MATARAM - Gelombang eksodus masyarakat Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat (NTB), kembali terjadi pascagempa bumi susulan berkekuatan 6,9
skala Richter pada Minggu (19/8) malam.
Bahkan, jumlah warga yang meninggalkan Kota Mataram menuju ke tempat
aman, lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Sementara itu, korban gempa
di Kabupaten Lombok Utara telah mengungsi hingga ke Kabupaten Jembrana,
Bali, dengan menumpang di rumah saudaranya.
“Saya memutuskan ke Jembrana karena mencari tempat yang lebih aman,”
kata Chairul Umar, 25 tahun, pengungsi dari Pulau Gili Trawangan,
Kabupaten Lombok Utara, yang mengungsi bersama istri serta dua anaknya
ke Dusun Ketapang, Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Senin
(20/8).
Chairul menambahkan, anaknya mengalami trauma akibat gempa setelah
sempat beberapa hari hidup di pengungsian di Lombok Utara, akhirnya
memutuskan pulang ke rumah ibunya di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Namun, karena pertimbangan keamanan serta mencari pekerjaan
sementara, Chairul bersama keluarga akhirnya pindah ke Jembarana, Bali,
pada Jumat (17/8) lalu.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana, mengatakan
kali ini jumlah masyarakat yang meninggalkan rumah lebih besar
dibandingkan gempa pada minggu pertama Agustus.
“Bahkan, jumlah masyarakat yang meninggalkan rumahnya untuk mengungsi
kali ini lebih besar dan sporadis,” kata Wakil Wali Kota Mataram, H
Mohan Roliskana, di Mataram, Senin.
Berdasarkan data BPBD Kota Mataram, jumlah pengungsi pada 16 Agustus
2018 sebanyak 93.073 orang. Kini jumlah ini diperkirakan bertambah.
0 comments:
Post a Comment