Manusia merupakan makhluk yang mulia di muka bumi ini. Allah telah
mengaruniakan akal, nafsu, dan hati nurani pada diri manusia, dan
derajat mereka ditinggikan melebihi makhluk ciptaan Allah lainnya.
Berbeda dengan Malaikat yang selalu patuh, manusia diberikan kebebasan
untuk memilih jalannya sendiri. Antara yang benar dan buruk, keduanya
dapat dibedakan bila seseorang memiliki hati nurani yang murni.
Banyak
orang yang mengatakan bila pembunuh, kuroptor, dan maling itu tidak
mempunyai hati nurani. Perbuatan para penjahat tersebut hanya didasari
oleh nafsu duniawi tanpa diimbangi hati nurani. Nah, yang jadi
pertanyaan sebenarnya apa sih hati nurani itu? Bagaimana islam memandang
hati nurani? Berikut ini pengkajiannya secara mendalam!
Pengertian dan Jenis-Jenis Hati nurani
Hati
nurani berasal dari bahasa Latin yaitu Conscientia yang berarti
kesadaran. Hati nurani juga bisa diistilakan sebagai suara hati, suara
batin, atau kata hati. Jika didefinisikan secara luas, hati nurani
adalah kesadaran moral yang tumbuh di dalam hati manusia dan
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Hati
nurani erat kaitannya dengan kesadaran diri. Dalam artian, seseorang
yang mempunya hati nurani berarti ia memiliki kesadaran untuk membedakan
antara tindakan yang benar dan salah. Biasanya hati nurani muncul dalam
bentuk bisikan halus yang datang dari jiwa paling dalam, hanya
sepintas, bersifat jujur dan intuitif (pemahaman sesuatu tanpa penalaran
rasional).
Secara umum, hati nurani dibedakan menjadi 2 jenis yakni hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif.
- Hati nurani retrospektif
Hati
nurani retrospektif adalah bagaimana seseorang menilai
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya di masa lampau, semacam
menghakimi diri sendiri. Bila ia berbuat kesalahan maka ia memiliki rasa
penyesalan dan menyalahkan dirinya. Contohnya, setelah kamu berbohong
kepada orang tua. Pasti akan muncul perasaan menyesal karena kamu tidak
jujur, walaupun sebenarnya hati nuranimu sudah memerintahkan untuk
berkata apa adanya.
- Hati nurani prospektif
Hati
nurani prospektif adalah bagaimana seseorang menilai perbuataanya di
masa depan atau yang sedang dilalui saat ini. Biasanya ditandai dengan
munculnnya penolakan-penolakan dalam diri. Contohnya, ketika seorang
hakim mendapat suap untuk kasusnya, maka hati nuraniya pasti cenderung
menolak.
Sepertinya
halnya budi pekerti, hati nurani juga perlu pendidikan sebab hati
berperan sebagai pemandu kehidupan. Bila seseorang diajarkan tentang
akhlak dan moral yang benar (sesuai syariat agama) sedari kecil, maka ia
bisa tumbuh menjadi pribadi santun sesuai nuraninya. Meski demikian,
belum tentu bisikan hati itu selalu baik. Adakalanya seseorang memiliki
isi hati kotor sehingga membuat hidupnya tidak tenang.
Hati Nurani Dalam Sudut Pandang Islam
Menurut mayoritas orang islam dan para ulama,
hati nurani menurut islam sering disebut sebagai “Qalbu”. Qalbu sendiri
berasal dari bahasa arab “Qalb”, dimana Qalb adalah bentuk mashdar dari
akar Qalaba, Qalban, Yaqlibu yang berarti memalingkan atau membalikan.
Menurut Sa’ad Hawwa , Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri mausia.
Sepertinya halnya budi pekerti, hati nurani juga perlu pendidikan sebab
hati berperan sebagai pemandu kehidupan. Bila seseorang diajarkan
tentang akhlak dan moral yang benar (sesuai syariat agama) sedari kecil,
maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi santun sesuai nuraninya. Meski
demikian, belum tentu bisikan hati itu selalu baik. Adakalanya seseorang
memiliki isi hati kotor sehingga membuat hidupnya tidak tenang
Hati Nurani Dalam Sudut Pandang Islam
Menurut mayoritas orang islam dan para ulama,
hati nurani menurut islam sering disebut sebagai “Qalbu”. Qalbu sendiri
berasal dari bahasa arab “Qalb”, dimana Qalb adalah bentuk mashdar dari
akar Qalaba, Qalban, Yaqlibu yang berarti memalingkan atau membalikan.
