TANGSEL (KONTAK BANTEN ) —Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia menolak proyek penyebaran nyamuk Wolbachia di Jakarta. Penyebaran telur nyamuk secara massal ini direncanakan akan dilakukan pada awal Desember 2023. Nantinya telur nyamuk yang terinfeksi bakteri wolbachia digadang-gadang bisa menekan angka penyakit DBD.
Gerakan tersebut menggelar pertemuan di salah satu rumah makan di kawasan Cirendeu, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Minggu (26/11/2023) malam. Ahli Epidemiologi Tifauzia Tyassuma mengatakan, upaya yang dilakukan pemerintah dalam melepaskan jutaan nyamuk merupakan hal keliru untuk menekan angka penyakit DBD.
“Ini adalah isu yang sesungguhnya harus diluruskan kepada masyarakat. Karena ini adalah sebuah projek penelitian dari satu institusi di Indonesia bekerjasama dengan lembaga lain,” ujarnya.
Menurut dia, jika terdapat satu penelitian yang nantinya akan dijalankan untuk masyarakat maka sangat diperlukan alasan transparansinya. Apalagi, penelitian itu sudah berjalan lebih dari 10 tahun.
“Sehingga ketika projek penelitian diberlakukan masyarakat harus tahu. Ini kan sudah 12 tahun berjalan mengapa masyarakat baru tahu,” kata dia.
Bahkan kata Tifauzia, penelitian tentang nyamuk yang terinfeksi bakteri wolbachia ini sudah dilakukan di berbagai negara sejak belasan tahun silam. Namun dirinya mengklaim jika upaya menekan angka DBD berhasil dilakukan.
“Di dunia ini kan sudah kurang lebih 15 tahun berjalan dan sudah ada bukti bahwa terdapat efek yang negatif. Bahwa di beberapa negara terhadap nyamuk itu melaporkan adanya peningkatan populasi nyamuk malaria. Dan juga ada peningkatan populasi nyamuk culex yang beresiko menjadi unang dari virus japanese enchepalitis,” ucapnya.
Menurut dia, di beberapa negara yang ada di dunia upaya menggunakan nyamuk yang terinfeksi bakteri walbhacia ini sudah tidak lagi dilakukan.
“Dan di beberapa negara mereka juga menyatakan tidak akan lagi melakukan penelitian ini. Kenapa kita tidak melakukan hal yang sama. Sebetulnya orientasinya kan nomer satu itu tentang pencegahan demam berdarah, masalahnya kan setelah 52 tahun itu penyakit DBD sudah sangat terkenal dari dulu yang menyebabkan kematian hingga 1 persen saat ini hanya 0,6 persen artinya sebetulnya dengan pengendalian diri dari masyarakat dan upaya bersama sebenarnya ini sudah cukup terkendali. Lalu kenapa sesuatu yang tidak menjadi masalah besar justru dinaikan lagi masalahnya dan sesungguhnya itu tidak perlu dilakukan,” ungkapnya.
Dirinya mengaku untuk saat ini masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas dan mengerti untuk menjaga diri. Apalagi dalam projek penelitian ini tidak ada jaminan apapun jika nantinya akan menyebabkan masalah baru.
“Saya tidak pernah dengar selama 12 tahun ini ada asuransinya. Misalnya ada dimana masyarakat yang terinfeksi engga ada asuransi ya. Yang pasti yang harus kita lakukan adalah tolak dan hentikan projek penelitian ini di Indonesia. Sudah tidak perlu lagi mereka sudah melakukan penelitian selama 12 tahun ini sudah lebih dari cukup,” kata dia.
Tifauzia menambahkan, jika nantinya pemerintah tetap nekat melakukan upaya tersebut maka akan membuat dampak positif bagi kehidupan manusia.
“Itu terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Ini kan sudah dikendalikan oleh hukum alam. Ketika kemudian di suatu daerah disebarkan nyamuk ratusan juta maka keseimbangan itu sontak akan tercederai kan artinya presure terhadap nyamuk nyamuk berjenis lain. Nanti akan melonjak jumlah nyamuk dan mungkin akan menjadi lebih berisiko menjadi penyakit lain,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment