Serang-Puluhan mahasiswa yang tergabung dari organisasi Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) Kota Serang, Pengurus Pusat (PP) Himpunan
Mahasiswa Serang (Hamas) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
menolak keras kebijakan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang Full
Day School.
“Beberapa pekan ini rakyat Indonesia dibuat resah dengan kebijakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhajir Efendi
yang akan memberlakukan Full Day School (FDS) atau sistem pembelajaran
seharian di semua tingkat sekolah di Indonesia. Hal itu dinilai akan
mengakibatkan banyaknya lembaga pendidikan non formal gulung tikar. Dan
salah satu yang resah adalah pendidik atau guru honorer. Menurut kami
hal ini akan menguntungkan sebeleh pihak saja karena tidak
mempertimbangkan nasib guru terutama guru agama madrasah diniyah
awaliyah,” kata Jaenal Alimin sebagai Kordinator lapangan (Korlap) Aksi,
di depan kampus UIN SMH Banten, Jumat (16/6/2017)
Selama ini, kata dia, sistem pendidikan di Indonesia umumnya pagi
hari sampai siang hari belajar di sekolah. Sedangkan siang hari sampai
sore hari belajar di lembaga pendidikan agama, atau madrasah
“Sistem tersebut dirasa sangat mampu menumbuhkan karakter siswa
terutama menyoal pendidikan agama, yang benar-benar terbukti berhasil di
transformasikan pada diri siswa. Bayangkan jika program FDS benar di
berlakukan akan banyak lembaga pendidikan agama yang tidak lagi
diperlukan sehingga secara otomatis akan tutup dengan sendirinya,” ujar
Jaenal dalam orasinya.
“Hapuskan komersialisasi pendidikan, tolak penghapusan mata pelajaran
pendidikan agama di sekolah, dan menuntut presiden untuk mengevaluasi
Permendikbud nomor 23 tahun 2017,” imbuhnya. (
0 comments:
Post a Comment