Israel menghantam sebuah menara tinggi di wilayah padat penduduk Gaza City. (Foto: Reuters)
PALESTINA KONTAK BANTEN Israel kembali meningkatkan eskalasi serangan dengan menghancurkan sebuah menara tinggi di wilayah padat penduduk Gaza City pada Jumat 5 September 2025.
Militer Zionis juga memperingatkan bahwa serangan terhadap gedung-gedung
bertingkat lain akan terus berlanjut seiring kampanye merebut kendali
ibu kota Jalur Gaza.
Warga yang tinggal di Menara Mushtaha gedung
12 lantai di sisi barat Gaza City yang dikelilingi ratusan tenda
pengungsi dipaksa mengungsi usai menerima ultimatum dari militer
Israel.
Tak lama berselang, gedung tersebut digempur dua kali, termasuk oleh jet tempur F-16. Militer Israel berdalih bahwa menara itu merupakan “infrastruktur Hamas” yang digunakan untuk merencanakan operasi militer.
Tak lama berselang, gedung tersebut digempur dua kali, termasuk oleh jet tempur F-16. Militer Israel berdalih bahwa menara itu merupakan “infrastruktur Hamas” yang digunakan untuk merencanakan operasi militer.
"Pasukan Israel menyerangnya dengan dua serangan udara yang pertama sebagai peringatan dan kemudian diserbu lagi dengan serangan F-16," kata jurnalis Aljazeera.
Namun, manajemen Mushtaha Tower membantah tuduhan tersebut. Mereka menegaskan, gedung itu hanya ditempati para pengungsi dan tidak digunakan untuk aktivitas militer.
Sejumlah warga sipil dilaporkan terluka akibat serangan tersebut dan dilarikan ke Rumah Sakit al-Shifa.
“Gelombang kejut serangan menyebar ke seluruh area, memicu kekacauan. Sejumlah tenda darurat telah terdampak oleh serangan tersebut, yang menandakan fase baru kampanye militer Israel,” tambah laporan Aljazerra.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir telah mengumumkan dimulainya fase kedua Operasi Kereta Gideon dengan target utama Gaza City.
“Kami telah memasuki fase kedua untuk mencapai tujuan perang. Memulangkan sandera adalah misi moral dan nasional kami,” kata Zamir.
Langkah ini merupakan bagian dari rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sejak 8 Agustus lalu disetujui Kabinet Keamanan Israel. Serangan tahap demi tahap itu bertujuan menduduki kembali Jalur Gaza, dimulai dengan Gaza City.
Menanggapi agresi tersebut, Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas mengumumkan Operasi Staf Musa. Mereka mengklaim telah menyerang kendaraan militer Israel di Kota Jabalia, Gaza utara.
Netanyahu bahkan sudah memerintahkan percepatan pendudukan Jalur Gaza sejak 20 Agustus, meski menuai kecaman keras dari komunitas internasional.
Hingga kini, agresi Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 64.200 jiwa, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada Jumat 22 Agustus menyebut lebih dari setengah juta warga Gaza menghadapi kelaparan.
Setidaknya 132 ribu anak balita terancam gizi buruk akut, dengan 43 ribu di antaranya berisiko mengalami kondisi yang mengancam jiwa dalam beberapa bulan ke depan.
0 comments:
Post a Comment