Popularitas Jokowi tak ada yang mengalahkan. Kepuasan rakyat terhadap hasil kerjanya juga membanggakan. Tapi, Jokowi tak boleh berpuas diri. Soalnya, rakyat yang merasa kehidupan ekonomi semakin sulit dan berat masih banyak. Yang murung karena tak punya kerjaan juga masih bejibun
Kesimpulan itu tergambar dari hasil surveri terbaru yang dirilis Indikator Politik Indonesia pimpinan pengamat politik muda, Burhanuddin Muhtadi.
Merilis hasil surveri lembaganya, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin, Burhan menyatakan, 43 persen responden merasa berat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sementara hanya ada 18 persen responden yang merasa kebutuhan pokoknya semakin ringan dibanding tahun lalu.
“Di isu-isu ini masih lebih banyak yang menilai tidak ada perubahan atau bahkan semakin negatif,” kata Burhan.
Survei ini dilakukan medio 17-24 September 2014, menggunakan multistage random sampling dengan 1.220 responden di seluruh wilayah Indonesia. Margin of error sekitar 2,9 persen.
Dari hasil survei ini menunjukkan ada deretan rapor merah di antara rapor biru pemerintahan Jokowi-JK yang hampir 3 tahun ini.
Selain hidup yang semakin sulit, hal lain yang mengecewakan, 50 persen responden menilai pengangguran saat ini semakin meningkat. Hanya 20 persen yang menjawab pengangguran semakin berkurang.
Soal pekerjaan begitu juga; mengecewakan. 54 responden merasa mencari pekerjaan semakin sulit. Hanya 14 persen responden yang merasa mencari pekerjaan semakin mudah. Kemudian, 42 persen responden menilai orang miskin semakin banyak. Hanya 24 persen yang menjawab semakin berkurang.
Burhan menyarakan, pemerintahan Jokowi-JK harus bekerja lebih keras lagi, terutama di sektor ekonomi. “Masalah paling mendesak berkaitan dengan ekonomi,” kata Burhan.
Terlepas dari sisi jeleknya, secara keseluruhan 68,3 persen responden menyatakan sangat puas terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK. Yang menyatakan kurang puas 27,23 persen, yang menyatakan tidak puas sama sekali 2,26 persen. Jika dijumlahkan, totalnya 29,5 persen responden
Meski tingkat kepuasan rakyat cukup tinggi, namun tingkat kepuasan
ini stagnan jika dibandingkan dengan survei yang sudah dilakukan
beberapa bulan sebelumnya, pemerintah Jokowi-JK bukan tanpa puji. Jokowi
mendapat respon positif terkait urusan biaya kesehatan. 41 persen
responden merasakan semakin ringan. Hanya 26 responden yang merasa
kebutuhan berobat semakin berat.
Di sektor pendidikan, pemerintah unggul tipis. 38 persen responden
merasa semakin ringan untuk bisa menempuh pendidikan. Namun, ada 29
persen yang menyatakan semakin berat.
Sementara, responden yang menyatakan kurang puas dengan kinerja
Jokowi-JK sebesar 27,23 persen. Adapun responden yang menyatakan tidak
puas sama sekali 2,26 persen. Jika dijumlahkan, totalnya 29,5 persen
responden.
Kepuasan masyarakat ini sejalan dengan keyakinan bahwa Jokowi-JK bisa
memimpin Indonesia menjadi lebih baik pada tahun mendatang. 72,6 persen
responden yakin Jokowi-JK akan memimpin Indonesia menjadi lebih baik.
Hanya 22,6 persen yang menjawab tidak yakin.
Burhan merinci, kepuasan dan keyakinan masyarakat ini didasari oleh
sejumlah hal. Misalnya, membangun jalan umum (72 persen), membuat
layanan kesehatan terjangkau (65 persen), membangun sarana transportasi
umum (60 persen) dan membangun jalan tol luar Jawa (56 persen).
Namun, kepuasan masyarakat minim di sejumlah bidang, seperti membuat
harga kebutuhan pokok terjangkau (34 persen), mengurangi jumlah orang
miskin (32 persen), menyediakan lapangan kerja (30 persen), dan
mengurangi pengangguran (27 persen).
Di tempat terpisah, Jokowi seperti tak khawatir dengan data-data
survei di atas. Berpidato di pembukaan pameran dagang skala
internasional, Trade Expo Indonesia (TEI) 2017, BSD Tangerang, kemarin,
Jokowi menggambar bahwa ekonomi sedang baik-baiknya. Berdasarkan data
BPS, total ekspor Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2017 mencapai 108
miliar dolar AS atau tumbuh 17,58 persen di banding periode yang sama
tahun lalu.
