JEDDAH ( KONTAK BANTEN) Kepala
Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dr. M. Imran menghimbau jemaah haji
asal Indonesia harus mewaspadai suhu panas di Madinah. Jemaah haji harus
menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap bisa beribadah dengan
sempurna di tengah cuaca panas di Madinah.
“Jemaah harus
waspadai cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih
menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Hal ini bisa menyebabkan
masalah kesehatan yang bisa menghambat jemaah untuk menjalankan ibadah,”
tutur dr. Imran dikutip RRI dari situs resmi Dinas Kesehatan Aceh pada
Kamis (8/6/2023).
Saat ini, Madinah mulai memasuki musim panas.
Suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celsius atau lebih. Berbeda
dengan di Tanah Air, kelembaban udara di Madinah lebih rendah.
Kelembaban
udara yang rendah ini mengakibatkan panas terasa menyengat namun tubuh
tidak berkeringat. Diketahui bahwa mekanisme berkeringat merupakan
mekanisme untuk menstabilkan suhu tubuh.
Waspadai 5 Penyakit Ini
Imran juga meminta jemaah haji asal Indonesia untuk mewaspadai 5 penyakit ini yang sering diakibatkan oleh cuaca panas.
Terdapat lima penyakit yang sering muncul karena cuaca panas Madinah dan dialami oleh jemaah haji yaitu pertama yaitu
infeksi saluran pernapasan atas (ispa). Gejala yang sering muncul yaitu
batuk. Udara kering Madinah dapat menyebabkan lapisan didalam mulut dan
hidung kita menjadi kering dan memicu terjadinya batuk.
Penyakit kedua adalah
dehidrasi yang cukup serius. Kelembaban udara Madinah yang rendah,
sering kali membuat jemaah haji tidak merasa langsung haus saat
beraktifitas di luar ruangan. Gejala yang sering di alami jemaah haji
yang mengalami dehidrasi yaitu pusing.
Kondisi dehidrasi juga
sangat berbahaya bagi jemaah Lansia, karena banyak Lansia yang mengalami
gangguan persepsi haus. Sensasi haus pada Lansia sedikit lambat maka
saat Lansia merasa haus artinya Lansia tersebut dalam keadaan dehidrasi
berat.
Akibat kondisi ini, jemaah haji disarankan setiap 1 jam
harus minum air 250 ml dilakukan bertahap seperti sekali minum cukup dua
atau tiga teguk air secara perlahan. Hal ini bisa mencegah tenggorokan
kering sehingga tidak memicu batuk. Kebiasaan minum seperti ini juga
bisa mencegah terjadinya dehidrasi.
Ketiga, heat exhaustion atau
kelelahan karena panas. kita ketahui aktifitas jemaah haji di Madinah
adalah aktifitas fisik. Sebagian besar jalan kaki dari hotel menuju
masjid Nabawi untuk menjalankan sholat arbain.
“Di Madinah, jemaah
haji akan menjalankan shalat arbain. Dalam satu hari, jemaah akan
berulang ke masjid Nabawi untuk menjalankan shalat wajib. Jemaah
beresiko mengalami kelelahan dan terpapar sinar matahari terik terutama
di waktu zuhur dan ashar,” kata dr Imran.
Ibadah arbain membuat
jemaah haji beraktifitas fisik lebih dengan berjalan dari hotel ke
masjid atau sebaliknya. Jemaah haji juga akan lebih sering terpapar
sinar matahari terik terutama di waktu shalat zuhur dan ashar.
Hal ini bisa memicu heat exhaustion. Gejala yang sering muncul dari kondisi ini yakni : pusing, kram otot, dan keringat dingin hingga pingsan.
Untuk mencegah terjadinya heat exhaustion, jemaah haji disarankan untuk menggunakan payung, membawa botol penyemprot air dan memakai masker terutama
saat berkegiatan di luar hotel. Botol penyemprot dapat diisi air dingin
untuk disemprotkan sebagai pengganti keringat untuk mendinginkan badan.
Jemaah juga disarankan untuk menggunakan baju lengan panjang.
Keempat, adalah heat stroke yang merupakan tingkat lanjut dari heat exhaustion. Jika heat exhaustion tidak mendapatkan penanganan segera bisa jatuh ke kondisi heat stroke. Heat stroke adalah
gangguan organ baik otak, jantung hingga ginjal karena suhu sehingga
membuat seseorang mengalami kondisi seperti pasien stroke.
Pencegahan heat stroke sama halnya dengan heat exhaustion. Jika terjadi gejala heat exhaustion,
segeralah menuju tempat yang teduh, kemudian basahi kepala dengan air.
Jika tidak ditangani dengan benar maka kondisi heat stroke tidak dapat
dihindari dan perlu dirujuk ke rumah sakit.
“Jika menemukan jemaah
haji pingsan karena heat stroke maka jemaah tersebut harus dibawa ke
tempat yang teduh dan basahi badannya dengan air dingin,” ucap dr. Imran
Yang terakhir namun
paling sering dijumpai di Madinah yaitu kaki melepuh. Banyak jemaah
haji Indonesia yang kehilangan alas kaki saat di masjid Nabawi.
Kemudian
jemaah haji memaksakan diri untuk berjalan kaki tanpa alas kaki. Dengan
suhu Madinah seperti saat ini, berjalan tanpa alas kaki sejauh minimal
10 meter, sudah bisa mengakibatkan kaki melepuh.
“Banyak jemaah
kita yang masih membawa kebiasaan di tanah air yaitu meninggalkan sandal
di depan masjid. Di Masjid Nabawai besar kemungkinan akan hilang karena
banyaknya jemaah. Bisa juga jemaah keluar dari masjid dengan pintu yang
berbeda sehingga tidak menemukan sandalnya,” tutur dr. Imran.
Kondisi kaki melepuh ini memerlukan penanganan lebih lanjut dan bisa membuat ibadah terhambat.
“Jemaah
dengan kaki melepuh bisa dirawat di KKHI selama kurang lebih 10 hari
sehingga tertinggal rangkaian ibadahnya. Belum lagi jika pasien memiliki
penyakit penyerta seperti diabetes melitus yang menyebabkan penyembuhan
bisa mencapai 2 minggu,” imbuh dr Imran.
Untuk mengatasi kaki melepuh, jemaah haji di imbau jemaah haji agar membawa kantung untuk tempat sandal saat hendak salat di Masjid Nabawi. Selama di dalam masjid sandal bisa disimpan di kantung dan dibawa sendiri-sendiri.
Jemaah disarankan untuk membawa sendiri sandalnya dan tidak menitipkan kepada temannya karena
ada risiko terpisah dari rombongannya. Bila jemaah kehilangan sendal
pada saat matahari masih terik, diimbau juga untuk tetap berada di
masjid.
“Supaya tidak terjadi kasus kaki melepuh, sandal disimpan
di dalam kantung dan dibawa masuk ke masjid. Jemaah harus membawa
sendiri dan jangan dititipkan temannya karena ada kemungkinan untuk
terpisah dari rombongan,” ungkapnya.
Dengan melakukan pencegahan
yang cukup, diharapkan jemaah haji dapat terhindar dari masalah
kesehatan karena suhu panas dan beribadah dengan lancar. Jika jemaah
haji memiliki masalah kesehatan, diimbau untuk segera berkonsultasi
dengan tenaga Kesehatan di kloter masing-masing.
0 comments:
Post a Comment