
JAKARTA – Rupiah terus melemah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp14.156.
Situasi ini terjadi diperkirakan karena banyak warga asing membawa
pulang uang ke negaranya.
Salah satu pemicunya, karena ketidaknyaman di Indonesia. Pelemahan
rupiah merupakan yang terburuk di antara mata uang negara di kawasan
Asia. Diikuti rupee mata uang India yang melemah 0,43 persen, yen Jepang
minus 0,21 persen, dan baht Thailand minus 0,12 persen.
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier di Jakarta, Sabtu (19/5)
mengatakan, peristiwa yang terjadi belakangan ini antara lain ledakan
bom di Surabaya, merupakan salah satu yang menyebabkan nilai rupiah
melemah.
“Sektor pariwisata memang terpukul dengan adanya kejadian tersebut,
termasuk para investor yang akan menanamkan uangnya di Indonesia juga
kemungkinan mengurungkan niatnya, karena faktor kenyamanan,” terang Fuad
yang juga mantan Dirjen Pajak ini.
FUNDAMENTAL LEMAH
Namun, menurut dia, fundamental ekonomi Indonesia yang tidak kuat
yang menyebabkan rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Selain itu,
impor Indonesia lebih kebutuhan konsumtif dan bukan produktif sehingga
mendorong rupiah terus melemah. “Neraca perdagangan kita selalu defisit
karena impor lebih besar daripada ekspor sehingga kita tidak ada
pemasukkan devisa,” terang Fuad.
Pemerintah, kata Fuad, khususnya Presiden Jokowi dan menterinya agar
tidak melakukan propaganda dalam menanggapi melemahnya nilai rupiah
terhadap dolar AS. “Sebab selama ini pemerintah dengan membungkusnya
yang menuding melemahnya rupiah karena faktor eksternal semata,” papar
Fuad.
Mengutip analisa Monex Infestindo Futures, aksi teror yang terjadi
dua hari sebelumnya menjadi sentimen negatif bagi rupiah, namun di hari
Senin masih mampu bertahan di bawah 14.000. Baru pada perdagangan
kemarin, 15 Mei 2018, rupiah kembali ke atas level tersebut, faktor
terpicu faktor eksternal maupun internal.
Dari eksternal, dolar AS yang sebelumnya melemah akibat rilis
data-data ekonomi AS yang kurang bagus pada pekan lalu, mendapat
momentum penguatan kembali dari kenaikan yield treasury AS.
Sementara dari internal, neraca perdagangan Indonesia yang tercatat
defisit menambah beban bagi rupiah. Ekspor Indonesia tercatat meningkat
9,01 persen (year on year) di bulan April, sementara impor melonjak
34,68 persen yang berdampak pada defisit neraca perdagangan sebesar 1,62
miliar dolar AS.
0 comments:
Post a Comment