![]() |
ILUTRASI |
JAKARTA KONTAK BANTEN Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Waryono Abdul Ghafur meminta para pengelola masjid agar tidak mengusir anak-anak yang bermain di sekitar lingkungan masjid. Waryono menekankan pentingnya mengembalikan fungsi universal masjid sebagai ruang publik yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan.
"Kenapa anak-anak muda, bahkan mohon
maaf anak-anak kecil itu juga
dijauhkan dari masjid. Karena takmir masjidnya ada yang bilang anak-anak
gak boleh ke masjid karena bikin ramai. Ngambek gitu kan. Akhirnya
anak-anak gak mau ke masjid dan orang tuanya melarang," ujar Waryono di
Jakarta, Jumat.
Menurutnya, paradigma tersebut harus segera diubah. Ia menekankan masjid bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan juga ruang pembelajaran nilai-nilai kebersamaan, kasih sayang, dan keterbukaan.
Waryono mengapresiasi inisiatif sejumlah masjid yang kini mulai menerapkan konsep masjid ramah anak, ramah difabel, hingga ramah obesitas. Salah satu contohnya, kata dia, adalah Masjid Sunan Kalijaga yang telah menyediakan fasilitas kursi roda dan kursi khusus bagi jamaah dengan kebutuhan khusus.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan masjid. Menurutnya, takmir masjid perlu berinovasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan serta kebiasaan anak muda masa kini.
"Salah satu caranya adalah dengan menyediakan akses internet di masjid. Daripada anak muda nongkrong di perempatan dan menggoda orang lewat, lebih baik kumpul di masjid," kata dia.
"Kalau ingin merangkul anak muda, takmirnya juga harus muda," kata dia.
Kemenag, kata dia, telah mendorong program inkubasi usaha produktif berbasis masjid, agar rumah ibadah tidak selalu bergantung pada sumbangan masyarakat, melainkan mampu mandiri minimal untuk operasional seperti listrik dan honorarium marbot.
"Melalui inkubasi ini, masjid bisa menjadi pusat pemberdayaan umat, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga ekonomi," kata dia.
0 comments:
Post a Comment