![]() |
loyalitas ditopang oleh besar kecilnya barisan pemilih fanatik (strong voters) |
Pertarungan loyalitas merujuk pada rekaman derajat kesetiaan
tiap-tiap pemilih kepada calon yang dipilihnya selama ini. Semakin tinggi
loyalitas pemilih kepada kandidat, semakin kokoh benteng pertahanan yang
terbangun.
Dapat dikatakan,
kuatnya loyalitas ditopang oleh besar kecilnya barisan pemilih fanatik (strong
voters) yang mendukung tiap-tiap kandidat. Sebaliknya, ketika loyalitas yang
terbangun tergolong rendah, hanya waktu yang bakal mengisahkan porak porandanya
benteng pertahanan.
Rendahnya loyalitas lantaran
terisi oleh kalangan yang kurang memiliki fanatisme membuat dukungan itu mudah
beralih (swinging voters).
Ketika upaya pendelegitimasian politik kepada calon yang bakal dipilih
berlangsung, dengan mudah para pendukungnya pindah ke lain hati. Di sisi lain,
rendahnya derajat loyalitas juga tampak bagi para pemilih yang belum menentukan
pilihan (undecided voters).
Pada kalangan ini, menunggu
hingga mendekati hari pencoblosan adalah pilihan. Kalkulasi politik, baik
rasional maupun emosional terhadap calon Presiden Wakil Presiden kalau di daerah Gubernur Wakil Gubernur , Bupati dan Wakil Bupati , Walikota dan Wakil Walikota menjadi
pergulatan yang mungkin termanifestasikan hingga hari pemilihan.
Kisah penguatan loyalitas lebih
kental mewarnai persaingan di antara Pasangan Bakal Calon Capres atau Pun Calon Bupati dan Wakil
Bupati,Cagub Atau Walikota kedua pasang calon Capres
Survei yang didesain secara
longitudinal dengan mayoritas responden yang sama (panel survei)
Mengungkapkan
dinamika loyalitas tersebut. Puncaknya, hasil hitung cepat saat Pemilu Presiden
2019 berlangsung memberi justifikasi sekaligus menggambarkan peta dukungan
loyalitas kepada tiap-tiap calon.
T
idak kurang 34 persen responden
yang menyatakannya. Proporsi tersebut terpaut jauh di atas puluhan calon
presiden lain yang bermunculan, termasuk rival terdekatnya. Dukungan Namun,
sejak deklarasi dukungan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk Pusat kalau di daerah Bupati dan calon Wakil Bupati 2024 bersama
koalisi partai pendukung resmi dilakukan, konfigurasi pilihan menjadi semakin
dinamis.
didukung oleh 42,3 persen
pemilih. Peningkatan dukungan, jika dibandingkan dengan survei sebelumnya, juga
berlangsung. Namun, penambahan angka pada pasangan ini hanya 8 persen, atau
meningkat sekitar 24 persen.
Di balik peningkatan dukungan,
formasi para pemilih loyal kedua pasangan yang terbentuk nyaris sama kuat.
Mereka merupakan kalangan yang tergolong strong voters yang dalam orientasi
penyikapannya sangat tidak menginginkan (resisten) terhadap calon di luar calon
yang mereka dukung. Dari segi proporsi, misalnya, strong voters yang dimiliki
Dari segi dukungan partai politik
koalisi pendukung, sebagian besar pemilih partai politik pada pemilu legislatif
lalu mulai menunjukkan korelasi dukungan terhadap calon yang dirujuk partainya.
Hingga survei terakhir, gradasi dukungan terjadi (grafik 1). Pada lapis pertama,
pemilih PDI Perjuangan dan PKS menjadi basis terbesar bagi kedua pasangan
calon.
Pada lapis selanjutnya, para
pemilih Nasdem, Gerindra AN, PPP, dan PBB. Sementara di lapis dukungan terakhir ada pemilih
PKB,
Hanura, PKPI, Golkar, dan Demokrat semacam ini bisa saja diprediksikan
akan
membalikkan posisi kemenangan di antara kedua kandidat. Apalagi,
berdasarkan
hasil survei, masih tersisa sebanyak 22,4 persen pemilih yang masuk
kategori
undecided voters dan
mereka yang merasa enggan menyatakan pilihannya.
Mengkaji
hasil hitung cepat dan survei pasca pemilu (exit poll), , dengan jarak
perbedaan hingga 4,5 persen. Relatif tidak berbeda antara hasil survei
sebelum
pemilu—lebih khusus lagi dalam proporsi strong voters—dan hasil saat
pemilu.
Fakta demikian dapat mengindikasikan bahwa upaya menambahkan dukungan
dari
kedua pasangan hingga saat-saat terakhir menjelang pencoblosan dilakukan
kurang
signifikan berdampak pada setiap lapisan kalangan. Tampaknya, penguatan
dukungan lebih banyak terjadi hanya pada peningkatan derajat loyalitas
pendukung. Mereka yang tergolong loyal menjadi semakin loyal. Sementara
bagi
mereka yang tergolong kurang loyal yang bisa dikategorikan sebagai swing
voters
menjadi loyal. Sekalipun terjadi perpindahan dukungan, tampaknya
berlangsung
sama kuat, proporsional di antara kedua calon. Merujuk pada hasil exit
poll,
terkait dengan kapan pilihan tiap-tiap pemilih terhadap sosok Bupati dan
Wakil Bupati dilakukan, cukup memperkuat kondisi tersebut. Terungkap
bahwa sebagian
kecil pemilih saja (15 persen) yang memutuskan saat mendekati pemilu,
itu pun
dengan distribusi.
Oleh Sindu Adi Pradono Ketua Analis Kebijakan Publik Jakarta
Oleh Sindu Adi Pradono Ketua Analis Kebijakan Publik Jakarta
0 comments:
Post a Comment