![]() |
>>Rupiah diprediksi menembus level psikologis 14 ribu rupiah per dollar AS tahun ini. >>Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan dinilai turut andil menekan rupiah. |
JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali terpuruk hingga hampir menembus
level 14 ribu rupiah per dollar AS. Bahkan, depresiasi rupiah kali ini
tercatat merupakan yang terburuk di antara mata uang negara Asia
lainnya. Sejumlah kalangan menilai tekanan depresiasi terhadap mata uang
RI tersebut disebabkan kombinasi dari faktor internal dan eksternal.
Faktor dari dalam negeri terutama ancaman defisit transaksi berjalan,
defisit perdagangan, inflasi, dan suku bunga. Sementara faktor
eksternal berupa prediksi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika
Serikat (AS) atau The Fed.
Pada perdagangan Jumat (20/4), rupiah di kurs tengah Bank Indonesia
tercatat melemah 0,19 persen menjadi 13.804 rupiah per dollar AS
dibandingkan posisi hari sebelumnya. Dengan demikian, sepanjang pekan
ini nilai mata uang RI telah menyusut 0,37 persen.
Pada periode sama, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di
pasar spot ditutup melemah 0,78 persen ke posisi 13.893 rupiah per
dollar AS. Ini rekor terburuk di tahun ini, dan merupakan posisi
terlemah sejak lebih dari dua tahun terakhir (8 Januari 2016 di posisi
13.923 rupiah per dollar AS).
Dalam sepekan, rupiah di pasar spot melemah satu persen. Menanggapi
kinerja rupiah itu, peneliti Indef, Bhima Yudhistira, mengemukakan nilai
tukar rupiah bakal terus melemah hingga menembus level psikologis 14
ribu rupiah per dollar AS tahun ini.
Tekanan terhadap mata uang RI tersebut juga diprediksi akan
berlangsung lama. “Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi akan terus
berlanjut hingga akhir tahun 2018, dengan proyeksi kurs berada di atas
14 ribu rupiah per dollar AS,” ungkap dia, di Jakarta, Jumat (20/4).
Menurut Bhima, ada sejumlah faktor fundamental ekonomi Indonesia yang
menekan kedudukan rupiah saat ini. Pertama, bayangan kenaikan inflasi
akibat kenaikan harga minyak dunia yang diprediksi mencapai 75 dollar AS
per barel, dipicu oleh perang di suriah dan Perang Dagang AS-Tiongkok.
“Ini membuat inflasi menjelang Ramadan semakin pesat karena harga BBM
non-subsidi (pertalite dan pertamax) menyesuaikan mekanisme pasar.
Inflasi dari pangan juga perlu diwaspadai karena harga bawang merah naik
cukup tinggi dalam sebulan terakhir,” papar dia.
Selanjutnya, proyeksi kenaikan permintaan dollar AS pada triwulan
II-2018 karena emiten secara musiman membagikan dividen. Investor di
pasar saham sebagian besar adalah investor asing sehingga mengkonversi
hasil dividen rupiah ke dalam dollar AS.
“Di samping itu, faktor dari dalam negeri disebabkan defisit
transaksi berjalan tahun ini semakin melebar, diperkirakan hingga 2,1
persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).
Selain karena keluarnya modal asing, juga karena defisit neraca
perdagangan yang kemungkinan kembali terjadi menjelang Lebaran karena
impor barang konsumsi meningkat,” papar Bhima.
Pelemahan rupiah yang cukup signifikan itu disebut-sebut juga
dipengaruhi oleh keputusan BI yang menahan suku bunga acuan, BI-7 Day
Reverse Repo Rate di level 4,25 persen.
Padahal, beberapa negara tetangga sudah mengikuti langkah The Fed
dengan mengetatkan kebijakan moneternya. Keputusan BI menahan suku bunga
acuan membuat rupiah “dihukum” oleh pelaku pasar.
BI Intervensi
Bhima menambahkan faktor eksternal yang memukul kurs rupiah adalah
aksi spekulasi investor terkait prediksi kenaikan bunga The Fed pada
awal Mei mendatang.
Spekulasi itu membuat capital outflow di pasar modal Indonesia mencapai 7,78 triliun rupiah dalam sebulan terakhir.
“Kenaikan yield atau imbal hasil Treasury bond menjelang rapat Bank
Sentral AS membuat investor mengalihkan dana dari pasar Indonesia ke
pasar yang lebih menguntungkan,” jelas dia.Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan bank sentral telah melakukan intervensi untuk mencegah rupiah terkoreksi terlalu dalam. “Tapi rupiah selalu kita jaga fundamentalnya. Ini kita ada di pasar,” kata Dody.
Dia mengemukakan rupiah menjadi mata uang yang terlemah di ASEAN disebabkan masalah fundamental dalam negeri juga.
0 comments:
Post a Comment