SERANG, (KB).- Sebanyak 1388 warga baduy yang
terdiri dari warga baduy dalam dan baduy luar mengikuti Seba baduy
dengan menyambangi ‘Bapak Gede’ (Gubernur Banten). Ritual penyerahan
hasil bumi dari masyarakat baduy dihadiri oleh Gubernur Banten, Wahidin
Halim, Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy, Bupati Pandeglang Irna
Narulita, Pjs Bupati Lebak Ino S Rawita, serta berbagai OPD dan
perwakilan dati kementerian pariwisata.
Berbagai hasil bumi seperti pisang, sayuran, dan gula merah dibawa
langsung warga adat baduy dari tanah leluhurnya di Kanekes untuk
diserahkan kepada ‘Bapak Gede’ (Gubernur Banten) sebagai pengakuan dari
masyarakat adat baduy.
Gubernur Banten mengatakan bahwa pemerintah Provinsi Banten menerima
dengan senang hati kedatangan masyarakat Baduy dalam agenda rutin
tahunan Seba Baduy. Ia mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mengganggu
hak-hak adat baduy yang sudah dijaga turun temurun. “Kami juga tidak
akan mengganggu hak-hal bapak, tidak akan merubah kawasan dimana bapak
tinggal,” katanya saat memberikan sambutan di pendopo lama, Kota Serang,
Sabtu (21/4/2018).
Menurutnya warga baduy merupakan komunitas yang dihormati karena
sanggup hidup berdampingan dengan alam dan menjaga nya dengan baik,
bahkan menurutnya bukan hanya Infonesia saja yang sudah mengetahui
tradisi itu tetapi warga dunia pun tahu. “Makanya hari ini kami terima
lengkap, polisinya ada, tentara nya ada, kepala dinasnya ada dan bupati
yang cantik juga hadir disini, ujarnya.
Kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Provinsi Banten, Engkos
Kosasih mengatakan bahwa upacara tersebut dilakukan setelah masyarakat
adat baduy melakukan upacara kawalu selama 3 bulan dan diakhiri dengan
upacara ngalaksa. Mereka menurutnya membawa wasiat amanat leluhur yang
harus dijaga seperti lojor teu menag dipotong pendek teu meunang
disambung, ngasuh ratu ngajayak menak, mipit kudu amit ngala kudu menta.
“Amanat leluhur tersebut dikemas dalam event seba baduy yang diawali
dengan perjalanan dari tanah wiwitan baduy,” ucapnya.
Sebagai penyambutan, dikatakan Kosasih pemprov dari mulai tadi sore
menyambut kedatangan warga baduy dengan ekciting seba baduy yang dikemas
oleh kementerian pariwisata. “Sedangkan kami mengemas malam ini dengan
seba,” katanya. Sebelumnya, jaro bagian pemerintah di desa Kanekes,
Saija mengatakan bahwa tanah hulayat milik desa Kanekes yang merupakan
tanah adat seluas 5638 hektar yang harus dilestarikan dan dijaga yakni
Gunung teu boleh dilebur, lebak teu beunang dirusak, sasaka teu beunang
dirobah.
“Kekhawatiran-kekhawatiran orang baduy, titipan yang seperti tadi
kalau yang gunungnya kalebur, lebaknya karusak, sasakanya karobah takut
longsor bumi, gempa bumi, angin topan, resah ka negara sareng ka bangsa
itu takut bencana lain di waktu,” katanya. Menurutnya, sesuai dengan
amanat kokolot (tokoh) bahwa harus ada ritual upacara di 7 gunung yang
sudah dilaksanakan masyarakat badut untuk berdoa mencegah bencana alam.
“Kami itu kekhawatiran soalnya ada peringatan dari leluhur dan
karuhun di tahun 2018 itu, kekhawatiran ada pengancaman itu tsunami
diselatan itu satu, keduanya yang di Anyar, itu kami mudah-mudahan
berdoa yang kuasa supaya ulah sampe terjadi,” ujarnya. (
0 comments:
Post a Comment