Menurut Jokowi, peningkatan ekspor yang cukup tinggi akan berdampak
terhadap penambahan devisa negara dan meningkatnya daya saing. “Jika
ekspor dan investasi dijaga, maka pertumbuhan ekonomi akan berkualitas,”
tegas Jokowi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang sedang berada di Belgia juga
meyakinkan ke public bahwa ekonomi di dalam negeri tak perlu
dikhawatirkan.
JK menyatakan, perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang
sehat dan stabil. Hal ini didorong oleh permintaan domestik, konsumsi
rumah tangga, dan perdagangan internasional yang cenderung membaik.
Dia mengungkapkan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di
kisaran 5 persen. Selain itu, tingkat inflasi juga cukup terjaga di
bawah 4 persen.
“Indonesia mencatat inflasi 3,02 persen pada 2016, atau lebih rendah
3,35 persen pada 2015,” ujar dia dalam sambutan pada Indonesia-Belgium
High Level Roundtable Discussion di Federation of Enterprises in Belgium
(FEB) seperti dikutip dari keterangan tertulis, kemarin.
Menurut JK, Indonesia berhasil membukukan surplus perdagangan Rp 7,7
triliun pada 2015 dan ini pertama kalinya setelah tiga tahun mengalami
defisit.
“Sebagian besar berasal dari pemulihan harga komoditas. Nilai tukar
rupiah terus berlanjut di 2016. Indeks Harga Saham Gabungan menjadi
indeks saham berkinerja terbaik kedua setelahnya Thailand di Asia
Tenggara pada 2016,” jelas dia.
JK mengungkapkan, investor global juga merespon positif terhadap
kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari total
arus masuk investasi ke Indonesia pada 2016 mencapai Rp 612,8 triliun,
meningkat sebesar 12,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama
2015.“Foreign Direct Investment (FDI) mencapai hampir Rp 400 triliun atau meningkat 8,4 persen. Total realisasi investasi pada 2016 yaitu Rp 612,8 triliun, melampaui target nasional di 2016 sebesar 3 persen,” tandas dia.
Politisi PDIP Puti Guntur Soekarno yang hadir sebagai penanggap
survey lembaganya Burhan itu, menyambut baik. Ia menilai, hasil ini
merupakan kebanggaan bagi PDIP atau pun partai pendukung pemerintahan
lainnya. “Kita bisa melihat ini salah satu pembuktian dari beliau mulai
maju di pemilu dengan janjinya, bukan hanya janji manis saja. Ini tanda
Pak Jokowi mendapat keyakinan dari masyarakat,” ucap Puti.
Namun, politisi Partai Gerindra Nizar Zahro menyebut kepuasan
masyarakat dalam survei ini hanya persepsi semata. Kenyataannya, masih
banyak janji Jokowi-JK yang belum terwujud. “Misalnya dulu Pak Jokowi
berjanji membuka 10 juta lapangan pekerjaan. Namun itu belum terwujud,”
kata dia.
Peneliti di Insitute for Development of Economics and Finance
(INDEF), Ahmad Heri Firdaus menanggap wajar Jokowi mendapatkan stigma
membuat ekonomi rakyat menjadi semakin sulit. Menurutnya, pola
masyarakat saat ini sedang beralih dari penikmat subsidi menjadi tidak
menikmati subsidi. Ketegasan Jokowi memangkas subsidi seperti listrik,
gas, air minum, BBM, dan kebutuhan dasar lainnya, membuat pengeluaran
rakyat semakin tingi.
“Akibatnya, spending masyarakat untuk alokasi belanja kebutuhan
barang sekunder dikurangi. Pemerintah harus cepat mengatasi, tinggal
bagaimana mengurangi dampak-dampak tersebut, sekarang sudah merembet
kemana-mana sektor riil terganggu high cost terjadi,” ujar Heri kepada
Rakyat Merdeka.
Heri menilai, penurunan daya beli masyarakat ini merupakan dampak
dari pencabutan subsidi pemerintah terhadap barang yang harganya bisa di
atur pemerintah. Misalnya, listrik, gas, air minum, dan lainnya. Nah,
ketika subsidi dicabut, masyarakat terkaget-kaget. Yang biasanya
masyarakat dimanjakan oleh subsidi ratusan triliun itu tiba-tiba
berkurang drastis.
Heri mengatakan, indikator penurunan daya beli masyarakat tidak hanya
dilihat dari melambatnya pertumbuhan retail. Indikasi lainnya adalah
melambatnya pertumbuhan industri kecil dan menengah (IKM) mencapai 2,5
persen.
“Daya beli melambat ini kan ternyata terbukti, bukan cuma di
retailnya aja bisa dibilang turun, terus ada yang bilang pindah ke
online. Tapi kan kalau kita kroscek ke hulunya ternyata juga turun,”
terangnya.
0 comments:
Post a Comment