![]() |
Ratusan warga
Kampung Kalapa Cagak, Desa Teluk Lada, Kecamatan Sobang, Kabupaten
Pandeglang, dan para tamu sedang melakukan arak-arakan di acara “Mapag
Sri”, Senin (10/2).(pal) |
Rasa Syukur Ala Warga Desa Kalapa Cagak Jelang Panen Padi
Rasya syukur ala warga itu, yakni dengan
cara melakukan ritual (berdoa) “Mapag Sri”. “Mapag Sri” diketahui salah
satu adat masyarakat Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Sunda. Adat
itu dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur petani kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena panen telah tiba dengan hasil yang memuaskan.
Maksud dari “Mapag Sri”
upacara atau tradisi untuk menyambut panen padi atau panen raya. Karena
artinya dari bahasa Jawa halus “Mapag” itu menjemput dan “Sri” di
maksudkan sebagai padi. Jadi “Mapag Sri” adalah menjemput padi (panen).
Ratusan warga baik kalangan tua, muda, remaja hingga anak-anak tumpah ruah memadati jalan di wilayah Desa Teluk Lada, melakukan arak-arakan keliling kampung dengan menggotong padi serta berbagai macam hasil panen palawija, hingga menampilkan tarian, replika karya masyarakat setempat, dan lainnya, Senin (10/2).
Ketua Dewan Adat, Suparna
mengatakan, “Mapag Sri” merupakan ungkapan syukur atas hasil panen kali
ini yang berlimpah ruah di wilayahnya. Sebelumnya ungkap dia, masyarakat
telah melakukan sedekah bumi yang dilakukan sebelum masa tanam.
“Awal kita menanamkan padi,
tetap memohon ridha Allah. Begitu juga jelang panen, rasa syukur kita
terhadap Allah karena kita semua para petani akan menghadapi hasil
panen. Mudah-mudahan hasilnya melimpah dan berkah,” kata Suparna.
Suparna menjelaskan, tradisi
itu berasal dari kata “Mapag” yang berarti menjemput, dan “Sri”
representasi dari Dewi Sri yang diartikan tanaman padi. Jadi “Mapag Sri”
adalah upacara atau tradisi untuk menyambut panen padi atau panen raya.
“Untuk Mapag Sri sendiri
karena mau jemput panen padi, mudah-mudahan hasilnya melimpah. Artinya
Dewi Sri yang pada saat itu leluhur kita dilestarikan, maka kita sebagai
warisan-warisan budaya tetap harus melaksanakan itu,” katanya.
Dia menegaskan, tradisi itu
menjadi agenda rutin setiap tahun yang dilakukan masyarakat, khususnya
para petani di Kampung Kalapa Cagak.
“Rangkaian kegiatan adalah arak arakan atau kirab kreasi budaya. Sebelum acara ini dilaksanakan semalam ditaruh di tempat keramat, kita semua dewan adat berkumpul mengadakan tawasul yaitu padi yang mau dipetik itu,” jelasnya lagi.
Pihaknya berharap, dengan mengadakan kegiatan ini, hasil panen masyarakat akan semakin melimpah. “Kami harap panen melimpah,” tandasnya.
Di tempat sama, Sekretaris
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Pandeglang, Wahyu
Widiyanti mengaku, sangat menyambut baik adanya budaya tersebut.
Katanya, kegiatan yang
diawali dengan sedekah bumi sampai dengan “Mapag Sri” diharapkan mampu
meningkatkan hasil produksi dan produktivitas pertanian.
“Mudah-mudahan kolaborasi antara beberapa OPD terkait, bisa meningkatkan atau memajukan budaya yang sudah turun temurun di Kecamatan Sobang. Ini menjadi sebuah wisata budaya leluhur yang bisa terus menerus ditingkatkan dan nanti hasilnya bisa menciptakan sebuah wisata agribisnis di Kabupaten Pandeglang,” katanya.
Sementara, Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pandeglang, Tb. A. Khatibul Umam yang
hadir dalam kegiatan itu, turut mendoakan seluruh warga Kampung Kalapa
Cagak mendapatkan keberkahan sehingga dapat membangun desa khususnya di
bidang pertanian agar cita-cita menjadikan desa lumbung pangan dapat
terwujud.
“Kalau hasil panen melimpah
tentunya akan berdampak secara langsung kepada sektor ekonomi. Tentu
saja secara ekonomi masyarakat akan sejahtera,” katanya.
0 comments:
Post a Comment