SERANG, (KB).- Pengidap difteri di Provinsi Banten
terus bertambah. Hingga Rabu (13/12/2017) temuan difteri sebanyak 90
kasus atau bertambah 5 kasus hanya berselang satu hari. Kian
bertambahnya temuan difteri tersebut ditengarai karena masih banyak yang
belum melakukan vaksinasi.
Berdasarkan data Dinkes Banten, lima kasus tersebut ditemukan di Kota
Tangerang 4 kasus dan Kota Cilegon 1 kasus. “Untuk temuan di Cilegon
itu warga asal Menes, Kabupaten Pandeglang. Sampai hari ini (kemarin)
dari jumlah sebelumnya 85 kasus temuan jadi 90,” kata Kasi Surveilans
Imunisasi dan Krisis Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten drg.
Rostina kepada wartawan.
Menurutnya, kian bertambahnya kasus difteri dikarenakan masih banyak
warga yang belum divaksin. Ia berharap masyarakat datang ke puskemas
atau faskes terdekat lainnya. “Kepada rekan-rekan media juga dimohon
kesediaannya untuk terus menyosialisasikan program ORI ini. Untuk warga
yang belum divaksinasi bisa langsung datang ke puskesmas, RS maupun
posyandu. Kita juga melayani vaksinasi pada akhir pekan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (PKM),” ujarnya.
Ia mengungkapkan, sampai saat ini baru dua kabupaten/kota yang
menyatakan KLB difteri yakni Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang.
Pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut dari Kota Tangerang, Kota
Tangsel, dan Kota Serang. “Kita sudah surati tiga kota itu. Dan dari
laporan yang saya terima Kota Tangsel sudah keluarkan SK KLB walaupun
itu SK kepala dinas. Sedangkan Kota Serang masih menunggu teken wali
kota,” ucapnya.
Ia berharap kepala daerah menandatangani SK KLB mengingat jumlah
pasien difteri yang terus bertambah. “Kita berharap semua kepala derah
segera keluarkan SK. Kasian sudah banyak pasien,” tuturnya. Rostina
mengungkapkan, data vaksinasi yang masuk Dinkes Banten hingga hari
ketiga pelaksanaan ORI baru dari Kabupaten Serang yaitu 8.154 dosis dari
total 526.270 sasaran.
“Kemungkinan besok baru masuknya. Sekarang teman-teman Dinkes
kabupaten/kota sedang rekap,” katanya. Ia mengungkapkan, dibandingkan
dengan cakupan vaksinasi di dua provinsi yakni DKI Jakarta dan Jawa
Barat pada hari ketiga, Banten cukup tertinggal. “DKI sama Jabar sudah
ada laporan per tiga hari ini, di Banten masih rekap. Jadi wajar DKI
sama Jabar lebih tinggi cakupan vaksinasinya,” ujarnya.
Dilarang cuti
Sementara itu, petugas medis di Kabupaten Serang diminta tidak cuti
kerja selama penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Hal tersebut
agar pemberian vaksin atau imunisasi cepat terselesaikan oleh seluruh
petugas medis, sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit
tersebut. Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa
dalam pertemuan advokasi dan sosialisasi lintas sektor dalam rangka
persiapan ORI (Outbreak Response Immunization) difteri di Kabupaten
Serang 2017, yang digelar di Aula Tb. Suwandi Pemkab Serang, Rabu
(13/12/2017).
“Kami minta seluruh petugas medis di Kabupaten Serang tidak mengambil
cuti di Desember ini. Biasanya kan petugas medis memanfaatkan cutinya,
tapi untuk sekarang kami minta tidak ambil hak cutinya dahulu selama
penanganan KLB Difteri. Dokter, petugas kesehatan di puskesmas, klinik
juga harus lebih waspada. Saya minta dan imbau ke teman-teman petugas
medis jangan dulu mengambil cuti, karena ada KLB difteri sedang terjadi
di wilayah kita,” ucapnya dalam kegiatan tersebut.
