TANGERANG, (KB).-Calon Gubernur (Cagub) Banten nomor urut 2 Rano Karno memberikan
apresiasi kepada kalangan ulama dan guru ngaji yang telah mendarmakan
hidupnya untuk membangun keadaban dan peradaban Islam. "Ulama adalah
lentera. Mereka adalah para pewaris risalah yang menuntun dan memberikan
penerangan kepada umat agar perjalanan hidup tidak tersesat. Ulama
mengajarkan kepada kita bagaimana membedakan perihal-perihal baik dari
perkara-perkara yang mengundang datangnya dosa," kata Rano dalam
kunjungan ke pimpinan majelis taklim di Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang. Oleh karena itu, Rano kembali menegaskan komitmennya
untuk memberi perhatian yang tinggi pada kesejahteraan guru-guru mengaji
dan para pendidik yang tersebar di berbagai pesantren. Tradisi
salafiyah yang merupakan corak khas pesantren di Banten disebut Rano
sebagai mutiara yang telah memberi kontribusi besar atas terbentuknya
wajah keislaman Banten yang ramah dan toleran. Ia juga mengajak seluruh
warga yang hadir untuk berlomba-lomba mendulang ilmu dan mengikuti jejak
Syekh Nawawi al Bantani yang masyhur sebagai ulama terkemuka.Rano Karno terlihat haru saat tak sedikit tokoh dan pemuka agama
dengan tulus menyampaikan dukungan. Di hadapan sesepuh, ulama, dan guru
mengaji yang hadir Rano bercerita soal pengalaman spiritualnya saat
tinggal beberapa bulan lamanya di Kota Suci Mekkah al Mukaramah untuk
mengkaji Alquran. Berbekal pengetahuan yang didapatnya selama tinggal di
kota kelahiran Nabi Muhammad itu, Rano terbilang aktif mengajarkan
kembali ilmu yang telah didapat. Pendopo sederhana yang berdiri tegak di
seberang rumah pribadinya menjadi saksi bisu ketika Rano aktif
mengajarkan sejumlah muridnya membaca Alquran. Kesibukan yang tinggi
saat duduk sebagai kepala daerah membuat Rano saat ini harus berbagi
waktu mengatur dan menata jadwal mengajar. Akan tetapi, meskipun
kesibukannya terbilang sangat tinggi, Rano mengaku saat ada di rumah
selalu mewajibkan seluruh anggota keluarganya senantiasa salat berjamaah
hingga membaca dan mendalami Alquran bersama-sama.Seusai pertemuan, Rano membuka dialog bersama sejumlah wartawan yang
hadir. Rano kembali menjelaskan ikhtiar kerasnya mengkaji Islam selama
ini terinspirasi dari sikap ayahnya yang tegas bersikap dalam membela
Islam. Sukarno M Noor, ayah Rano, meskipun tidak datang dari keluarga
pemuka agama telah memilih aktif dalam Lesbumi (Lembaga Seniman
Budayawan Muslimin Indonesia), sebuah organisasi kesenian yang dinaungi
Nahdlatul Ulama. Keberpihakan Sukarno M Noor terhadap Islam ditunjukkan
dengan terang benderang saat keyakinannya merasa ada yang mengganggu.
Sukarno M Noor memandang penting untuk menempatkan Islam sebagai pijakan
dasar dalam berkesenian. Akan tetapi hal itu tak membuat Sukarno M Noor
mengambil sikap menutup diri dalam pergaulan ataupun mengembangkan
sikap permusuhan. Terhadap mereka yang berbeda, Sukarno M Noor tetap
bergaul dan merawat pertemanan bahkan dengan yang tak sepaham sekalipun.
Belajar dari sang ayah, Rano Karno kini melanjutkan ikhtiar dan
cita-cita sang ayah. "Menjadi seorang muslim jangan setengah-setengah.
Kita harus terbiasa menabur rahmat, bukan mengumandangkan permusuhan
pada mereka yang tak sama. Saya seorang muslim, bangga menjadi seorang
muslim. Kita semua adalah makhluk yang ber-Tuhan--mengakui keberadaan
dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita," ucap Rano. (
0 comments:
Post a Comment