![]() |
Dosen Pascasarjana Cultural Studies Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Indonesia (FIB UI), Lily Tjahyandari, dalam diskusi Refleksi Akhir Tahun bertajuk "Quo Vadis Arah Pembangunan Nasional |
JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Keberlanjutan pembangunan nasional salah satunya diukur dari seberapa
kuat identitas suatu bangsa bisa semakin diperkuat oleh seluruh unsur di
dalamnya.Hal tersebut disampaikan Dosen Pascasarjana Cultural Studies Fakultas
Ilmu Bahasa Universitas Indonesia (FIB UI), Lily Tjahyandari, dalam
diskusi Refleksi Akhir Tahun bertajuk "Quo Vadis Arah Pembangunan
Nasional" yang digelar di Kune's Resto and Bar, Hotel Bintang Baru,
Jalan Dr. Sutomo, Jakarta Pusat, Sabtu (17/12).
"Sekarang kan
sudah ada krisis mengarah ke sana, yaitu krisis identitas terkait dengan
upaya mebangkit-bangkitkan politik identitas," ujar Lily saat
memaparkan materi diskusi yang memiliki sub tema "Evaluasi dan Proyeksi
Kebijakan Pembangunan Nasional dalam Multiperspektif" ini.Ia menjelaskan, menguatnya politik identitas dalam kurun waktu
belakangan ini mesti dihentikan, apabila Indonesia bisa terus melakukan
pembangunan yang berkelanjutan.
"Kalau perlu kita rem. Caranya
gimana? Tidak kita beri ruang, supaya bisa dikontrol, supaya ruang
kebersamaan itu bisa terbangun," sambungnya memaparkan.
Sebagai
salah satu contoh upaya yang dilakukan pemerintah dalam menguatkan
persatuan bangsa, menurut Lily, adalah adanya gerakan revolusi mental.Akan tetapi, ia memandang revolusi mental ini sepatutnya semakin
diperluas, tidak hanya dilakukan dalam upaya meningkatkan pendidikan
formal masyarakat tetapi juga informal.
"Yang masih perlu kita pantau sama-sama, adalah revolusi mental di bidang sosial media (sosmed)," ucapnya.
Sosmed
yang terus berkembang hingga hari ini, dilihat Liily, sudah semakin
jauh dari maksud dan tujuannya diciptakan, yaitu untuk mengembangkan
informasi.
"Masih banyak orang yang kepikirannya masih sosmed
yang bukan mendapat informasi yang baik, tapi jadi bahan untuk
berantem," tuturnya.
Maka dari itu, hal ini yang perlu dibuat
terobosan haluan, dengan memastikan bagaimana polemik itu bisa dikelola
dan atau bahkan dihentikan.
"Polemik itu ujungnya sampai mana? Jangan sampai jadi berat. Koridor-koridor itu yang perlu disadarkan," ungkapnya.
"Jadi
artinya, pendidikan sosmed masuk ke revolusi mental. Jadi pendidikan
dasar pendikan tinggi, itu juga pendidikan sosmed. Ini akan membuat kita
makin kuat," demikian Lily menambahkan
0 comments:
Post a Comment