JAKARTA – Usai menggelar shalat Jumat berjamaah di
Masjid Istiqlal, peserta aksi Bela Tauhid II mulai long march menuju
Patung Kuda di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat
(2/11/2018). Mereka meminta pemerintah dan Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) mengakui bahwa bendera yang dibakar saat peringatan Hari
Santri Nasional adalah bendera tauhid. Bukan bendera ormas terlarang
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah menenegakkan hukum
seadil-adilnya. Baik kepada pembakar bendera maupun aktor intelektual di
balik pembakaran tersebut.
Mengenakan baju muslim, pria, wanita, bahkan anak-anak berjalan
membawa pernak-pernik bertuliskan kalimat Tauhid, di antaranya bendera,
topi, ikat kepala, pin, hingga baju. Satu bendera tauhid berukuran besar
dibawa pengunjuk rasa dengan membentangkannya menghadap atas.
Di Jalan Medan Merdeka Timur, peserta aksi harus berjalan melawan
arus dan berbagi jalan dengan pengendara mobil dan motor. Belum lagi
banyak pedagang yang memanfaatkan trotoar untuk menggelar dagangan.
Alhasil, kemacetan parah tidak bisa dihindarkan.
Semula tujuan aksi Bela Tauhid adalah Istana Merdeka, namun polisi
kemudian mengalihkan ke Patung Kuda Jalan Medan Merdeka Barat. Beberapa
ruas jalan menuju Istana Negara untuk sementara ditutup. Arus kendaraan
pun dialihkan.
Kegiatan penyampaian pendapat ini buntut dari insiden pembakaran
bendera bertulis kalimat Tauhid yang disebut sebagai bendera ormas
terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh oknum Banser di Garut, Jawa
Barat saat peringatan Hari Santri Nasional.
Aksi Bela Tauhid ini merupakan kali kedua setelah sebelumnya juga
turun ke jalan menggeruduk Kantor Kementerian Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan pekan lalu, Jumat, 26 Oktober 2018.
0 comments:
Post a Comment