Kemiskinan merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari 
kehidupan sosial. Ia merupakan pembawaan dan sangat tergantung dari 
karakter masyarakat, keluarga, dan watak manusia. Karena itu, selalu 
dijumpai kemiskinan di tengah-tengah masyarakat.
Ada yang 
menyebutkan bahwa di Banten saat ini tidak ada yang miskin. Gelontoran 
pariwisata yang menjadin penopang kehidupan sosial ekonomi di Tanah Jawara  dinilai 
sebagai faktor utama yang menjadi pendorong kesejahteraan.
Akan 
tetapi, seperti yang diutarakan di atas, kemiskinan itu pembawaan yang 
sangat tergantung dari karakter masyarakat dan lingkungan alamnya. Maka 
sesungguhnya kemiskinan tetap dijumpai di Banten . Tidak hanya di daerah 
pegunungan tengah dijumpai kemiskinan itu, bahkan di lokasi-lokasi 
industri pariwisata yang paling pesat pun masih dijumpai. Bahkan, sangat
 ironis. Silakan jalan-jalan ke daerah Bukit dan tempat pariwisata di  Provinsi Banten
Dengan demikian yang paling mungkin dilakukan pemerintah 
sebagai pembuat kebijakan adalah menekan jumlah kemiskinan. Cara inilah 
bentuk rasionalitas pemerintah untuk kebijakan politik yang dilakukan. 
Jadi, kalau Gubernur Banten  hendak menekan kemiskinan sampai titik kisaran
 satu persen, karena itulah kebijakan yang paling mungkin dapat 
dilakukan.
Akan tetapi, yang harus diperhatikan bahwa dalam 
konteks kemiskinan, teori dan pola pemahaman tentang kemiskinan tersebut
 sering menjebak. Akibatnya, antara fakta dengan teori dan pemahaman 
sering kali tidak nyambung dan mengejutkan. Batasan kemiskinan sering  
kabur. Misalnya secara sederhana, masyarakat miskin adalah mereka yang 
mempunyai rumah dengan lantai dan tembok dari tanah.
Mungkin 
mereka itu miskin tetapi bisa jadi mereka yang memiliki rumah seperti 
itu disiplin membersihkan rumah sehingga terhindar dari penyakit. Dengan
 definisi seperti itu, mereka yang mempunyai gubuk terbuat dari bata dan
 lantai dari bata dengan ukuran 6 x 5 meter misalnya, tidak masuk orang 
miskin. Padahal, itulah satu-satunya lahan yang dimiliki.
Termasuk
 juga mereka yang mempunyai atau menempati tempat tinggal di perumahan 
yang sangat sederhana. Banyak dari mereka yang tinggal di tempat ini 
berlokasi di kota dan pola hidupnya sangat semrawut.
Pengukuran 
kemiskinan dengan memakai asupan gizi dan kalori per hari, merupakan 
cara yang baik untuk melihat kondisi kemiskinan masyarakat. Miskin dapat
 disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dan kalori sehingga masyarakat 
tidak dapat beraktivitas secara maksimal.
Maka diasumsikan jika 
asupan ini mencukupi, masyarakat akan dapat bekerja dengan baik dan 
dengan demikian akan mampu menghilangkan kemiskinannya secara 
mandiri. Kelemahannya, cara ini rumit dan kontinuitasnya kurang 
terjamin. Belum tentu asupan gizi tersebut berlangsung konstan setiap 
hari bahkan setiap minggu. Demikian juga dengan pengukuran kemiskinan 
yang didasarkan pada penghasilan bulanan.
Dengan demikian, yang 
diperlukan sekarang adalah justru kontinuitas observasi dan survei 
kemiskinan oleh cabang pemerintahan yang paling bawah, yang paling 
bersentuhan dengan masyarakat. Survei tahunan terhadap kemiskinan perlu 
dilakukan oleh pemerintah, diumumkan secara terbuka dan dengan itulah 
dibuat kebijakan-kebijakan baru terhadap daerah yang disurvei.
Dengan
 cara seperti ini akan dapat “diobati” masyarakat atau keluarga yang 
tetap miskin, tergelincir menjadi miskin atau bertambah miskin. 
Sebaliknya akan didapatkan model untuk menekan dan mencegah kemiskinan 
apabila dilihat anggota masyarakat yang telah mampu meningkatkan 
kesejahteraannya.
Di Provinsi Banten, secara geografis relatif mudah 
melakukan survei ini karena jarak antardesa tidak terlalu jauh dari 
pusat pemerintahan dan juga sarana untuk mencapai rumah-rumah penduduk 
tersebut tidak terlalu jauh. Bandingkan dengan tempat-tempat lain di 
luar Provinsi Banten yang posisi geografisnya sangat jauh dari pusat pemerintahan.
