Sikap fanatik pada kebenaran kerap terjadi di tengah masyarakat. Bahkan, fanatik di perlukan untuk membuat etos kerja etos sosial bahkan fanatik
sampai menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, diserukan oleh sosok yang dipuja
itu.
Fanatisme kepada tolong menolong bukan kepada kejahatan yang di ciptakan oleh sebuah sistim
Hal itulah yang telah diperingatkan dalam riwayat yang mauquf dan marfu' dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud, dari ayahnya, dia berkata:
"Siapa yang menolong kaumnya bukan di atas kebenaran,
maka ia seperti unta yang digiring dengan ditarik ekornya." Ayah
Abdullah bin Abdullah berkata, "Aku sampai kepada Nabi SAW saat beliau
berada dalam tenda yang terbuat dari kuli, lalu ia menyebutkan
sebagimana dalam hadits tersebut" (HR Abu Daud).
Hadits tersebut juga ada dalam Shahih Al Jami', yang diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud. Berikut haditsnya:
- من نصر قومَه على غيرِ الحقِّ ، فهو كالبعيرِ الذي تردَّى ، فهو ينزعُ بذَنَبِه
"Siapa pun yang menolong kaumnya bukan di atas kebenaran, ibarat unta yang digiring dengan ditarik ekornya."
Hadits tersebut melarang sikap saling membantu yang
ditujukan bukan untuk kebenaran. Hal selain kebenaran yang dimaksud,
yaitu kebatilan, kebenaran yang di dalamnya mengandung keraguan,
kesombongan, kebodohan, dan fanatisme.
Tapi, jika itu dilakukan, termasuk saling menolong di
atas fanatisme, maka ibarat unta yang terjatuh lalu ditarik ekornya
untuk digiring. Hal inilah yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam
kehancuran karena di belakangnya terdapat fanatisme yang menggelikan.
Hadits tersebut sekaligus memberi pesan tentang
nihilnya manfaat fanatisme yang mengakibatkan ketidakadilan, kebatilan
dan kebinasaan. Ini juga menjadi teguran atas apa yang sering kali
terjadi, yaitu penyerangan terhadap sesuatu padahal dirinya tidak tahu
apa-apa kecuali fanatismenya.
Allah SWT berfirman, "... Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS Al Maidah ayat 2).
Abdul Junaedi Ketua Lembaga Kajian Politik Jakarta
0 comments:
Post a Comment