Kaum muslim di seluruh dunia memasuki Tahun Baru Islam 1445 H/2023 M.
Datangnya tahun baru ini ditandai dengan hadirnya bulan Muharram yang
merupakan bulan pertama di tahun Hijriah.
Mengacu Kalender Islam Global Tunggal, 1 Muharram atau Tahun Baru Islam 1445 H jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023.
Untuk memperingati sekaligus merayakan Tahun Baru Islam 2024,
pemerintah Indonesia menetapkan hari libur nasional pada tanggal 19 Juli
tersebut. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri
Nomor 624 Tahun 2023 dan Nomor 2 Tahun 2023.
Sebagai salah satu
momen terpenting dalam agama Islam, Tahun Baru Hijriah punya makna dan
sejarah tersendiri. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Tahun Baru
Islam, simak informasi berikut.
Makna Tahun Baru Islam
Faisal Ismail dalam buku Islam, Doktrin, dan Isu-Isu Kontemporer
menjelaskan seharusnya Tahun Baru Islam bukan sekadar perayaan
pergantian tahun, melainkan juga sebagai pengingat kaum muslim atas
peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke
Madinah.
Dari kejadian hijrah tersebut hendaknya umat Islam
mengambil makna dan pesan yang terkandung, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Adapun momen hijrah Rasul SAW mengandung makna:
Hendaknya umat Islam berhijrah dari masa kebodohan kepada masa kecerdasan, pandai, dan terampil,
Kaum muslim hendaknya berhijrah dari keburukan ke kebaikan, dengan
meninggalkan segala perilaku tercela dan menjadi pribadi yang terhias
sifat terpuji,
Hendaknya umat Islam berhijrah dari konflik masalah ke perdamaian, kerukunan, dan toleransi,
Umat Islam hendaknya berhijrah dari ketidakpedulian kepada kepedulian dengan memperhatikan kondisi sesama saudara seumatnya.
Demikian makna Tahun Baru Islam yang perlu diartikan lebih dalam untuk
mengingat perjuangan Nabi SAW dalam membawa ajaran kebenaran dari Allah
SWT, dan tidak hanya merayakan pergantian tahun saja.
Selain itu dengan Tahun Baru Islam, kaum muslim ada baiknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan mengisi tahun tersebut dengan peningkatan keimanan dan ibadah kepada Allah SWT.
Sejarah Tahun Baru Islam
Tahun Hijriah yang merupakan tahun keislaman punya kisah historisnya
sendiri. Masih dari buku Islam, Doktrin, dan Isu-Isu Kontemporer, tahun
Hijriah ditetapkan oleh sahabat Umar bin Khattab RA yang kala itu
menjabat sebagai Khalifah kedua setelah kepergian Rasulullah SAW. Ia
menjabat pada tahun 13-23 H/634-644 M.
Penetapan tahun Hijriah dikatakan bermula saat sebuah surat penting dari seorang gubernur dikirim kepada Umar. Ketika itu, surat tersebut tak bertanggal atau tidak tercantum tanggal.
Melihat itu, Umar merasa ada sesuatu yang tidak lengkap pada surat tersebut lantaran surat itu tak disertai tanggal pengiriman. Dari situlah muncul gagasan untuk menetapkan kalender Islam.
Penetapan kalender Islam yang diawali bulan Muharram juga terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Mengutip arsip detikHikmah, Muharram dijadikan sebagai permulaan Tahun Baru Islam atas usulan sahabat Utsman bin Affan RA.
Kala itu kaum muslim sepakat bahwa permulaan kalender Islam ditentukan berdasarkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Karena hijrah menjadi pembeda antara yang hak dan yang batil.
Namun, perselisihan mencuat saat mereka hendak menetapkan bulan yang dijadikan awal tahun Hijriah. Di tengah perselisihan, Utsman berpendapat, "Jadikan Muharram sebagai permulaan tahun. Dia adalah bulan mulia, permulaan bilangan bulan, dan waktu manusia pulang dari haji."
Mendengarnya, Umar dan kaum muslim kala itu menerima usulan Utsman. Demikian kalender Islam telah ditetapkan permulaannya yaitu sejak peristiwa hijrah Rasul SAW. Dengan bulan pertamanya yakni Muharram, dan bulan terakhirnya yakni bulan Dzulhijjah.
Perbedaan Tahun Hijriah dan Masehi
Kalender Islam yang ditandai dengan tahun Hijriah pun memiliki
perbedaan dengan tahun Masehi yang kerap digunakan saat ini. Di antara
perbedaannya:
1. Sistem Perhitungan Tanggal
Kalender
Hijriah menggunakan sistem penanggalan berdasarkan peredaran bulan yang
mengelilingi bumi. Sedangkan perhitungan kalender Masehi didasarkan pada
peredaran bumi yang mengitari matahari.
2. Jumlah Hari
Perbedaan tahun Hijriah dan Masehi juga terlihat dari jumlah harinya
dalam satu bulan maupun dalam satu tahun. Untuk kalender Hijriah,
biasanya jumlah hari dalam satu tahun sebanyak 345-355 hari dan hari
dalam satu bulannya sejumlah 29-30 hari.
Sementara jumlah hari kalender Masehi sebanyak 365-366 hari dalam satu tahun penuhnya. Untuk jumlah hari per bulannya, ada yang 28-29 hari dan ada pula yang 30-31 hari.
3. Nama-nama Hari dan Bulan
Perbedaan Hijriah dan Masehi selanjutnya bisa dilihat dari perbedaan nama-nama hari dan bulannya.
Untuk kalender Hijriah, nama bulan diawali dengan; Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah. Adapun nama-nama harinya; Ahad (Minggu), Itsnain (Senin), Tsalatsa (Selasa), Arba'a/Raabi' (Rabu), Khamsah (Kamis), Jumu'ah (Jumat), dan Sabat (Sabtu).
Sedangkan untuk nama-nama bulan di tahun Masehi dimulai dengan; Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Untuk nama-nama harinya, yakni; Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
4. Awal dan Akhir Tahun
Untuk awal serta akhir tahun pada kalender Masehi dan Hijriah juga
berbeda. Tahun Hijriah diawali dengan tanggal 1 Muharram, dan berakhir
di tanggal 29/30 Dzulhijjah. Sementara Kalender Masehi bermula di
tanggal 1 Januari, dan terakhir di tanggal 31 Desember.
5. Awal Pergantian Hari
Perbedaan lainnya antara penanggalan Hijriah dan Masehi terletak di
waktu pergantian harinya. Untuk kalender Hijriah atau keislaman,
pergantian hari dimulai setelah waktu Maghrib atau matahari terbenam.
Sedangkan kalender Masehi memulai harinya pada waktu dini hari atau pada pukul 00.00 (tengah malam).
Demikian penjelasan mengenai makna Tahun Baru Islam beserta sejarah penanggalan Hijriah dan perbedaan tahun Hijriah-Masehi. Semoga menjadi informasi bermanfaat!
0 comments:
Post a Comment