![]() |
JAKARTA – Tekanan terhadap rupiah diprediksi masih bisa terus
berlanjut hingga pekan depan. Hanya saja, pelemahan nilai tukar tidak
hanya terjadi di Indonesia, namun juga di banyak negara di dunia.
Rupiah pada perdagangan Jumat (24/8) mengalami penurunan terdalam
sejak tiga tahun terakhir, yakni menyentuh level 14.650 rupiah per
dollar Amerika Serikat (AS).
Namun, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Jumat sore
bergerak menguat sebesar 15 poin menjadi 14.630 rupiah per dollar AS
dibanding sehari sebelumnya 4.645 rupiah per dollar AS.
Peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance,
Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan tren penurunan rupiah bisa
berlanjut hingga pekan depan dengan depresiasi yang semakin besar.
“Angka psikologis rupiah adalah 14.750 rupiah per dollar AS dan ada
kemungkinan ke sana. Jika menembus lebih dari angka itu maka kemungkinan
rupiah akan terus tertekan hingga akhir tahun,” kata Bhima saat
dihubungi, Jumat (24/8).
Bhima menjelaskan, para investor masih akan terus melakukan panic
sell off atau aksi jual hingga pekan depan karena terpancing oleh
implikasi naiknya suku bunga The Fed pada September dan Desember yang
masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
“Investor akhirnya melakukan flight to quality dengan berburu
instrumen keuangan berdenominasi dollar. Ini terlihat dari indeks dollar
AS yang masih bertengger di 95,4,” papar Bhima.
Menurut Bhima, semakin melemahnya rupiah terhadap dollar AS juga
disebabkan oleh hasil ragam imbal hasil (yield spread) antara US
Treasury atau surat berharga pemerintah AS dan Surat Berharga Negara
(SBN) tenor 10 tahun yang semakin lebar.
“Sekarang ini yield obligasi AS tercatat 2,82 persen, sedangkan SBN
tenor 10 tahun menembus 8 persen. Ini artinya, semakin lebar yield
spread menunjukkan investor asing cenderung menjual surat utang
Indonesia,” ujarnya.
Perkuat Cadangan DevisaBhima menambahkan, krisis keuangan Turki dan ketidakpastian perang dagang AS-Tiongkok juga menambah parah keadaan ekonomi global. Oleh karena itu, langkah Bank Indonesia (BI) untuk mengintervensi cadangan devisa pun cukup mendesak.
BI pun diharapkan bisa terus menelurkan kebijakan guna menstabilkan rupiah. “BI juga diharapkan konsisten melakukan kebijakan preemptive dan ahead the curve dengan menaikkan bunga acuan 25–50 basis poin sebelum rapat FOMC Fed pada tanggal 25–26 September dan 18–19 Desember 2018,” kata Bhima.
Sementara itu, analis Monex Investindo Futures, Faisyal, mengatakan penurunan kurs dollar AS terhadap beberapa mata uang dunia pada Jumat sore setelah munculnya kabar mengenai pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok yang menghasilkan kemajuan meski tidak signifikan.
“Kedua negara itu bertukar pandangan tentang bagaimana mencapai keadilan, keseimbangan, dan timbal balik dalam hubungan ekonomi,” katanya.
Ke depannya, lanjut dia, investor kemungkinan akan fokus pada pidato ketua Federal Reserve Jerome Powell yang akan dijadwalkan pada pertemuan tahunan bankir di Jackson Hole, Wyoming.
“Pasar menaruh perhatian pada the Fed setelah Presiden AS Donald Trump kurang menyetujui kenaikan suku bunga Fed,” katanya. Sedangkan Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan pelemahan nilai tukar jangan dilihat nilainya saja.
Sebab, pelemahan juga terjadi di negara-negara di seluruh dunia. “Oleh karena itu, bandingkan dengan yang lain (negara lain). Pelemahan nilai tukar rupiah lebih rendah dari negara lain,” kata Perry.
Perry menjelaskan BI tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi kurs rupiah, di antaranya menaikkan bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir untuk menarik inflow.
“Alhamdulillah, inflow terutama yang long term sudah mulai masuk. Eksportir sudah mau menjual dollarnya dan swap rate kami permudah, percepat, dan murah,” tambah dia.
Ke depan, BI berkomitmen menjalankan beberapa langkah dalam rangka stabilitas kurs rupiah.
Di antaranya, penyesuaian suku bunga yang telah dilakukan dalam RDG terakhir untuk memperkuat daya tarik pasar keuangan Indonesia sekaligus menurunkan current account deficit (CAD). Ant/ahm/AR-2
0 comments:
Post a Comment