Jakarta- Jajaran pemerintah dan Bank Indonesia yang 
tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Kelompok Kerja 
Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) menggelar rapat
 mengenai inflasi di Jakarta, kemarin.Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, angka inflasi 2016 cukup
 menggembirakan. Inflasi 2016 tercatat 3,02 persen (year of year/yoy). 
Angka ini paling rendah sejak 2010. “Capaian tersebut tercapai tidak 
terlepas dari koordinasi yang baik antara pemerin¬tah dan BI selama ini 
baik di tingkat pusat maupun daerah,” katanya.Dia mengatakan, rapat ini digelar dalam rangka koordinasi dan 
menyusun strategi untuk menjaga target inflasi di angka 4 persen plus 
minus 1 persen untuk tahun 2017. Dan, 3,5 persen plus minus 1 persen. 
Agus menyebut tantangan dalam menjaga inflasi tahun ini. Dari sisi 
eksternal, ada kenaikan harga komoditas dunia. Hal ini diproyeksi akan 
mengerek kenaikan harga. Dari sisi inter¬nal, tantangannya, pencabutan 
subsidi listrik 900 volt ampere (VA), dan penyesuaian harga bahan bakar 
minyak (BBM) umum.Agus mengungkapkan ada enam cara yang akan dilakukan pemerintah dan 
BI untuk men¬jaga inflasi. Pertama, menekan laju in¬flasi volatile food 
di kisaran 4-5 persen. Caranya melalui penguatan infrastruktur logistik 
di daerah, khususnya pergudangan. Membangun sistem data lalu lintas 
barang, penggunaan instrumen dan insentif fiskal untuk mendorong peran 
pemerintah daerah dalam stabilisasi harga. Upaya mensubtitusi kon¬sumsi 
cabe dan bawang se¬gar juga penting dilakukan. Dengan mendorong inovasi 
industri produk pangan ola¬han, penguatan kerja sama antar daerah, 
mempercepat pembangunan infrastruktur konek¬tivitas, dan memperbaiki 
pola tanam pangan.Kedua, mengendalikan dampak dari penyesuaian kebi¬jakan AP, seperti 
pengendalian tarif angkutan umum. Ketiga, pengurutan kebijakan AP, 
termasuk rencana imple¬mentasi konversi subsidi lang¬sung menjadi 
transfer tunai, seperti pupuk, beras miskin, dan elpiji 3 kilogram. 
Keempat, memperkuat kelembagaan TPI dan Pokja¬nas TPID melalui Perpres 
menjadi Tim Pengendalian Inflasi Nasional. Kelima, mem¬perkuat 
koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dengan pe-nyelenggaran Rakornas 
VIII TPID tahun 2017 pada bulan Juli 2017. Dan keenam, mem¬perkuat 
bauran kebijakan BI untuk memastikan stabilitas ekonomi.Tak hanya inflasi 2017 dan 2018, Agus mengungkapkan, pemerintah 
bersama BI juga menyepakati target inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus 
minus 1 persen, 2020 maupun 2021 sebesar 3 persen plus minus 1 persen. 
“Target tersebut disusun dengan mempertimbangkan prospek dan daya saing 
pereko¬nomian. Tujuan lainnya untuk mengarahkan inflasi lebih rendah dan
 stabil,” pungkas¬nya.Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui pencabutan subsidi 
listrik golongan 900 VA akan mendongkrak inflasi di 2017. Namun, dia 
yakin inflasi tahun ini tetap berada di kisaran 4 plus minus satu 
persen. “Memang akibat kita kurangi subsidi listrik, tentu (tingkat 
inflasi) akan naik,” ujar Kalla dalam acara Outlook Transportasi 
Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (26/1) seperti yang dikutip
 dari Merdeka.com.Akan tetapi, JK yakin tekanan inflasi sebagai dampak penarikan 
subsidi listrik hanya sementara, yaitu hanya enam bulan saja. “Memang 
hanya sebentar saja selama enam bulan, kemudian turun kembali,” katanya.
 Guna menghindari inflasi semakin bergejolak, pemerintah bersama Bank 
Indonesia (BI) diminta segera mengambil langkah mitigasi. Apabila tidak 
ada langkah serius, maka target inflasi tahun ini akan sulit tercapai. 
“Kalau terus kita tidak bisa buat apa-apa sehingga tidak ada deflasi, 
lebih susah lagi. Kita harus tetap menjaga 4 plus minus satu persen,” 
pungkasnya







0 comments:
Post a Comment