Jakarta - Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui Program Serba-Serbi
Literasi Digital (SEREAL), menggelar sesi pelatihan bersama para mentor,
yang bertema Live Selling Masa Kini, Raih Untung Lewat Live Shopping.
Kegiatan yang digelar di Jakarta ini, bertujuan untuk terus meningkatkan
literasi digital dengan memberdayakan secara tepat teknologi yang
sedang berkembang.
Direktur Jenderal Aplikasi
Informatika (Dirjen Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan perkembangan teknologi dan
penggunaan media sosial semakin melesat naik. Situasi ini memperjelas
posisi masyarakat yang berada di tengah era transformasi digital, dan
harus diseimbangkan dengan pengetahuan tentang risiko bagi penggunanya.
"Peningkatan penggunaan teknologi
harus diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni, agar
masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak,
dan tepat guna," ujar Semuel. "Penggunaan medsos agar dilakukan secara
cerdas, cermat, tepat dan mematuhi peraturan hukum dalam rangka membina
komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari,".
Live streaming menjadi salah satu
inovasi yang hadir di tengah persaingan industri e-commerce di
Indonesia. Popularitas tren live shopping atau berbelanja dan berjualan
melalui fitur live streaming yang terus meningkat dan menunjukan potensi
besar menjadikan tren ini disebut sebagai masa depan e-commerce.
Populix merilis survei yang
menggambarkan perilaku berbelanja masyarakat terhadap pemasaran daring
secara langsung atau live streaming sales. Fenomena ini dinilai
melahirkan peluang baru buat e-commerce berjualan.
Salah satu manfaat utama penjualan langsung di platform e-commerce adalah kemampuan untuk menjangkau audiens yang lebih besar. Sehingga, dari penjualan langsung di e-commerce tercipta kemampuan untuk membangun komunitas dan membangun pengikut setia.
CEO INFINA Indonesia, Oktora Irahadi
mengatakan, penjualan langsung atau live selling memang menarik. "Namun
tidak semudah yang terlihat, pelaku usaha perlu memahami profil produk
dan konsumen agar bisa mengarahkan audiens menjadi transaksi nyata."
Oktora menambahkan, live selling di
media sosial atau platform e-commerce tetap harus menguasai dua hal
tersebut. "Jadi tidak sekadar berteriak menawarkan produk saja, tapi
juga mencarikan produk yang tepat untuk setiap kebutuhan konsumen yang
menjadi audiens itu penting. Ini bagian dari literasi digital juga."
Senada dengan Oktora, adalah CEO The
Aesthetics Skin, Aci Suryadewi memandang potensi penjualan produk
kecantikan melalui live selling sangat besar. "Bahkan terbesar mungkin
ya."
Berdasarkan analisis data yang
dikeluarkan salah satu perusahaan logistik di Indonesia, selain fesyen,
produk kecantikan menjadi yang paling diincar dalam live selling.
"Kebanyakan produk kecantikan berukuran kecil. Dengan teknik penjualan
yang kebanyakan sudah paham terkait produk kecantikan, maka ini akan
sangat mudah menarik audiens untuk benar-benar transaksi," ujar Aci.
Tren live selling juga berdampak
pada fesyen muslim, terutama hijab. Hal ini disampaikan CEO Vanilla
Hijab, Intan Kusuma. Menegaskan keberadaan brand di dunia digital itu
juga menjadi bagian tahapan live selling yang harus dijaga oleh para
pemilik merek. "Harus dipastikan juga bahwa sebuah brand tetap dikenal
di pasar. Beragam postingan tetap harus dijaga agar sebuah brand
mengakar di pikiran konsumen,: kata Intan. "Nantinya, ini akan
mempermudah proses live selling agar bisa mengkonversi penonton menjadi
transaksi, bukan hanya menonton kita berjualan saja."
Live Selling menjadi salah satu alat
ampuh bagi UMKM di Indonesia yang ingin memasarkan produk, dan
mengembangkan bisnis mereka di industri digital. Dengan strategi yang
tepat, pelaku usaha akan dapat berhasil meningkatkan branding produk
mereka, sekaligus mencatatkan transaksi yang mengisi kantong cuan.
0 comments:
Post a Comment