JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Anies Baswedan telah dihadang menghadiri diskusi di Gedung Indonesia
Menggugat, Minggu (8/10) lalu. Acara yang diselenggarakan Change
Indonesia, yang diorganisir Maman Imanulhaq dan Andreas Marbun tersebut
dicabut izinnya malam hari sebelum sehari sebelum pelaksanaan.Penghadangan Anies juga hampir terjadi pada minggu sebelumnya, (1/10),
ketika segelintir makhluk yang mengatasnamakan mahasiswa menuntut
pembatalan acara Ngariung 1000 alumni ITB dengan Anies di gedung BMC,
maupun acara jalan santai Anies di stadion Jalak Harupat Soreang, yang
diperkarakan sebagai milik pemprov Jabar.
Perbedaan yang mencolok
adalah gedung dan fasilitas pemerintah lainnya di Jabar bebas digunakan
Kaesang si anak Jokowi dalam temu akbar politik Stadion Arcamanik
maupun parpol lainnya pendukung pemerintah. Inilah diskriminasi nyata.
Alasan plt gubernur Jabar tidak masuk akal. Sebab,
mengatakan fasilitas pemerintah tidak dapat digunakan untuk aktivitas
politik sangat bias. Apalagi jika melihat Jokowi selalu menggunakan
istana dan fasilitas negara dalam semua cawe-cawe politiknya menuju
2024. Bahkan, jika terjadi dalam beberapa hari ke depan, penunjukan
Gibran sebagai cawapres pilihan Prabowo, diperkirakan telah memakai
fasilitas Mahkamah Konstitusi RI untuk mewujudkan itu. Yakni merubah
batas usia Cawapres RI. Lalu untuk apa mengatasnamakan ruang publik
dalam melarang kandidat politik yang berseberangan dengan pemerintah?
Pentingnya Spirit Soekarno Muda
Change
Indonesia, sebagai kumpulan aktivis pro demokrasi sepanjang 90-an dan
2000an, adalah bagian dari sejarah dalam menegakkan demokrasi dan
keadilan sosial di Indonesia. Pilihan tempat Gedung Indonesia Menggugat
tentunya sangat penting untuk berdiskusi, baik bersama Anies maupun
tidak. Yang penting mereka datang untuk merenung, bukan untuk
joget-joget musik Rungkat maupun Ojo Dibandingke, seperti
penggunaan istana milik negara beberapa waktu lalu. Merenung soal
Sukarno dan Indonesia Menggugat tentu akan menjawab pikiran Rachmawati
Soekarnoputri dalam bukunya "Using Soekarno to kill Soekarnoisme".Ketika Soekarno diadili di Landraad (sekarang GIM), dia masih berumur 29
tahun. Dalam pledoi pembelaannya "Indonesia Menggugat", yang saya bedah
dalam buku saya " Menggugat Indonesia Menggugat ", 2022, yang saya
tulis di penjara, banyak sekali pikiran Bung Karno yang perlu digali dan
direvitalisasi untuk keperluannya visi Indonesia ke depan.Dalam tulisan saya " Mengenang Ideologi Soekarno Muda", RMOL, (30/5),
yang saya kirim dari penjara bawah tanah Bareskrim ke Teguh Santosa,
pimpinan media RMOL, banyak hal yang bisa diteladani dari pikiran Bung
Karno muda, salah satunya yang terpenting adalah pledoi Indonesia
Menggugat.
Pledoi tersebut mengisahkan perlawanan Bung Karno
kepada kolonial, menjelaskan pikiran Bung Karno untuk merdeka dan
menjelaskan cita-cita partainya PNI (Partai Nasionalis Indonesia).
Perlawanan Bung Karno terhadap kolonial sendiri ada dua hal, pertama
anti imperialisme barat dan kedua anti penjajahan asing.
Imperialisme
menurut dia bersifat dua, imperialisme tua dan muda. Yang tua
merkantilisme, ketika negara bersama VOC mengeruk harta sumber daya alam
kita dan era Kultur stelsel, yang imperialisme muda di era "Open Policy", ketika Belanda membuka investasi asing bebas (liberalisasi modal). Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan UU Agraria (Agrarische Wet) dan UU Perkebunan Gula (Suiker Wet) tahun 1870.
Imperialisme
itu baik tua dan muda telah mengeruk seluruh harta bumi kita dan 70
persen di bawa ke Belanda. Menjadikan Indonesia sebagai pasar kelebihan
produk asing. Dan kaum buruh kita menurut Bung Karno hanya memperoleh
upah setara 6 kg beras per hari.
