Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Maka itulah orang yang
menghardik anak yatim. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin”
(QS Al Ma’un : 1-3)
"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (QS Al Isra : 26-27)
Imam al Barzanji memberi pujian kepada Rasulullah SAW dalam
kitabnya. “Dan Rasulullah SAW adalah oarang yang mencintai orang-orang
fakir dan miskin. Beliau selalu duduk bersama mereka, menjenguk mereka
yang sakit, mengantarkan jenazahnya dan tidak pernah menghina mereka
karena kemiskinannya.”
Rasulullah adalah teladan terbaik dalam memperhatikan anak-anak
yatim. Beliau menyantuni, mengasihi dan menyayangi anak yatim, terlebih
atas anak-anak yatim yang belum dewasa (baligh). Begitulah cintanya
Rasululloh terhadap anak yatim sehingga beliau dijuluki sebagai “Abul
Yatama”, yang artinya Bapaknya Anak Yatim.
Sebagai
pemimpin, perasaan Rasulullah begitu halus sehingga begitu
mencintai orang-orang miskin dan anak yatim. Rasulullah adalah pemimpin
yang memiliki kepekaan perasaan atas kondisi umatnya, tanpa pandang
bulu. Rasulullah adalah pemimpin yang memiliki kepakaan tinggi
sebagaimana diperintahkan oleh Allah. Perasaan Rasulullah sebagai
seorang pemimpin begitu hidup.Hidupnya rasa seorang pemimpin negara
adalah pertanda tanggungjawab
besar atas kondisi rakyatnya. Pemimpin negara adalah orang yang
diberikan amanah untuk mengurus urusan umat atau rakyat yang
dipimpinnya. Dalam hal kepekaan rasa dalam menjaga jiwa rakyat, Umar bin
Khathab ketika menjabat sebagai khalifah berkata, “demi Allah jika ada
seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai
itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat. ”Waktu itu Umar bin Khatab
tinggal di Madinah, sedang jalanan yang berlubang berada di Irak.Betapa
hidupnya perasaan dan tanggungjawab seorang khalifah bernama Umar
Bin Khathab ini, jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai
pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya tidak
bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak
diurus, beliau begitu takut akan ditanya Allah kelak di akhirat. Inilah
contoh kepemimpinan yang perasaannya hidup, penuh tanggungjawab dan
ksatria mengakui kesalahan.
Saat dibaiat menjadi seorang khalifah, Umar Bin khathab berpidato :
Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak
karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan
memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka
lunakkanlah hatiku. Ya Allah
"Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah
satu umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk
persembahan terbesar pada hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada
Allah SWT. Bukan aku menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam
status sebagai wali yatim piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni,
jika kalian miskin, maka akan makan enak." Selanjutnya, Umar bin Khattab
menyampaikan:
mah, maka berikanlah
kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah
hati.""Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat
kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah
kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu
diwakilkan kepada orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak
hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau
berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat,
terimalah bencana yang akan kutimpakan."
Perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As Shiddiq saat dilantik
menjadi seorang khalifah pertama dalam peradaban Islam : (1) Wahai
manusia Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul
ummah). (2) Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu
(berakhlak : rendah hati dan tahu diri). (3) Maka jikalau aku dapat
menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku (merangkul
rakyat, bukan memusuhi).
(4) Tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah (tidak anti
kritik, mengakui kesalahan, mendengar masukan para ahli dll). . Orang
yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak
dari padanya (ekonomi keseimbangan, bukan kapitalisme : menerapkan
sistem ekonomi Islam). sejalan dengan firman Allah 59 : 7 “….agar harta
itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu.
(5) Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai
aku dapat mengembalikan haknya kepadanya (meratakan kesejahteraan rakyat
sebagai hak fundamental terutama kepada fakir miskin). (6) Maka
hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya
(sistem baiat dalam kepemimpinan Islam, taat kepada hukum Allah, bukan
kepada pemimpin semata).
Rasulullah, Abu Bakar Asy Syiddiq dan Umar Bin Khatab adalah tiga
pemimpin agung yang bisa dijadikan teladan dalam halusnya perasaan atas
kondisi rakyatnya, teladan dalam tanggungjawab dan teladan dalam
kerendahan hati. Tentu saja para khalifah yang lainnya juga layak
dijadikan teladan. Mereka adalah para pemimpin yang tidak mati rasa.
Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang tidak peduli atas kondisi
dan nasib rakyat yang miskin dan terzolimi. Pemimpin mati rasa adalah
yang tak memihak kepada kepentingan rakyatnya sendiri. Pemimpin mati
rasa adalah pemimpin yang tidak memiliki kepekaan atas penderitaan
rakyatnya. Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang terbahak berebut
kekuasaan diatas air mata rakyatnya.
Pemimpin mati rasa adalah pemimpin yang abai, tak peduli, tak perhatian
atas kondisi rakyatnya.
0 comments:
Post a Comment