JAKARTA- Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama TNI Angkatan Darat (AD), Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri, telah menyelesaikan penelitian obat baru Covid-19. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia.
"Karena ini akan menjadi obat baru maka diharapkan ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia," kata Rektor Unair Mohammad Nasih dalam acara penyerahan hasil uji klinis fase 3 di Mabes AD Jakarta Pusat, Sabtu (15/8).
Nasih mengatakan obat ini merupakan hasil kombinasi dari tiga jenis obat. Di luar negeri tiga obat itu diberikan satu per satu kepada pasien. Namun, oleh Unair, obat tersebut dijadikan satu. Alhasil, efektivitas obat lebih dari 90 persen.
Meski begitu, satu obat tersebut memiliki dosis yang rendah dibanding apabila obat diberikan secara tunggal. Menurutnya, BPOM tetap menganggap obat yang dihasilkan Unair digolongkan pada obat baru.
"Setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," katanya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan, pembuatan obat Covid-19 ini sudah dilakukan sejak Maret 2020. Seluruh prosedur yang dipakai telah mengikuti dan disyaratkan BPOM. Namun, obat ini masih menunggu izin edar dari BPOM sebelum diproduksi masal.
Kasad akan Temui Kepala BPOM
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa menyebut obat Covid-19 ini telah melalui uji klinis dan penelitian. "(Sudah menemukan obat Covid-19) Oiya, ini berdasarkan penjelasan dari ketua tim pelaksana research tadi. Semua sudah memenuhi dengan science yang sudah didukung," papar Andika.
"(Nama obatnya) Belum. Makanya ini semua mengundang semua stakeholders di sini dalam rangka mendukung," sambungnya.
Andika mengaku akan bertemu Kepala BPOM Penny Kusumastuti untuk mengajukan proses untuk izin produksi pada Rabu (19/8) mendatang.
"Makanya untuk rencana produksi sekarang kita hadirkan Kimia Farma, lembaga farmasi, Polri, lembaga farmasi AD, IDI, Apoteker Indonesia, sekarang kita akan inventarisir, bahan bakunya apa saja. Ketua tim penelitinya ada di sini segera kita rencanakan termasuk proposal anggaran dan detilnya sambil menunggu izin itu tadi. Lebih cepat lebih bagus. Kalau bisa dalam waktu seminggu jadi, lebih bagus. Jadi kita butuh solusi cepat," bebernya.
"Pengujian tidak ada. Jadi hanya izin obat. Saya tidak tahu istilah terminologinya. Makanya kami sudah langsung akan berbicara rencana produksi. Siapa membuat apa, yang akan membeli bahan baku bagaimana, kemudian anggaran dari pemerintahnya seprti apa," sambungnya.
Jika berhasil disetujui, Andika meyakini pemerintah akan menganggarkan produksi massal obat Covid-19 ini. "Saya yakin anggaran ini akan diberikan, sehingga tidak semata-mata akan dijual begitu saja. Mungkin penanganan pertama harus ada anggaran pemerintah yang diturunkan sehingga cepat," pungkasnya.
Vaksin Sinovac Diproduksi Maret 2021
Saat ini, pemerintah juga tengah melakukan uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Unpad Bandung. Project Integration Management Reseacrh and Development PT Bio Farma, Neni Nurainy memperkirakan uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19 Sinovac baru rampung Januari 2021. Bila hasil uji klinis baik, maka produksi vaksin Covid-19 baru bisa dilakukan Februari atau Maret 2021.
"Kalau Januari kita sudah dapat data dan informasi yang baik, mohon doa semuanya baru bisa kita produksi pada Februari atau Maret 2021," jelasnya dalam Talk Show Menanti Vaksin Covid-19, Sabtu (15/8).
Neni menyebut, produksi vaksin Covid-19 tergantung dari hasil analisis interim uji klinis fase 3 terhadap para relawan. Analisis interim sendiri dilakukan enam bulan setelah penyuntikan vaksin dilakukan.
Sembari menganalisis interim, Bio Farma menunggu data uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di empat negara lain. Yakni, Bangladesh, Turki, Chile dan Brazil.
Bila seluruh data dalam negeri dan dari empat negara tersebut terkumpul selanjutnya diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Ini untuk dilakukan evaluasi, kemudian registrasi," ucap dia.
Neni melanjutkan, produksi vaksin Covid-19 Sinovac dilakukan secara bertahap. Demikian juga dengan distribusi kepada masyarakat dan pihak yang membutuhkan.
"Yang perlu ditekankan adalah untuk produksi dan edarnya kita tetap masih menunggu izin produksi dan edar BPOM. Artinya obat ini belum akan diproduksi sepanjang belum ada izin BPOM," ujar dia.
0 comments:
Post a Comment