![]() |
Ratusan siswa SMK 11 Kabupaten Tangerang
mendapatkan bekal pengetahuan mengenai Keluarga Berencana (KB) dan
Generasi Berencana (GenRe) dari BKKBN Banten, Sabtu (15/12/2018).
|
TANGERANG-Remaja di Kabupaten Tangerang diimbau merencanakan masa depan sebaik
mungkin, tidak tergoda untuk ingin cepat menikah. Karena pernikahan dini
dapat menimbulkan berbagai masalah dikemudian hari.
Hal itu mengemuka dalam sosialisasi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Banten di SMK 11
Kabupaten Tangerang, Kecamatan Jayanti, Sabtu (15/12/2018).
Kegiatan bertajuk Pengendalian Penduduk Bersama Mitra Tahun 2018 itu
memberikan pemahaman kepada ratusan siswa pentingnya merencanakan usia
pernikahan, menjaga pergaulan agar terhindar dari pengaruh buruk yang
dapat merusak masa depan, seperti penyalahgunaan Napza serta seks pra
nikah.
"Remaja Tangerang ini harus menjadi remaja yang luar biasa, karena
kalian memiliki kesempatan yang jauh lebih baik, dapat pendidikan yang
baik," imbau Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DPPKB) Kabupaten Tangerang Teteng Jumara.
Teteng juga menyampaikan, remaja di Tangerang menghadapi tantangan
yang besar, karena akan merasakan fase bonus demografi. Kata Teteng,
bonus demografi akan menjadi berkah jika kualitas sumber daya manusianya
tinggi, namun juga menjadi musibah ketika generasi milenials saat ini
tidak mempersiapkan diri untuk menyongsongnya.
"Setiap negara mengalami satu kali bonus demografi. Yaitu ketika
jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif.
Tantangannya, kalau kualitas SDM kita baik, maka akan membuat
produktifitas negara meningkat, namun jika sebaliknya, hanya akan
menjadi beban negara," bebernya.
Hal senada disampaikan Kabid Pengendalian Penduduk pada BKKBN
Perwakilan Banten Budoyo. Ia mengingatkan, agar remaja yang sedang fase
pertumbuhan menuju dewasa tersebut tetap menjaga intensitas komunikasi
dengan orang tuanya. Karena menurutnya, pada fase ini, proses komunikasi
dengan keluarga berkurang, karena asyik dengan teman sebaya atau
lingkungan diluar rumah.
Budoyo berpesan demikian karena persoalan remaja kerap melanda karena
menurunnya kualitas komunikasi dengan orang tua. Padahal menurutnya,
meskipun seorang remaja sudah merasa lebih banyak tahu dari orang
tuanya, namun soal pengalaman, orang tua tetap jauh lebih banyak.
"Minimal sekali sehari tetap bisa berkumpul bersama orang tua,
misalnya saat sarapan. Momen seperti ini harus dijadikan kesempatan
terjalinnya komunikasi. Kalau ada masalah, ceritakan kepada orang tua,
mereka jauh lebih berpengalaman dalam mengatasinya," pesan Budoyo kepada
para peserta yang notabene generasi milenials.
Selain Budoyo, hadir juga narasumber Ketua Koalisi Pengendalian
Penduduk Provinsi Banten Enggar Utami. Perempuan yang sehari-hari
berprofesi sebagai akademisi itu dengan penuh semangat mengajak remaja
untuk berkiprah melalui berbagai program yang disediakan oleh BKKBN,
salah satunya Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja).
Ia mengimbau, disetiap sekolah terdapat PIK Remaja karena menjadi
wahana bagi remaja yang sedang dalam proses pertumbuhan mengetahui
informasi terkait dirinya. Dengan berbekal informasi tersebut, maka
setiap remaja akan sadar dan terhindar dari tindakan yang akan merugikan
bahkan merusak masa depannya.
"Salah satunya soal usia pernikahan, kalian tahu berapa usia ideal
menikah untuk perempuan dan laki-laki?," Tanya Enggar kepada peserta
yang kemudian dijawab dengan jawaban beragam pertanda bahwa mereka
(remaja) tersebut belum tersentuh pengetahuan tentang Generasi Berencana
(GenRe) sebagai program BKKBN untuk remaja.
"Oke, sekarang kalian harus tahu dan harap dicatat, bahwa usia ideal
menikah pertama untuk perempuan adalah 21, sementara laki-laki adalah 25
tahun. Kenapa diusia ini? karena secara fisik maupun mental sudah siap.
Kalau dibawah usia itu disebut pernikahan dini, banyak ruginya
pernikahan dini itu, terutama bagi perempuan," papar Angger.
Peserta pun kemudian diperkenalkan dengan berbagai program BKKBN,
diantaranya Keluarga Berencana (KB) dan Generasi Berencana (GenRe).
"Jadi pengendalian penduduk melalui KB dan GenRe itu tujuannya bukan
sekedar membatasi jumlah kelahiran, melainkan meningkatkan kualitas
keluarga. Karena dengan keluarga yang berkualitas, maka akan lahir
keturunan yang berkualitas," paparnya.
0 comments:
Post a Comment