Tb Soleh |
Kita lebih mengenal istilah ketahanan nasional, ketahanan pangan
atau ketahanan keluarga. Namun bagi seorang guru, penting juga untuk
dapat memiliki sebuah ketahanan sendiri, yakni ketahanan guru. Ketahanan
guru sangatlah vital karena itu merupakan pondasi utama seorang guru
agar tak roboh dan goyah diterpa berbagai problematika yang meliputi
seputar pekerjaan atau kehidupan dari profesi guru.
Daya
tahan seorang guru untuk dapat terus merasa nyaman, betah dan bahagia
menjalani profesi guru tidaklah mudah. Godaan dan ujian hampir
dipastikan hadir menggerogoti keyakinan seorang guru untuk terus
berdedikasi dan mengabdi. Hanya karena kecintaan pada profesi guru, rasa
bahagia kala bersama siswa, dan puas tatkala mengajarkan sesuatu, di
antara senjata pamungkas melawan derasnya godaan.
Godaan
seorang guru juga bermacam-macam. Ada godaan internal dan eksternal.
Godaan internal lebih pada tantangan motivasi diri berupa menurunnya
nilai 'keikhlasan' guru, melemahnya semangat mengajar, dan rendahnya
keinginan untuk berprestasi. Biasanya penyakit ini menjangkiti mereka
yang dari kalangan ASN, atau para guru yang masa baktinya sudah cukup
lama. Pemicunya karena mereka merasa cukup atau juga lantaran merasa
jenuh.
Sementara faktor eksternal, di
antaranya godaan mendapatkan profesi lain yang dianggap lebih cerah dari
sisi penghasilan atau kesejahteraan. Di antara mereka yang sudah
menjadi guru, ada yang masih terjebak, seolah profesi guru hanyalah
pelarian atau keterpaksaan dari keadaan, di mana sebenarnya ada profesi
lain yang lebih menjanjikan. Namun karena tak didapat, jadilah dia
seorang guru. Atau, ada juga yang merasa sudah bangga menjadi guru,
namun belum merasa cukup pendapatannya, sehingga di luar waktu mengajar
dihabiskan untuk menghabiskan porsi 'usaha lain' yang berimplikasi pada
terkurasnya energi. Alhasil, ketika mengajar menjadi tidak fokus atau
malah kurang bergairah.
Alhamdulillah, banyak
juga di antara guru, mereka yang bukan sarjana kependidikan, namun
karena cintanya pada dunia pendidikan, rasa suka dengan dunia anak, atau
ketertarikan dengan pahala besar yang menanti seorang guru, akhirnya
mereka nyaman menjalani profesi guru. Dengan sendirinya mereka menjadi
orang yang berdedikasi tinggi. Bahkan tak sedikit yang rela diterjunkan
di daerah-daerah terpencil atau pulau terluar Indonesia, lantaran
ketenteraman yang didapatkan tatkala mengajar dan mendidik.
Mereka
inilah yang meyakini benar apa kata Rasulullah Saw : “Sesungguhnya
Allah, para malaikatNya, penduduk langit dan bumi sampai pun semut di
sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR Tirmidzi).
Ya,
seorang guru perlu dijaga. Bukan oleh mereka saja pelaku pendidikan.
Tetapi semua manusia wajib menjaga seorang guru agar tetap bertahan
sebagai guru, baik mempertahankan 'keimanannya' untuk tetap menjadi guru
yang lurus dan benar, juga mempertahankan jasadnya agar tetap setia
berada di ranah didaktis, tak silau dengan profesi lain. Sebab guru
adalah penjaga generasi bangsa, pencipta peradaban mulia. Maka sudah
sewajarnya guru harus diperhatikan lebih, baik oleh pemerintah, pimpinan
lembaga pendidikan atau yayasan, wali murid, dan seluruh elemen
masyarakat.
Di antara aktivitas yang dilakukan
untuk memupuk ketahanan guru yaitu : rihlah (jalan-jalan), olahraga,
makan-makan, kunjungan ke rumah guru (silaturahmi) dalam rangka
mengekalkan hubungan sesama pendidik, kunjungan ke rumah siswa
(homevisit) bukan sebatas tugas saja melainkan membina hubungan baik
dengan orangtua, banyak membaca buku, banyak beribadah agar rasa syukur
terus dipelihara, serta ikut berbagai pelatihan agar terus mengembangkan
kapasitas dan kapabilitas. Pelatihan yang bukan sekadar bertema
profesionalitas, namun penting juga pelatihan tentang spiritual dan
motivasi. Tentunya semua disesuaikan dengan kondisi pandemi sekarang.
Kegiatan-kegiatan
tersebut insya Allah dapat mewujudkan ketahanan guru. Satu hal yang tak
boleh dilupa : ini adalah amanah dari langit. Allah memilih kita (guru)
sebagai satu di antara hamba pilihannya untuk menekuni bidang ini.
Sebuah jalan pembuka kebaikan manusia dan ruang bercahaya mencerdaskan
anak bangsa.
John F. Kennedy pernah berucap
“There will be no progress unless people want to believe in tomorrow.”
Artinya, tidak akan ada kemajuan kecuali orang–orang mau percaya adanya
esok hari.
Teruslah berjuang dan bertahan. Guru nyaman, anak tenang, masa depan bangsa pun cemerlang. Insya Allah.
Wallahua'lam.
Serang, 8 Maret 2021
_(Penulis adalah seorang guru di SMPIT Al-Masykar Bina Insani, Waringinkurung Serang Banten)_
0 comments:
Post a Comment