SERANG, (KB).- Pemprov Banten terapkan teknologi
‘hydrocolour’ dan ‘fish-gis’ untuk nelayan di Banten. Teknologi itu,
memungkinkan nelayan mendeteksi keberadaan ikan dengan cara melihat
kondisi air laut, semakin mudah menangkapnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Banten H Suyitno menuturkan,
penerapan teknologi ini terlaksanana atas kerjasama antara Pemprov
Banten, Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan organisasi
tingkat asia yang fokus mengembangkan teknologi tersebut.
“Banten yang pertama di Indonesia, sebagai pilot project,” kata
Suyitno, usai kegiatan workshop internasional ‘Kaji terap teknologi
hydrocolour dan fish-gis’, di Ballroom Bappeda Banten, KP3B, Curug, Kota
Serang, Selasa (9/7/2019).
Dia mengatakan, penerapan teknologi tersebut dapat mempermudah
nelayan dalam mendeteksi keberadaan ikan. Selain keberadaan ikan,
teknologi tersebut juga mampu mendeteksi kondisi air laut.
“Nanti kan bisa dideteksi dari warna, ini ada ikannya atau tidak,
karena berkaitan. Terus misalnya apakah ini (air laut) tercemar, bisa
diindikasikan dengan warna-warna. Dengan planton dengan kloripil
semuanya menandakan bagaimana kondisi air,” katanya.
Teknologi tersebut ramah lingkungan, sehingga tidak akan merusak
kelestarian lingkungan. Ia berharap, kedepan produksi ikan di Banten
semakin meningkat. “Tahun 2018 107000-an ton, sekarang (tahun 2019)
masih berjalan. Termasuk tidak hanya produksi saja, dalam kelestarian
lingkungan, keberlanjutan,” katanya.
Sebelum penerapan teknologi tersebut, kata dia, selama ini nelayan di
Banten masih menggunakan cara konvensional dalam menangkap ikan. “Ini
kan konvensional, pengalaman, bintang bisa dilihat, tanda alam, dengan
suasa air, cuaca, konvensional. Tapi juga ada alat bantu, ada fish
finder, ada GPS,” katanya.
Sekda Banten Al Muktabar menuturkan, potensi ikan dan laut di Banten
sangat tinggi. Akan tetapi, nelayan Banten masih banyak menggunakan
tenaga manual. Untuk itu, Sekda berharap ada sejenis teknologi yang
mempermudah nelayan dalam menjalankan kerjanya.
“Kita sadari betul potensi laut dan ikan di Banten sangat tinggi,
sayangnya teknik kita belum maksimal. Semoga hasil workshop ini
menghasilkan teknologi yang mempermudah para nelayan, saya juga mau
mengajak setiap individu untuk menjaga dan melestarikan ekosistem laut
di Banten,” katanya.
Kelompok Nelayan Kakap Karangantu, Kadma mengatakan, selama ini
dirinya masih menggunakan tenaga manual. Ia berharap, penerapan
teknologi dapat berguna untuk mempermudah menangkap ikan.
“Saya belum tahu bentuk teknologinya seperti apa, yang jelas saya
harap bisa memudahkan kerjaan saya karena kan selama ini kita kebanyakan
pakai alami aja gitu,” katanya.
0 comments:
Post a Comment