JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Banyak orang asing yang
terjebak banjir besar Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (17/4/2024). Mereka
diantaranya bahkan terjebak di bandara Internasional Dubai, yang
disebut-sebut bandara paling mewah di dunia.
Salah satunya
seperti yang dialami Margaret McArthur dan suaminya. Mereka mengalami
pengalaman buruk di bandara Dubai karena banjir besar.
Ketika
transit untuk bertolak ke Tokyo, mereka tidak bisa melanjutjan
penerbangan dan terjebak di sana selama 13 jam. Pasangan berusia 75
tahun itu pun mengeluhkan tidak adanya makanan, sehingga hanya bertahan
hidup dengan air minim.
"Kami sudah di sini 13 jam sejauh ini,
tidak ada makanan dan hanya ada air, kopi. Tidak ada fasilitas di mana
kami diminta untuk tetap tinggal, kami tidak tahu apa yang terjadi,"
kata Margaret dilansir dari BBC.
Hal serupa juga dialamai pasangan
James asal Elizabeth Devine asal Inggris bersama anaknya yang masih
bayi. Mereka harus tertahan berjam-jam di Bandara Internasional Dubai
setelah transit dari Australia.
Meski bandara di sana dikenal
mewah, sayangnya karena bencana membuat mereka terdampar. Bahkan tanpa
makanan termasuk buat bayinya yang masih berusia enam bulan.
"Restorannya
tutup, satu-satunya makanan yang kami punya adalah dari duty free. Jadi
mereka tidak menyediakan makanan untuk bayi atau anak kecil, tidak ada
popok jadi kami membagi popok kepada orang-orang," katanya.
"Kami
semua terjebak di bandara yang kekurangan sumber daya ini. Ada ratusan
atau ribuan orang di sini, mereka harus membuka duty free agar kita bisa
makan tapi mereka kehabisan makanan," kata James.
Senada dengan
James, hal yang sama dialami Andrew dan Kate Golding. Perjalanan yang
seharusnya menyenangkan malah berubah jadi mimpi buruk bagi keduanya.
Awalnya,
mereka pergi ke Dubai untuk merayakan ulang tahun Kate yang ke-60. Tapi
setelah badai menerjang, mereka susah payah pergi ke bandara melewati
mobil yang terendam banjir.
Setelah sampai di bandara, mereka
malah mendapat sistem yang kacau balau. "Bandara dan Emirates yang aku
anggap salah satu penerbangan terbaik, tidak ada staff, tidak ada
informasi, tidak ada koordinasi," ucap Andrew.
"Tidak ada
profesionalisme, tidak peduli, tidak ada perencanaan bencana.
Orang-orang tidur di lounge, di lantai, bekas kotak makanan di
mana-mana, benar-benar kotor," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment