Bagi kebanyakan orang menjadi seorang jurnalis merupakan pekerjaan
yang sulit. Selain kegiatan yang dilakukan menuntut kecepatan dan
ketetapan, menjadi seorang jurnalis juga harus mampu bekerja di antara deadline
yang diberikan. Hal ini lah yang menjadikan pekerjaan ini memiliki
tantangan yang cukup besar. Salah satu jurnalis muda berbakat yang
merupakan alumni dari Ilmu Komunikasi UI, Muthia S. Wirosastro, berbagi
cerita soal pengalamannya menjadi seorang jurnalis.
Saat ini, Muthia bekerja sebagai News Field Producer di CNN Indonesia. Tepat pada Mei 2017 lalu merupakan tahun kedua Muthia bekerja sebagai seorang jurnalis. Pekerjaan ini mengharuskan para jurnalis untuk mencari tahu lebih dalam tentang kebenaran suatu informasi yang dapat dijadikan suatu berita yang layak untuk dikonsumsi publik. Hal ini sesuai dengan karakter Muthia yang memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Karakter tersebut yang mendasari Muthia untuk tertarik menjadi seorang jurnalis, impian menjadi jurnalis sudah dimiliki Muthia sejak usia 7 tahun. Kegemaran Muthia menonton berita bersama ayahnya ketika ia masih kecil membuat ia menjadi seorang anak yang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi. Sang ayah membiasakan Muthia untuk mencari tahu sendiri apa yang ingin ia ketahui melalui berbagai peranti yang bisa ia gunakan, seperti ensiklopedia. Menurutnya, sebagai seorang jurnalis kita harus memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mau untuk mencari kebenaran dari setiap informasi yang ada.
Karier Muthia menjadi seorang jurnalis bermula pada tahun 2014. Ketika itu Muthia baru saja lulus kuliah. Ia lulus pada usia 20 tahun, usia yang masih sangat muda sekali. Pada usia ini ia merasa masih ingin mencoba banyak hal sehingga ia belum mau untuk bekerja secara tetap. Hingga pada tahun 2015 ia melamar di CNN Indonesia, pada saat itu CNN Indonesia masih merupakan media baru di Indonesia, bahkan belum ditayangkan di televisi. Sehingga Muthia sangat senang sekali karena dapat menjadi part of starting line up dari CNN ketika awal mula mengudara di Indonesia.
Hal yang menarik sebagai jurnalis menurut Muthia adalah kita dapat memiliki mitra dan jaringan yang luas dari berbagai kalangan dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa seorang jurnalis bisa berhubungan langsung dengan presiden hingga korban penggusuran. Baginya bekerja adalah bagaimana membangun networking, sehingga menjadi jurnalis merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masa depan. Hal menarik lainnya menurutnya adalah seorang jurnalis dapat mengetahui berbagai sudut pandang dari setiap kasus yang ada. Seperti halnya seorang jurnalis dapat mengetahui keluh kesah dari masyarakat tentang ketidaksesuaian pemerintahan yang ada. Muthia ingin produk beritanya dapat memberikan efek dan manfaat yang berguna bagi masyarakat, dan ia berusaha untuk apapun yang ia beritakan dapat memberikan problem solving untuk masalah yang ada.
Pengalaman menariknya ketika menjadi seorang jurnalis adalah ketika ia terlibat dalam peliputan peristiwa kriminal, seperti yang baru-baru ini terjadi Muthia meliput peristiwa bom bunuh diri di Kampung Melayu, saat itu ia datang satu jam setelah kejadian berlangsung. Bau amis darah dari para korban dan suasana yang mencekam masih sangat terasa, apalagi ketika ia bertemu dengan keluarga salah satu korban meninggal yang sangat terpukul atas kehilangan anggota keluarganya, Muthia yang sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang jurnalis tidak boleh menunjukan emosi dalam dirinya ketika didepan kamera. Sehingga ia harus menahan emosinya, hingga pada akhirnya ia sering meluapkan emosinya ketika dirumah. Karena sisi humanismenya yang tersentuh dengan berbagai peristiwa yang terjadi mempengaruhi emosi dirinya. Baginya, hal-hal seperti itu yang membuat ia termotivasi untuk memberitakan berita yang akurat, tidak harus cepat namun akurat, karena kita harus menjadi yang paling benar.
Baginya, kita harus memiliki rasa cinta pada tanah air kita, sehingga apapun yang dilakukan harus memiliki efek dan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat, sekecil apapun itu efek yang kita berikan.
Saat ini, Muthia bekerja sebagai News Field Producer di CNN Indonesia. Tepat pada Mei 2017 lalu merupakan tahun kedua Muthia bekerja sebagai seorang jurnalis. Pekerjaan ini mengharuskan para jurnalis untuk mencari tahu lebih dalam tentang kebenaran suatu informasi yang dapat dijadikan suatu berita yang layak untuk dikonsumsi publik. Hal ini sesuai dengan karakter Muthia yang memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Karakter tersebut yang mendasari Muthia untuk tertarik menjadi seorang jurnalis, impian menjadi jurnalis sudah dimiliki Muthia sejak usia 7 tahun. Kegemaran Muthia menonton berita bersama ayahnya ketika ia masih kecil membuat ia menjadi seorang anak yang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi. Sang ayah membiasakan Muthia untuk mencari tahu sendiri apa yang ingin ia ketahui melalui berbagai peranti yang bisa ia gunakan, seperti ensiklopedia. Menurutnya, sebagai seorang jurnalis kita harus memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mau untuk mencari kebenaran dari setiap informasi yang ada.
Karier Muthia menjadi seorang jurnalis bermula pada tahun 2014. Ketika itu Muthia baru saja lulus kuliah. Ia lulus pada usia 20 tahun, usia yang masih sangat muda sekali. Pada usia ini ia merasa masih ingin mencoba banyak hal sehingga ia belum mau untuk bekerja secara tetap. Hingga pada tahun 2015 ia melamar di CNN Indonesia, pada saat itu CNN Indonesia masih merupakan media baru di Indonesia, bahkan belum ditayangkan di televisi. Sehingga Muthia sangat senang sekali karena dapat menjadi part of starting line up dari CNN ketika awal mula mengudara di Indonesia.
Hal yang menarik sebagai jurnalis menurut Muthia adalah kita dapat memiliki mitra dan jaringan yang luas dari berbagai kalangan dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa seorang jurnalis bisa berhubungan langsung dengan presiden hingga korban penggusuran. Baginya bekerja adalah bagaimana membangun networking, sehingga menjadi jurnalis merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masa depan. Hal menarik lainnya menurutnya adalah seorang jurnalis dapat mengetahui berbagai sudut pandang dari setiap kasus yang ada. Seperti halnya seorang jurnalis dapat mengetahui keluh kesah dari masyarakat tentang ketidaksesuaian pemerintahan yang ada. Muthia ingin produk beritanya dapat memberikan efek dan manfaat yang berguna bagi masyarakat, dan ia berusaha untuk apapun yang ia beritakan dapat memberikan problem solving untuk masalah yang ada.
Pengalaman menariknya ketika menjadi seorang jurnalis adalah ketika ia terlibat dalam peliputan peristiwa kriminal, seperti yang baru-baru ini terjadi Muthia meliput peristiwa bom bunuh diri di Kampung Melayu, saat itu ia datang satu jam setelah kejadian berlangsung. Bau amis darah dari para korban dan suasana yang mencekam masih sangat terasa, apalagi ketika ia bertemu dengan keluarga salah satu korban meninggal yang sangat terpukul atas kehilangan anggota keluarganya, Muthia yang sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang jurnalis tidak boleh menunjukan emosi dalam dirinya ketika didepan kamera. Sehingga ia harus menahan emosinya, hingga pada akhirnya ia sering meluapkan emosinya ketika dirumah. Karena sisi humanismenya yang tersentuh dengan berbagai peristiwa yang terjadi mempengaruhi emosi dirinya. Baginya, hal-hal seperti itu yang membuat ia termotivasi untuk memberitakan berita yang akurat, tidak harus cepat namun akurat, karena kita harus menjadi yang paling benar.
Baginya, kita harus memiliki rasa cinta pada tanah air kita, sehingga apapun yang dilakukan harus memiliki efek dan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat, sekecil apapun itu efek yang kita berikan.
0 comments:
Post a Comment