Bung Karno menolak imperialisme
barat dan sekaligus menolak pemerintahan Hindia Belanda. Bung Karno
meminta kebebasan dalam berorganisasi, seperti serikat buruh di tanah
Belanda, selanjutnya juga meminta pemerintahan sendiri, bukan Belanda.
Dari
70 orang pemikir dan pejuang yang dirujuk Bung Karno dalam pledoi nya,
Bung Karno meyakini bahwa sosialisme dapat menjadi ajaran yang
membebaskan Indonesia.
Dalam hal Islamisme, Soekarno meyakini
Islam dapat menjadi kekuatan bersama dalam membangun sebuah bangsa.
Pledoi tersebut mengutip bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) adalah
anti Riba. Sebuah ajaran Islam yang paling utama. Selain itu Sukarno
selalu membanggakan organisasi Syarikat Islam, bentukan mertuanya HOS
Tjokroaminoto, sebagai organisasi revolusioner, yang patut dicontoh.
Refleksi atas ajaran Bung Karno
Ajaran
Bung Karno yang dapat dipetik dari "refleksi Indonesia Menggugat", yang
diselenggarakan Change Indonesia bersama Anies, beberapa hari lalu,
tentunya masih banyak ajaran Bung Karno yang sangat relevan. Misalnya, Agrarische Wet dan Suiker Wet
yang diberlakukan tahun 1870 sangatlah mirip dengan kebijakan agraria
era Jokowi. Pada era itu hak kelola tanah selama 75 tahun. Pada era
Jokowi, 90 tahun. Soekarno sendiri marah dengan pemberian hak selama
itu, sehingga pada era berkuasa, Soekarno membuat UU Pokok Agraria
membatasi hak kelola hanya selama 25 tahun.
Kemudian, penjelasan
Bung Karno tentang kemiskinan kaum Marhaen, dengan upah sebesar 6 kg
beras ternyata tidak berubah banyak. Bahkan, menurut Jumhur Hidayat,
ketua Serikat Buruh SPSI, banyak daerah-daerah yang buruhnya masih jauh
di bawah upah 6 kg beras tersebut. Meskipun, secara umum saat ini sudah
berkisar 7 kg beras.Artinya, imperialisme saat ini semakin buruk saja. Dulu tidak ada yang
kaya raya kecuali kaum kulit putih. Sekarang oligarki kaya raya, rakyat
tetap miskin. Imperialisme datang bukan saja dari barat, tapi juga dari
timur alias China.
Tentu banyak sekali refleksi lainnya yang
dapat dilakukan oleh kaum aktivis dan Anies di Gedung Indonesia
Menggugat. Apalagi merenungkan seorang pemuda beristri, seperti Bung
Karno, mengambil resiko masuk penjara demi menyelamatkan bangsanya. Jika
refleksi ini menjadi milik satu golongan saja, betapa sedihnya ruh Bung
Karno di alam lain itu.
Penutup
Ajaran Bung Karno,
khususnya Bung Karno Muda, begitu banyak faedahnya untuk dipelajari
anak anak bangsa ini. Anies Baswedan tidak menghadiri jalan santai
ratusan ribu massa di Malang, pada saat dia memutuskan datang ke Gedung
Indonesia Menggugat (GIM), minggu (8/10) lalu. Membiarkan Muhaimin
sendiri ke Malang. Anies ingin berdiskusi dengan kaum aktivis di GIM,
maksudnya adalah refleksi, mencari spirit kejuangan dalam perjuangan
bangsa. Sebelumnya, Anies bertemu "Ngariung 1000 alumni ITB", tukar
pikiran untuk masa depan Indonesia berbasis sains dan teknologi.
Sayang
sekali langkah Anies dan Change Indonesia itu dihadang pemerintah.
Alasannya tidak masuk akal dengan alasan pemerintah tidak mengizinkan
pemakaian ruang publik. Pada saat bersamaan Kaesang menggunakan Gedung
Olahraga Arcamanik milik pemerintah. Apalagi jika melihat Jokowi
menggunakan istana dan fasilitas negara untuk cawe-cawe politik 2024.
Namun, rakyat sudah melihat Anies sangat peduli dengan sejarah bangsa
kita. Dia ingin menggali spirit Soekarno muda. Biarkanlah rakyat menilai
siapa pemimpin yang pro rakyat, bukan penipu rakyat.
0 comments:
Post a Comment