[JAKARTA] Sebagian orang menganggap mendengkur saat tidur adalah hal umum yang terjadi sebagai tanda tidur lelap.
Namun sebuah fakta baru menyebutkan jangan pernah menyepelekan mendengkur karena ternyata bisa memicu sel kanker.
Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Rumah Sakit Premier Bintaro dr Ari Cahyono, mengatakan, sebuah penelitian yang dilakukan Sleep Center di Wisconsin Amerika Serikat selama 22 tahun terhadap 1500 subjek, menyebutkan penderita yang mengalami gangguan tidur obstructive sleep apnea (OSA) ternyata lima kali berisiko lebih tinggi terkena kanker.
Bahkan seseorang yang sudah menderita kanker, pertumbuhan sel kankernya lebih cepat jika penderitanya sedang mengalami OSA berat. Belum ada penelitian lanjutan tentang korelasinya, namun diduga pada pasien OSA ketika berhenti bernafas terjadi kekurangan oksigen yang menahun sehingga memicu pertumbuhan dan perubahan sel kanker tersebut.
“Sel kanker sebetulnya juga membutuhkan oksigen, maka ketika kekurangan oksigen dalam waktu lama dia akan membentuk pembuluh darah sendiri, kemudian selnya menjalar ke mana-mana,” kata Ari dalam acara media gathering tentangan mendengkur saat tidur dan pengenalan Sleep Clinic RS Premier Bintaro, Jakarta, Rabu (30/5).
Ari menjelaskan, gangguan tidur sering luput dari perhatian orang, salah satunya yang paling banyak dialami adalah mendengkur. Mendengkur atau mengorok terjadi akibat penyempitan di saluran nafas, dan bisa menyebabkan gejala penyakit yang disebut OSA yakni sumbatan nafas pada saat tidur. Penderita OSA akan mengalami periode berhenti bernafas, dan di saat itulah ia kekurangan oksigen yang terjadi berulang-ulang.
Masalahnya, tidak semua orang menyadari jika dirinya mengalami OSA karena tidurnya lelap sepanjang malam.
Dikatakan seseorang mengalami OSA ringan ketika ia berhenti bernapas sebanyak 5-30 kali dalam sejam, sedangkan jika lebih dari 30 kali sudah tergolong OSA berat. Selain kanker, penderita OSA juga bisa terkena penyakit kronis seperti jantung, stroke, hipertensi dan diabetes. Karena kekurangan oksigen yang menahun menyebab stress pada jantung dan mempercepat kerjanya, juga terhadap otak dan organ lain.
“Diabetes juga akan sulit dikontrol karena kekurangan oksigen kronis, sehingga pada penderita diabetes tidak sensitif terhadap pengobatannya,” kata Ari menambahkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, orang-orang yang berisiko menderita OSA adalah penderita diabetes, laki-laki dan anak yang sedang menderita amandel. Orang obesitas mengalami penumpukan lemak di tenggorokan sehingga saluran nafasnya lebih sempit. Sedangkan laki-laki umumnya memiliki saluran nafas lebih kecil dari perempuan, sehingga kemungkinan mendengkur lebih besar. Demikian pula pada anak-anak yang sedang menderita amandel, saluran pernafasannya menjadi sempit.
Adapun tips sederhana untuk mengurangi dengkuran, antara lain jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja terlalu keras. Bersihkan slauran nafas terutama rongga hidung sebelum pergi tidur. Tidur dengan posisi miring dan letakan kepala lebih tinggi, ganjal dengan bantal atau tangan untuk memperlancar jalannya nafas. Hentikan kebiasaan merokok, alkohol, kurangi kelebihan berat badan dan hindari makanan berlemak sebelum tidur.
Spesialis THT dr Lanny Tanudjaya juga menjelaskan, sleep clinic merupakan fasilitas khusus untuk mempelajari gangguan saat tidur. Di sleep clinic ini akan dilakukan pemantauan tidur di malam hari, dengan memasang alat pendeteksi gangguan tidur, seperti detector untuk merekam aktivitas listrik otak, mata, otot dagu, jantung.
Ada juga pengukur saturasi oksigen, aliran udara, perekam dengkuran dan usaha bernapas dari dada serta perut. Untuk memperoleh data rekaman yang lengkap alat-alat ini dipasang selama 6 jam.
Setelah itu, dokter akan menganalisa seluruh hasil pemeriksaan untuk menentukan kualitas tidur pasien maupun jenis gangguan tidur yang dialaminya. Hal ini menjadi dasar penentuan terapi berikutnya, misalnya apakah perlu operasi bedah mulut, pemakaian alat bantu tertentu, atau sekedar modifikasi gaya hidup.
“Pemeriksaan kualitas tidur sangat dianjurkan untuk orang-orang yang dicurigai mengalami gangguan tidur, antara lain yang punya kebiasaan mendengkur dan juga orang yang ketika bangun tidur tidak merasa segar dan mengantuk di siang hari,” katanya.
Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Rumah Sakit Premier Bintaro dr Ari Cahyono, mengatakan, sebuah penelitian yang dilakukan Sleep Center di Wisconsin Amerika Serikat selama 22 tahun terhadap 1500 subjek, menyebutkan penderita yang mengalami gangguan tidur obstructive sleep apnea (OSA) ternyata lima kali berisiko lebih tinggi terkena kanker.
Bahkan seseorang yang sudah menderita kanker, pertumbuhan sel kankernya lebih cepat jika penderitanya sedang mengalami OSA berat. Belum ada penelitian lanjutan tentang korelasinya, namun diduga pada pasien OSA ketika berhenti bernafas terjadi kekurangan oksigen yang menahun sehingga memicu pertumbuhan dan perubahan sel kanker tersebut.
“Sel kanker sebetulnya juga membutuhkan oksigen, maka ketika kekurangan oksigen dalam waktu lama dia akan membentuk pembuluh darah sendiri, kemudian selnya menjalar ke mana-mana,” kata Ari dalam acara media gathering tentangan mendengkur saat tidur dan pengenalan Sleep Clinic RS Premier Bintaro, Jakarta, Rabu (30/5).
Ari menjelaskan, gangguan tidur sering luput dari perhatian orang, salah satunya yang paling banyak dialami adalah mendengkur. Mendengkur atau mengorok terjadi akibat penyempitan di saluran nafas, dan bisa menyebabkan gejala penyakit yang disebut OSA yakni sumbatan nafas pada saat tidur. Penderita OSA akan mengalami periode berhenti bernafas, dan di saat itulah ia kekurangan oksigen yang terjadi berulang-ulang.
Masalahnya, tidak semua orang menyadari jika dirinya mengalami OSA karena tidurnya lelap sepanjang malam.
Dikatakan seseorang mengalami OSA ringan ketika ia berhenti bernapas sebanyak 5-30 kali dalam sejam, sedangkan jika lebih dari 30 kali sudah tergolong OSA berat. Selain kanker, penderita OSA juga bisa terkena penyakit kronis seperti jantung, stroke, hipertensi dan diabetes. Karena kekurangan oksigen yang menahun menyebab stress pada jantung dan mempercepat kerjanya, juga terhadap otak dan organ lain.
“Diabetes juga akan sulit dikontrol karena kekurangan oksigen kronis, sehingga pada penderita diabetes tidak sensitif terhadap pengobatannya,” kata Ari menambahkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, orang-orang yang berisiko menderita OSA adalah penderita diabetes, laki-laki dan anak yang sedang menderita amandel. Orang obesitas mengalami penumpukan lemak di tenggorokan sehingga saluran nafasnya lebih sempit. Sedangkan laki-laki umumnya memiliki saluran nafas lebih kecil dari perempuan, sehingga kemungkinan mendengkur lebih besar. Demikian pula pada anak-anak yang sedang menderita amandel, saluran pernafasannya menjadi sempit.
Adapun tips sederhana untuk mengurangi dengkuran, antara lain jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja terlalu keras. Bersihkan slauran nafas terutama rongga hidung sebelum pergi tidur. Tidur dengan posisi miring dan letakan kepala lebih tinggi, ganjal dengan bantal atau tangan untuk memperlancar jalannya nafas. Hentikan kebiasaan merokok, alkohol, kurangi kelebihan berat badan dan hindari makanan berlemak sebelum tidur.
Spesialis THT dr Lanny Tanudjaya juga menjelaskan, sleep clinic merupakan fasilitas khusus untuk mempelajari gangguan saat tidur. Di sleep clinic ini akan dilakukan pemantauan tidur di malam hari, dengan memasang alat pendeteksi gangguan tidur, seperti detector untuk merekam aktivitas listrik otak, mata, otot dagu, jantung.
Ada juga pengukur saturasi oksigen, aliran udara, perekam dengkuran dan usaha bernapas dari dada serta perut. Untuk memperoleh data rekaman yang lengkap alat-alat ini dipasang selama 6 jam.
Setelah itu, dokter akan menganalisa seluruh hasil pemeriksaan untuk menentukan kualitas tidur pasien maupun jenis gangguan tidur yang dialaminya. Hal ini menjadi dasar penentuan terapi berikutnya, misalnya apakah perlu operasi bedah mulut, pemakaian alat bantu tertentu, atau sekedar modifikasi gaya hidup.
“Pemeriksaan kualitas tidur sangat dianjurkan untuk orang-orang yang dicurigai mengalami gangguan tidur, antara lain yang punya kebiasaan mendengkur dan juga orang yang ketika bangun tidur tidak merasa segar dan mengantuk di siang hari,” katanya.
0 comments:
Post a Comment