![]() |
Kepala BI Banten Budiharto Setyawan
(tengah) menyampaikan analisis BI pada konferensi pers KEKR triwulan IV
tahun 2016 di kantor BI Banten, Selasa (7/3).
|
SERANG - Kota Cilegon menjadi daerah dengan tingkat
inflasi tertinggi se-Banten pada kuartal IV Tahun 2016. Beberapa
penyebabnya, harga-harga bahan pokok di kota baja tersebut melambung
lebih tinggi dibanding daerah lain, serta komitmen pengendalian inflasi
tidak sepenuhnya menjadi prioritas oleh pemda setempat.Hal tersebut terungkap pada konferensi pers Kajian Ekonomi dan Keuangan
Regional (KEKR) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten di
kantor bank tersebut, Selasa (7/3)."Inflasi Kota Cilegon merupakan yang
tertinggi yaitu 4,22 persen, diikuti Kota Serang 3,26 persen, dan Kota
Tangerang 2,65 persen,” ujar Kepala BI Banten Budiharto Setyawan kepada
wartawan didampingi Kepala Tim Advisory dan Ekonomi Keuangan BI Banten
Duddy Adiyatna, dan Analis Ekonomi Fungsi Asesmen Ekonomi dan Keuangan
BI Banten Jennydar Oseva.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Banten, kondisi inflasi Kota Cilegon sepanjang Tahun 2016
tercatat masing-masing, triwulan I 5,23 persen, triwulan II 4,68
persen, triwulan III 3,8 persen dan triwulan IV 4,22 persen. “Alasan
kenapa inflasi Cilegon itu tinggi, karena ada beberapa komoditas
seperti cabai dan bawang pergerakan harganya tidak sesuai dengan kota
lain, seperti Tangerang dan Serang. Misalnya harga cabai di Serang dan
Tangerang sudah turun, tapi di Cilegon itu harganya masih mahal,” ujar
Analis Ekonomi BI Banten Andayani Kumaladewi.Wanita yang akrab
dipanggil Anday ini menyebut, kenaikan harga tersebut terjadi karena
pemenuhan komoditas dan kebutuhan pokok masih mengandalkan dari daerah
lain. “Dari sisi distribusi juga, salah satu faktornya Kota Cilegon itu
bukan daerah produsen. Jadi karena dia bukan daerah produsen, pemenuhan
barang-barang komoditasnya, makanan terutamanya dan barang-barang
holtikultura itu harus diambil dari daerah lain,” terang Anday.Cuma
yang menjadi persoalan, lanjut Andai, beberapa daerah yang menjadi
pemasok komoditas dan barang-barang di Kota Cilegon diambil dari daerah
yang notabenenya bukan produsennya langsung. Sehingga, rantai
distribusinya cukup panjang dan harga-harga yang seharusnya sudah turun
dan murah, harganya tetap tinggi. “Jadi dia itu misal ngambil di
Serang, dari Lampung atau dari daerah lain. Cuman, kalau dia ngambil
dari Serang, pedagang yang dari Serang juga ngambilnya dari Tangerang.
Jadi peta distribusinya itu kurang efisien. Karena kalaupun ngambil dari
Tangerang harganya sudah naik,” katanya.Sementara itu, Analis
Ekonomi Fungsi Asesmen Ekonomi dan Keuangan BI Banten Jennydar Oseva
mengatakan, selain pengaruh rantai distribusi yang terlalu panjang
ketimbang daerah Tangerang, faktor lain tingginya inflasi di Cilegon
disebabkan pegawai industri yang pada umumnya mendapat gaji besar tidak
terlalu sensitif walaupun harga-harga mengalami kenaikan. “Faktor
pertama, dia memang bukan produsen pangan strategis, kedua memang
rantai pasokannya lebih panjang dibandingkan dengan kota lainnya, ketiga
memang penghasilan masyarakatnya juga relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kota lainnya Jadi sensitifitas kenaikan harganya itu lebih
kecil,” katanya. “Sebenernya sih ini harus menjadi perhatian yang ada di
sana, dinas-dinas terkait yang ada di Cilegon, untuk lebih aware
(peduli) angka inflasi merekanya yang lebih tinggi,” katanya
0 comments:
Post a Comment