Pandji mengatakan, pihaknya melibatkan semua instansi untuk turut
menangani karena dalam menanggulangi KLB tersebut pemkab tidak bisa
hanya mengandalkan Dinkes dan jajarannya, melainkan harus melibatkan
semua pihak. “Dokter dari RS Swasta juga dilibatkan, termasuk juga
dokter kepolisian, detasemen kesehatan militer juga dilibatkan untuk
membantu melaksanakan vaksinasi secara serentak selama satu bulan, agar
kasus difteri segera ditanggulangi ke seluruh kelompok sasaran sebanyak
526.314 orang yang berusia 0-19 tahun,” katanya.
Pandji mengungkapkan, pihaknya ingin menyelesaikan vaksinasi ke
seluruh sasaran dan diharapkan dapat selesai akhir tahun 2017. “Ini
wabah sangat menakutkan, kebetulan saya punya memori buruk difteri ini
karena kakak saya kebetulan kena difteri dulu, tenggorokan dibolongin,
susah napas dan meninggal. Ini penyakit yang mematikan, oleh karena itu
saya bilang jangan anggap sepele KLB Difteri. Ini masalah serius yang
harus dilakukan tindakan segera, jangan samapai mengenai anak cucu kita.
Ini situasi darurat, dan dinkes sudah diperintahkan agar segera
bergerak. Sasaran awal anak-anak sekolah, mau negeri atau swasta
datangin semua beri vaksin,” tuturnya.
Pandji mengatakan, khusus untuk tenaga medis diminta tidak cuti, dan
mudah-mudahan sebelum masa libur panjang vaksinasi sudah selesai. “Kita
sudah bergerak dari 11 Desember dan baru sekitar 2 persen dari sasaran
yang sudah divaksinasi, berarti baru sekitar 11 ribu, masih banyak
sasaran yang harus kita selamatkan,” ujarnya. Di Rumah Sakit Drajat
Prawiranegara, kata Pandji, untuk ruangan khusus penanganannya juga
diupayakan penambahan. “Saya minta Dirut buat ruang baru, tapi
mudah-mudahn pasien difterinya tidak bertambah,” katanya.
Terkait larangan cuti bagi tenaga medis, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang, Sri Nurhayati mengatakan, karena ada KLB difteri, jika
memang tidak terpaksa harus cuti dan masih bisa ditunda, sebaiknya
jangan cuti. “Di kita kan ada KLB, maka harus disikapi dengan luar biasa
juga. Sasaran imunisasi lebih banyak di sekolah. Nah masalahnya 22
Desember mereka terima rapot, setelah itu libur sampai Januari baru
masuk. Kalau kita tidak cepat penanganannya takutnya malah lebih cepatan
lari penyebaran penyakitnya dari pada antisipasinya. Ini yang harus
kita sikapi,” katanya.
Sri mengatakan, adanya penyebaran difteri diperkirakan karena masih
ada kantong-kantong yang kemungkinan dulunya tidak diimunisasi sehingga
terjadi seperti sekarang. “Memang imunisasi ORI ini tidak cukup hanya
dilakukan satu kali, tapi jika bulan ini imunisasi maka bulan depan
harus imunisasi lagi. Kemudian enam bulan kemudian imunisasi kembali
baru itu kebal. ORI dilakukan karena belum terjadi kekebalan populasi,”
tuturnya. Kasus difteri hingga Rabu (13/12/2017), bertambah menjadi 14
kasus, dua kasus meninggal. “Imunisasi juga sudah dimulai sejak 11
Desember. Jadi gerakannya simultan, kita tidak tunggu sosialisasi dulu,
tapi simultan sekaligus sosialisasi, advokasi dan sambil bergerak
imunisasi karena ini KLB,” tuturnya. (
0 comments:
Post a Comment