim “mohon
maaf lahir & batin”, hingga doa-doa yang mulia untuk kebaikan
saudara-saudara muslim.
Doa yang sering terucap yaitu; “Taqabbalallahu minna waminkum, shiyamana wa shiyamakum”
yang artinya “semoga Allah menerima amalan saya dan kamu, amalan puasa
saya dan kamu”. Masya Allah sungguh indah hubungan silaturahmi yang
saling doa-mendokan kebaikan kepada Allah SWT.
Dan juga doa yang lainnya adalah keburuntungan dan agar kita kembali
ke fitrah setelah bulan Ramadhan yang sering kita dengar seperti ini, ”Ja alanallahu wa iyyakum minal aidzin wal faidzin” yang artinya “semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung”.
Perlu kita ketahui, bahwasannya istilah-isltilah diatas adalah doa
untuk kebaikan saudara muslim, bukan berarti ungkapan maaf. Ungkapan
maafnya adalah yang bahasa Indonesia yaitu “mohon maaf lahir &
batin”. Dari dalam hati niatkan batiniah dahulu, baru secara lahiriah,
meskipun dalam pengucapan sering kali meminta maaf lahir baru batin.
Silaturahmi batiniah adalah dari niat kita.
Setelah silaturahmi batiniah karena Allah SWT, kemudian silaturahmi
lahirian dengan saling kunjung mengungjungi, saling sapa menyapa dan
saling ingat-mengingat kepada Allah SWT.
Silaturahmi Bisa Menjadi Berkah dan Juga Bencana
Perlu kita perhatikan, silaturahmi bisa menjadi berkah yang indah
dari Allah SWT, bisa juga menjadikan murka Allah SWT kepada seorang
hamba.
Silaturahmi bisa menjadi tidak bebebuah berkah, ketika kita menjalin
hubungan baik kepada teman, tetangga, dan lainnya yang bisa dibilang
tidak ada hubungan nasab, namun hubungan baik dengan keluarga sendiri
tidak harmonis, apalagi hubungan kepada kedua orang tua. Sungguh Allah
membenci yang seperti ini.
Silaturahmi dengan keluarga, yang hakikinya adalah saling rindu
saling menyapa karena Allah SWT. Jikalau silaturahmi dalam hubungan
keluarga dan kerabat hanya untuk kepentingan lahirian, hal itu kurang
tepat.
Misalkan silaturahmi yang untuk menjalankan tradisi seperti di bulan
(Syawal) dan hal itu karena rasa sungkan kepada manusia, adanya rasa
balas jasa, sebenarnya itu bukan termasuk dari hakikat silaturahmi yang
sesungguhnya.
Yang bisa menjadikan Allah tidak ridho ialah, jika silaturahmi
dilakukan dan masih didasari adanya perasaan iri dalam hati, dengki,
menggunjing antar kerabat ketika berkumpul silaturahmi. Tumbuh penyakit
hati jika melihat kerabat tampak lebih mampu, iri urusan duniawi seperti
ia mengenakkan pakaian baru misalnya, dan iri-dengki lainnya.
Ketika salah satu anggota keluarga tidak berkumpul, dan menjadi bahan
perbincangan yang tidak baik. Sungguh disayangkan pahala puasa Ramadhan
seseorang.
Terlebih, perlu kita ketahui, ada batasan-batsan dan aturan-aturan
dalam silaturahmi. Silaturahmi memang menjalin hubungan untuk saling
sapa, hal ini hanya untuk dalam hal kebaikan, bertemu dan berkumpul
untuk hal-hal yang baik dan saling ingat-mengingat kepada Allah SWT.
Silaturahmi bisa menjadikan murka Allah SWT ialah, jikalau
silaturahmi diniatkan untuk berkumpul untuk melakukan hal-hal yang tidak
baik seperti kemaksiatan dan perbuatan-perbutan tercela yang menjauhkan
diri kepada Allah SWT. Misalkan, silaturahmi dengan teman untuk
berpesta, mabuk-mabukan di tempat yang tercela, hingga perzinaan.
Naudubillah.
Semoga kita semua selalu dijaga Allah, semoga kita senantisa
bersilaturahmi karena Allah, karena seorang hamba yang saling mencintai
karena Allah SWT. Sungguh Allah sangat mencintai hamba-hamba tersebut.
Larangan Memutus Silaturahmi
Imam Muslim dan Imam Ahmad rahimahumallah meriwayatkan dari
Abu Hurairah ra, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw
seraya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang
terus kusambung hubungan dengan mereka sedangkan mereka memutuskannya,
aku berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, serta
mereka bersikap bodoh kepadaku sedangkan aku selalu bersikap santun
kepada mereka, Beliau bersabda:
“Jika engkau benar-benar seperti yang engkau katakan,
maka seolah-olah engkau menaburkan bara panas di wajah mereka, dan
senantiasa kemenangan dari Allah SWT menyertaimu terhadap mereka, selama
engkau tetap seperti itu.” (HR Muslim)
Meskipun
ada kerabat, teman dan orang lain yang memutuskan tali silaturahmi
kepada kita. Hendaknya kita tetap besikap baik dan mendoakkannya.
Dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra aku berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang amalan yang utama, maka beliau bersabda:
“Sambunglah orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu” (HR Ahmad)
Silaturahmi adalah engkau memaafkan kesalahan orang lain, dan
menutupi kekeliruan. Tiada akal sehat, keutamaan, dan kecerdasan kecuali
engkau menyambung tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskan,
memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadamu, memaafkan
kepada orang yang berbuat zalim kepadamu, dan bersikap santun kepada
yang bodoh terhadapmu.
Sungguh Memutus Silaturahmi Adalah Dosa Besar
Sesungguhnya memutuskan tali silaturahmi merupakan dosa besar yang
Allah memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai siksaan dan
hukuman, baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, padahal
Rasulullah telah bersabda:
“Rahim bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung hubunganku niscaya Allah swtmenyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan aku niscaya Allah swt memutuskan hubungan dengannya” (HR Bukhari dan Muslim)
Maka orang yang memutuskan tali silaturahmi terputus dari Allah SWT,
dan siapa yang Allah SWT putuskan hubungan dengannya, maka kebaikan
apakah yang bisa diharapkannya, dan keburukan apakah yang ia bisa aman
darinya, baik di dunia maupun di akhirat selama ia masih memutuskan tali
silaturahmi? Dari Abu Bakrah radari Nabi saw beliau bersabda:
“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi)
Kerugian orang yang memutuskan hubungan tali silaturahmi,hidup
seseorang tidak mendapat berkah dari Allah SWT, bahwasanya orang yang
memutuskan silaturahmi membawa dirinya untuk tidak dikabulkan doanya.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud ra pada suatu hari duduk setelah Subuh
dalam sebuah halqah, lalu berkata: Aku meminta kepada orang yang
memutuskan silaturahmi agar berdiri meninggalkan kami, karena kami ingin
berdoa kepada Rabb dan bahwasanya pintu langit akan tertutup
dikarenakan oleh orang yang memutuskan silaturahmi.
Maka janganlah engkau membawa dirimu, wahai miskin, sehingga doamu
ditolak tatkala berdoa kepada Allah saw. Orang yang memutuskan tali
silaturahmi juga membuat sial masyarakat yang dia tinggal padanya, dari
Abdullah bin Abi Aufa ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:
“Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi” (HR Muslim)
Dan orang yang memutuskan tali silaturahmi terancam tidak bisa masuk
surga, dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im ra, dari Nabi saw beliau
bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR Bukhari dan Muslim)
Menjaga Silaturahmi
Silaturahmi sebaiknya tidak hanya dilakukan di bulan Syawal selesai
Ramadhan, di bulan syawal adalah yang akbar. Sebaiknya silaturahmi tetap
kita jalin pada hari-hari biasanya. Siturahmi bisa kita lakukan
seminggu sekali untuk keluarga dekat, saling memberi kabar dan membantu
kerabat.
Untuk sahabat jauh bisa menggunakan teknologi jaman sekarang seperti
internet. Sebaiknya kita luangkan waktu senang yang kita khususkan /
kita agendakan khusus untuk bersilaturahmi, kepada kerabat-kerabat,
kepada guru-guru kita dan juga kepada teman-teman kita.
Hikmah Menjaga Silaturahmi
- Menjadikan seorang hamba lebih dekat dengan Allah SWT dan dicintai Allah SWT, hati akan terasa tanang, damai dan tentram.
- Insha Allah meluaskan rezeki, dari sisi psikologis hidup tentram akan menjadikan jiwa menjadi lebih sehat, Insha Allah jika Allah berkendak umur kita akan diopanjangkan. Allah SWT maha kuasa atas segala sesuatu.
- Di senangi para malaikat, karena malaikat juga senang bersilaturahmi.
- Di benci shaiton, mereka akan lebih sulit untuk menyesatkan kita, karena kita menjadi lebih dekat dengan Allah SWT. Sesungguhnya shaiton adalah musuh yang nyata bagi manusia. Teruslah mendekat kepada Allah SWT agar kita selalu terlindungi dari gangguan aduwumubin tersebut.
- Lebih mudah hidup dimasyarakat, di senangi manusia dan bisa memupuk rasa cinta kasih dan rasa peduli antar sesama manusia.
- Terbentukanya ukhuwah Islamiah yang insha Allah penuh berkah dan sama-sama mendapat rahmati Allah SWT.
Semoga pembahasan kali penuh penuh berkah dan manfaat, bagi penulis dan pembaca sekalian, Sekian.
Bagikan ya agar menjadi amal jariyah buat kita semua. Aamiin
0 comments:
Post a Comment