Menurut Sa’ad Hawwa , Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri mausia.
Menurut iman Al-Ghazali, qalb dapat diartikan 2
makna. Pertama qalb merupakan sepotong daging (Jantung) yang terletak di
kiri dada manusia. Yang kedua, qalb merupakan Lathifah-Rabbaniyah- Ruhaniyyah
yaitu sesuatu yang bersifat halus (tidak bisa dilihat dengan mata
kepala namun hanya bisa dilihat oleh mata batin), berhubungan dengan
Ketuhanan, dan bersifat ruhaniah.
Qalbu dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu qalbu jasmaniah dan qalbu ruhaniah.
- Qalbu jasmaniah
Qalbu
jasmaniah berarti organ tubuh manusia yang tugasnya memompa darah,
yakni jantung. Definisi ini berpacuan pada hadist populer yang
dijelaskan oleh An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ingatlah bahwa di dalam jasad
itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad.
Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
- Qalbu Ruhaniah
Qalbu
ruhaniah adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan batin dan
tidak kasat mata. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist riwayat Ibnu
Maja:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya.” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
Hati Nurani Berdasarkan Al-Quran
Dalam
Al-Quran, kata qalb sendiri telah disebutkan sebanyak 132 kali. Allah
Azza Wa Jalla menjelaskan bahwa hati nurani (qalbu) manusia itu mudah
terbolak-balik, bisa menjadi tempat bersarangnya penyakit, dan bisa pula
sebagai tanda keimanan seseorang.
- Hati nurani (kalbu) manusia mudah berbolak-balik
Allah
SWT menjelaskan bahwa hati nurani manusia itu mudah berubah. Kadangkala
di jalan yang benar dan adakalanya manusia menjadi khilaf.
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَ أَبْصَارَهُمْ
“Dan Kami bolak-balikan hati mereka dan penglihatan mereka.” (QS. Al-An’am: 110)
- Hati nurani (kalbu) manusia bisa menjadi tanda keimanan
Hati
nurani manusia juga bisa menjadi pertanda keimanannya. Seseorang yang
ta’at kepada Allah, hatinya akan bergetar bila mendengar ayat-ayat
Al-Quran dilantunkan.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ
كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى
ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَا
“Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang
disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)
- Hati nurani (kalbu) manusia bisa mengeras
Seseorang
yang terlena dengan nikmat duniawi, tamak harta, jarang berdizkir, maka
hatinya akan mengeras laksana batu. Mereka adalah orang-orang yang
disesatkan oleh Allah SWT dan tertutup qalbunya dari kebenaran.
مِنْهَا
لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا
يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Kemudian
hati-hati mereka menjadi keras setelah itu, maka ia pun laksana batu,
atau bahkan lebih keras lagi [ketimbang batu]. Padahal, sesungguhnya di
antara batu-batu itu ada yang mengalirkan sungai-sungai darinya.
Sungguh, di antaranya juga ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air
darinya. Sungguh, di antaranya juga ada yang meluncur jatuh, karena
takut kepada Allah. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak lengah terhadap
apa saja yang kamu kerjakan.” (Q.s. al-Baqarah: 74)
- Hati nurani (kalbu) adalah sarang penyakit
Penyakit
yang dimaksud disni bukanlah penyakit fisik. Melainkan penyakit hati
seperti dengki, iri, dendam, sombong, dusta, dan sejenisnya. Penyakit
–penyakit hati seperti biasanya menimpa orang-orang munafik dan terlupa
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Di
dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit tersebut,
dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat apa yang mereka
dustakan.” (Qs. al-Baqarah: 10)
Pada dasarnya, hati nurani
menurut islam atau qalbu adalah cerminan diri seseorang. Untuk
memeliharnya, hendaknya kita memperbanyak berdzikir, mengingat Allah
SWT, membaca Al-Quran, meningkatkan iman, memperbaiki akhlak, menjauhi
hal-hal buruk yang sifatnya tidak memberikan mudharat, serta berpegang
teguh pada Rukun Islam, sumber syariat Islam, rukun Islam, dan dasar hukum islam sehingga bisa memperoleh Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam.
oleh Ustd Hasan Al Basyrie
0 comments:
Post a Comment