TANGERANG (KONTAK BANTEN)—Upaya mengurangi polusi udara di kawasan Jabodetabek melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan resmi dilakukan mulai Sabtu (19/08/2023). Namun tingginya tingkat kemarau membuat percobaan pertama itu belum membuahkan hasil. Padahal sebanyak satu sorti atau penerbangan menyemai awan supaya turun hujan.
Koordinator Laboratorium TMC Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengatakan, satu penerbangan untuk menyemai awan itu dilakukan dengan target seputaran Gunung Gede Pangrango. ’’Membawa 800 Kg garam untuk ditaburkan di awan,’’ katanya.
Dengan taburan garam itu, sekumpulan awan bisa segera menjadi hujan. Namun, misi hujan buatan tersebut belum maksimal. Dengan kata lain, menurut Budi, tingkat musim kemarau lumayan tinggi. Menurut laporan yang dia terima, hujan baru turun pukul 18.00 di Ciomas, Bogor. Itu pun hanya gerimis dan sebentar. Di Cigombong hujan turun dalam skala sedang, namun hanya beberapa menit.
Usaha membuat hujan buatan untuk mengurangi polutan di Jakarta dan sekitarnya itu direncanakan hingga 21 Agustus. Budi menuturkan, pada hari pertama kemarin, tim memutuskan tidak menabur garam atau menyemai awan di langit Jakarta. ’’Hasil observasi kawan-kawan yang terbang, di atas Jakarta belum ada potensi,’’ ujarnya. Potensi yang dimaksud adalah sekumpulan awan yang berpotensi jadi hujan ketika ditaburi garam (NaCl).
Tim TMC BRIN saat ini juga melakukan misi hujan buatan di daerah lain. Namun, fokusnya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Kalimantan Tengah. Berikutnya, akan ditambah lagi di wilayah Kalimantan Barat. ’’Operasi ini atas permintaan BNPB,’’ tandasnya.
0 comments:
Post a Comment