JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Tema Muktamar Ke-48 Muhammadiyah & Aisyiah "Memajukan Indonesia,
Mencerahkan Semesta", walau terkesan ideal bahkan utopis, namun relevan,
penting, dan mendesak untuk diwujudkan.Sebab, Muhammadiyah untuk itu memiliki potensi besar, dan infrastruktur nilai yang kuat.
Demikian
disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof. Din Syamsuddin,
dalam kuliah umumnya di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), di
Kudus, Jawa Tengah, Senin (26/9).“Sesungguhnya Muhammadiyah, sudah melaksanakan misi suci itu lewat gerakan pencerahannya seabad lebih,” ucap Din Syamsuddin.
Ia
menuturkan, dua dasawarsa terakhir, Muhammadiyah sudah go
international, dengan membentu Cabang Istimewa di sekitar 30 negara, dan
mempunyai tujuh organisasi saudara, yaitu organisasi bernama
Muhammadiyah, dengan paham dan manhaj gerakan serupa, walau tidak
memiliki hubungan organisatoris dengan Muhammadiyah di Indonesia.
Lebih
dari itu, kata Din Syamsuddin, Muhammadiyah menjalin kemitraan
strategis dengan sejumlah organisasi dan lembaga di mancanegara, dan
mendirikan universitas/college di luar negeri. Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu ini menambahkan, gerakan
pencerahan Muhammadiyah penting dan urgen di tengah kerusakan
akumulatif dalam peradaban dunia. Sistem Dunia yang memimpinkan
kehidupan global terakhir ini, adalah sistem yang rusak karena bersifat
antroposentristik atau berorientasi pada diri manusia (bukan berisfat
teosentristik atau berorientasi pada Sang Pencipta).
“Sehingga mendorong terjadinya kebebasan dalam berbagai aspek peradaban,” kata jelas Guru Besar FISIP UIN Jakarta ini.
Sistem
Dunia itulah yang harus diganti, dan peradaban dunia harus
direkonstruksi dan direstorasi, dan Islam dapat menjadi solusi.
Dalam
kaitan inilah, menurut Chairman of World Peace Forum ini, Muhammadiyah
potensial utk menjadi lokomotif perubahan dan perbaikan. Syaratnya
adalah Muhammadiyah harus mampu memformulasikan Wawasan Islam
Berkemajuan menjadi ideologi dan strategi peradaban yang operasional ke
dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya.
Dijelaskan Din
Syamsuddin, dalam ayat al-Qur'an Surah Ibrahim ayat 1, gerakan
pencerahan harus bertumpu pada wahyu dan ilmu atau berorientasi pada
pemahaman tentang ayat-ayat wahyu dan ayat-ayat semesta.
Untuk
itu, Din Syansuddin mengharapkan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah, di
Kampus UM Surakarta, 19-20 Nopember 2022 ini perlu memperjelas Wawasan
Islam Berkemajuan, mempertajam kerangka strategis, dan meningkatkan
fungsi organisasi menjadi organisasi modern yang menerapkan managemen
perubahan (change management) dan kepemimpinan perubahan (change
leadership).
Atas pertanyaan tentang Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Din Syamsuddin menyatakan Muhammadiyah tidak mengalami krisis kader dan
pemimpin, sehingga kepemimpinan tidak menjadi masalah di Muhamamdiyah.
Apalagi corak kepemimpinan di Muhammadiyah bersifat kolektif kolegial.
“Maka
siapapun yang menjadi pucuk hanyalah hal yang memerlukan kesepakatan
untuk dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting,” tuturnya.
Menurut
Din Syamsuddin, Pimpinan Pusat Muhammadiyah satu periode terakhir sudah
menampilkan kinerja baik, dan periode mendatang harus lebih baik.
Untuk
itu, Din Syamsuddin menyarankan agar sebagian dari 13 anggota PP
Muhammadiyah disegarkan, yakni dengan memasukkan kader-kader muda yang
mumpuni dan berkepribadian.
“Yang penting, segenap muktamirin
dan muktamirat harus berhimmah menjadikan Muktamar Solo nanti muktamar
yang aman, lancar, elegan, berkualitas dan bermartabat,” demikian Din
Syamsuddin. Kuliah Umum turut dihadiri Rektor UMKU Dr. Kusnoto, MKes, MEpid, Ketua
BPH UMKU Drs. Syajad. MPD, dan 600an civitas akademia UMKU, pimpinan
Muhammadiyah hingga memenuhi ruang dalam hingga meluber ke Aula bagian
luar.
0 comments:
Post a Comment