DALAM beberapa bulan terakhir ini, di berbagai daerah
di Indonesia seringkali terjadi bencana. Mulai dari angina putting
beliung, angina kencang, longsor, gempa bumi, banjir, dan berbagai
daerah lainnya.
Pendek kata, tiada hari yang sepertinya tanpa musibah. Apa yang terjadi dengan negeri yang indah ini ? Jawabannya tentu hanya Allah swt yang tahu.
Pertama, Musibah terjadi karena Tuhan lagi memberi peingatan atas segala tingkah polah yang melanggar larangannya. Rusaknya etika, moral dan agama seakan memberi legitimasi atas praduga ini.
Belum lama kita dikejutkan dengan cerita kebebasan bergaul anak kos di Jogya (Sex in The Kos), sudah muncul cerita seram kehidupan malam Jakarta (Jakarta Undercover I dan II), serta masih banyak cerita dekadensi moral dan agama (Surabaya Doublecover, Campus Fried Cicken, dan lain sebagainya).
Kedua, Berbagai peristiwa yang terjadi adalah ujian atas kekuatan dan ketabahan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai cobaan. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan kaum itu untuk menyelesaikannya.
Jika dipandang dalam konteks ini, peristiwa yang terjadi adalah test case untuk menjalani dan mencari solusi atas berbagai rintangan sehingga memdapat yang lebih baik di masa yang akan datang. Firman Allah: Ini adalah karuniaku, untuk menguji apakah akan membuat aku bersyukur atau justru kufur atas nikmat ini.
Ketiga, Bencana atas bangsa ini merupakan adzab karena perilaku bangsa yang mengabaikan dan melanggar perintah Allah. Korupsi yang tidak kunjung berahir, pertengkaran antar elemen bangsa yang terus menerus, kepastian hukum dan keadilan yang terabaikan, kemusyrikan yang terus berkembang adalah fenomena zaman yang terjadi atas bangsa ini. Allah berfirman: Kerusakan dimuka bumi dan perairan adalah karena tangan-tangan manusia.
Kepekaan sosial
Musibah yang terus menrus terjadi, memberi banyak pelajaran untuk lebih berempati kepada sesama. Perasaan senasib seperjuangan dan bahkan sepenanggungan dalam menghadapi setiap persoalan adalah salah satu kunci penyelesaian kedepan.
Bencana Banjir, gempa, longsor, dan lainnya adalah peringatan dan sekaligus ujian (semoga bukanlah adzab, amin) untuk secara bersama-sama mencari jalan keluar terbaik, khususnya bagi yang masih hidup agar segera dapat hidup layak dan keluar dari ketergantungan atas pihak lain.
Kepedulian kepada yang lain adalah salah satu bentuk empathy terhadap sesama untuk sama rasa dalam keadaan baik ataupun buruk, suka dan terlebih dalam duka.
Maraknya Posko Kepedulian, antusiame masyarakat yang sangat besar untuk memberikan sebagian kekayaan baik berupa uang ataupun barang menunjukkan tumbuhnya kesadaran untuk berbagi dan berjuang menyelesaikan segala persoalan yang terjadi secara bersama-sama.
Namun demikian, kepekaan sosial tidak hanya dibutuhkan saat terjadinya musibah, tetapi juga harus berkelanjutan dengan mencari jalan keluar yang berdimensi jangka panjang seperti penyelesaian terhadap kebutuhan pendidikan, sarana dan prasarana perekonomian, pembukaan usaha dan lapangan kerja, peningkatan ketrampilan dan manajemen.
Pola ini kedepan akan lebih dapat memberikan rasa aman dan ketentraman korban untuk menatap masa depan dengan lebih baik. Ada baiknya kita kaji kembali firman Allah: Bekerjasamalah kalian dalam kebaikan dan peningkatan ketaqwaan, dan janganlah kamu bekerjasama dalam hal yang menimbulkan keburukan.(*)
*Penulis adalah Noor Shodiq Askandar, Wakil Rektor 2 Unisma dan Ketua PW LazisNU Jawa Timur
0 comments:
Post a Comment