Ada
 hal lain yang perlu diperhatikan, yang jauh lebih berbahaya dari 
kemiskinan itu sendiri, yaitu pemiskinan. di provinsi Banten, pemiskinan inilah 
yang harus diwaspadai. Kemiskinan adalah sebuah keadaan, kondisi di mana seseorang atau keluarga yang 
hidupnya berada di bawah kondisi layak menurut ukuran yang sudah ada. 
Tetapi pemiskinan adalah sebuah proses yang dalam hal ini adalah proses 
menuju miskin yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung atau 
tidak langsung.
Bahkan, pemiskinan ini dapat berlangsung secara sistematis, dapat 
digerakkan oleh tangan dan pikiran yang tidak kelihatan. Pemiskinan yang
 tidak dirasakan merupakan kondisi yang paling berbahaya.
Kemiskinan
 merupakan kondisi nyata yang bukan tidak mungkin telah memunculkan 
kesadaran kepada mereka yang miskin. Dengan adanya kesadaran, akan mudah
 melakukan pemberantasan kemiskinan dan mudah mengedukasi orang untuk 
beranjak dari kemiskinan. Akan tetapi, orang yang mengalami pemiskinan 
tidak mempunyai perasaan seperti itu sehingga susah sekali untuk 
menyadarkannya. Mereka merasa selalu mampu dengan sumber daya yang 
dimiliki. Padahal di sekitar dan melekat padanya, proses pemiskinan 
justru sedang terjdi. Ini banyak dan mungkin masif terjadi di Banten
Penurunan
 jabatan pegawai pemerintah yang kedapatan korupsi dan penyitaan harta 
kekayaannya, tidak sekadar  sebagai bentuk penghukuman tetapi merupakan 
proses untuk memiskinkannya secara sistematis. Dan secara global, 
negara-negara yang mendapat bantuan dana dengan syarat lunak dari 
lembaga donor, bisa jadi juga sebuah proses pemiskinan yang tidak 
kelihatan karena lembaga ini berwenang mengatur pembangunan di negara 
bersangkutan.
Secara mikro, kita harus hati-hati juga menerima 
kredit apa pun yang murah dengan berbagai syarat karena berpotensi 
menguras sumber daya yang kita miliki. Ini merupakan proses pemiskinan 
tidak kelihatan.
Yang paling mengkhawatirkan adalah 
penjualan tanah yang kini seolah menjadi kebiasaan. Dalam konteks 
pembelajaran “kaya-miskin”, hasil penjualan tanah ini benar-benar 
menipu. Perasaan kaya mempunyai uang tetapi sesungguhnya sumber daya 
utama dalam keluarga itu hilang.
Tanah bukan saja memberi 
penghasilan tetapi justru dapat memberi pijakan bagi manusia untuk 
berpikir dan mengembangkan nalar. Inilah sumber utama kehidupan itu. 
Penjualan tanah merupakan proses pemiskinan yang sangat kentara tetapi 
sangat tidak dirasakan oleh masyarakat.
Berkaitan dengan tanah 
tersebut, ada dua hal yang juga menjadi sumber pemiskinan sosial. Yang 
pertama adalah pembiaran tanah lahan. Di sebagian (besar) daerah 
 banyak terlihat sawah dan ladang terbengkalai. Kondisinya sudah mirip 
belantara. Pembiaran ini adalah proses pemiskinan yang memengaruhi 
sikap, dan selanjutnya keturunan.
Sikap akan berubah menjadi 
pesimis dan akhirnya berkeinginan menjual tanah. Jika tanah terjual, 
sumber daya keturunan pasti berkurang. Padahal, apabila tanah diolah 
dengan manajemen modern, akan mempunyai pendapatan yang jauh lebih besar
 dibanding pegawai hotel.
Yang kedua adalah gengsi untuk bekerja 
mengelola tanah. Gengsi ini membuat tanah jadi terbengkalai dan dari 
situlah kemudian memunculkan tanah yang terbengkalai tersebut.
Jangan
 dilupakan, upacara besar-besaran yang hanya memamerkan simbol tanpa 
tahu maknanya, juga adalah proses pemiskinan.  Sejak saat ini, 
masyarakat harus rajin mencari makna ritual dan berani memutuskan untuk 
menyederhanakan ritual. Dana, tenaga, waktu yang dihabiskan untuk ritual
 adalah komponen pemiskinan yang paling nyata di sana.
Maka, jika 
ingin menekan kemiskinan pemiskinan inilah yang harus dibenahi 
terlebih dahulu. Dihapus! Tanpa itu, pada masa depan akan banyak terjadi
 kemiskinan 
 






 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 comments:
Post a Comment