CILEGON – Pansus laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj)
Walikota Cilegon telah melakukan sejumlah kajian terhadap hasil kinerja
walikota tahun lalu. Ada sejumlah poin yang menjadi sorotan pansus.
Mulai dari pengangguran, produk domestik regional bruto atau PDRB,
hingga masalah infrastruktur.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DKPS)
jumlah penduduk Cilegon sekarang sekira 454.824 orang. Jika angka
pengangguran sekitar 11,6 persen maka jumlah pengangguran di Kota Baja
mencapai sekira 52.759 orang.
Ketua Pansus LKPj DPRD Cilegon Nurrotul Uyun memaparkan, angka
pengangguran di Cilegon berada di kisaran 11,6 persen. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, jumlah pengangguran memang mengalami
penurunan. “Pada tahun sebelumnya, pengangguran kita sekitar 12 persen.
Tapi kalau dilihat Cilegon sebagai kota industri, ya masih belum
sesuai,” terang Uyun, Senin (24/4)
Uyun menyarankan agar Pemkot mempunyai program konkret yang mengarah
kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Seperti
pelatihan-pelatihan yang dapat membekali para pemuda dengan keahlian
yang sesuai dengan kebutuhan industri. “Hal ini harus dipikirkan secara
optimal oleh Pemkot,” ujar Uyun.
Dengan beberapa poin tersebut, Uyun meminta walikota agar bisa
menanggulangi persoalan tersebut. “Baik soal pengangguran, PDRB, dan
infrastruktur seperti drainase yang kurang baik, semuanya harus bisa
ditanggulangi. Terutama soal pengangguran, ini jangan sampai dibiarkan
berlarut-larut,” jelas Uyun.
Sementara, Wakil Ketua Pansus LKPj Baihaki Sulaiman menyatakan, masih
menumpuknya pengangguran di kota industri lantaran masih banyak
masyarakat yang mempunyai paradigma berpikir yang salah. Masih banyak
orang yang berpikir bahwa mencari rezeki hanya dengan menjadi karyawan
di perusahaan. “Nah, ini yang harus kita ubah mindset-nya atau
cara berpikirnya. Bahwa mencari rezeki tidak mesti harus bekerja di
perusahaan. Tapi, bisa juga dengan berwirausaha. Ini yang sedang kita
ikhtiarkan bersama pemerintah,” ujar Ketua Fraksi PPP itu.
Menurutnya, selain karena cara berpikir yang masih seperti yang
menjadi penyumbang pengangguran, industri yang ada di Cilegon adalah
industri padat modal sehingga belum mampu secara maksimal menyerap
tenaga kerja. “Jika ingin pengangguran berkurang maka industri yang
harus didorong adalah industri padat karya,” ujar Baihaki.
Meski demikian, kata Baihaki, masih menumpuknya pengangguran di Kota
Baja bukan berarti tidak ada ikhtiar dari Pemkot. “Pemkot sudah ada
ikhtiar secara maksimal. Tapi memang, hasilnya masih minim,” imbuh
anggota Dewan dari daerah pemilihan Grogol dan Pulomerak itu.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Buchori
mengatakan bahwa pengangguran bukan hanya tugas Disnaker untuk
menuntaskannya. “Semua OPD yang ada di lingkungan Pemkot Cilegon
mempunyai andil dalam menyikapi pengangguran,” kata Buchori.
Menurutnya, Disnaker hanya menata dan menangani soal ketenagakerjaan
saja agar lebih tertib. “Jika ada calon tenaga kerja yang akan
ditempatkan untuk bekerja di industri di Cilegon maka kami yang
menangani. Tapi soal pengangguran, itu tugas kita bersama,” kata mantan
kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) ini.
Buchori berdalih, pengangguran sudah menjadi realitas yang terjadi di
seluruh kabupaten kota di Indonesia. Bahkan di semua negara pun masalah
ini tetap ada. “Bedanya, kalau pengangguran di luar negeri, mereka
tetap dijamin kesejahteraannya oleh negara. Sedangkan di kita tidak,”
dalih Buchori.
Buchori mencontohkan, di Australia juga ada pengangguran. Akan
tetapi, karena negara di sana menjamin kesejahteraan para pengangguran,
akhirnya bisa ditanggulangi. “Kalau di kita kan tidak. Pengangguran
tidak ada yang bisa menjamin kecuali diri mereka sendiri. Akhirnya
pemerintah harus bertanggung jawab supaya pengangguran ini paling tidak
bisa dikurangi,” tandas Buchori.
0 comments:
Post a Comment