Menjaga agar tetap hidup bermartabat,tidak harus berarti mengumpulkan
harta sebanyak banyaknya ataupun mengoleksi sebaris titel sarjana.
Maupun meraih jabatan yang menggiurkan. Karena martabat seorang manusia,
sesungguhnya tidaklah ditentukan oleh semuanya itu.
Martabat
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari harkat diri kita sebagai
manusia yang berbudi luhur. Salah satu sisi yang sering membuat orang
terjerumus dan kehilangan martabat diri,adalah lupa diri. Seperti kata
pribahasa” bagai kacang lupa pada kulitnya”Yang esensialnya adalah :”
jangan pernah melupakan budi orang yang sudah mengantarkan kita menjadi
sukses”
Karena
bilamana hal ini dilakukan,maka hati nurani kita akan mengutuki diri
sepanjang hidup dan akibatnya ,apa sebanyak apapun harta yang berhasil
dikumpulkan,entah karena alasan apa,akan punah.Begitu juga ketenaran
yang berada dalam genggaman tangan, akan menyurut,memudar dan akhirnya
sirna. Disinilah hukum tabur dan tuai menunjukkan ,bahwa di dunia
ini,tak seorangpun akan luput dari hukum ini,”siapa yang menabur,maka ia
akan menuai” Yang menabur benih tidak tahu membalas budi,maka alam akan
melakukan pembalasan berlipat lipat kali.
Mengapa bisa terjadi demikian? Apakah masih berlaku kutukan seperti legenda Si Malin Kundang,yang menduharkai ibu kandungnya ,dikutuk menjadi batu?”
Mengapa bisa terjadi demikian? Apakah masih berlaku kutukan seperti legenda Si Malin Kundang,yang menduharkai ibu kandungnya ,dikutuk menjadi batu?”
Logikanya sesungguhnya sangat sederhana. Apapun yang keluar ,akan
kembali berlipat ganda,baik positif maupun negative .Yang dapat
dianalogikan seperti ketika kita berada di sebuah lembah .Bila kita
berteriak :” Kamu gilaaa “ Maka suara kita akan beresonansi dan dalam
sedetik kemudian alam akan memantul ulangkan apa yang sudah kita
teriakkan ,yakni :” Kamu gila,kamu gila,kami gila. gilaa !”
Sebaliknya,
bila kita mengatakan sesuatu yang positif,misalnya :” Kamu sukses
!”Maka sedetik kemudian ,suara kita akan beresonansi dan alam akan
mengembalikannya dalam bentuk gaungan :” kamu sukses…kamu
sukses..sukses,,,sukses!”
Hidup Tidak Luput Dari Hukum Resonansi
Hukum
resonansi itu nyata dan faktual.Apa saja yang kita lakukan,baik yang
tampak oleh orang lain,maupun yang dilakukan secara sembunyi sembunyi
tak akan pernah luput dari hukum resonansi. Bila kita menolong orang
dengan ikhlas, mungkin saja orang yang kita tolong, tak akan pernah
memiliki kesempatan untuk menolong kita.Tapi pasti akan ada saatnya
orang lain yang mungkin sama sekali tidak dikenal yang akan menolong
kita dalam kondisi dan situasi yang membahayakan kehidupan kita.
Sepotong Pengalaman Hidup
Dalam
perjalanan hidup, seringkali dalam kondisi bahaya dan kritis,saya
ditolong oleh orang yang sama sekali tidak saya kenal . Umpamanya
,ketika saya tenggelam di sungai dan dilaut dan ketika single accident,
saya terkapar tidak sadarkan diri di jalan raya .Peristiwa peristiwa
inilah yang saya jadikan pelajaran hidup.bahwa tidak ada perbuatan baik
yang sia sia. Tidak percuma saya sering membantu orang yang sedang dalam
membutuhkan pertolongan,walaupun orang yang saya tolong, bahkan tidak
tahu,bahwa saya yang menolongnya. Ternyata ada waktunya ,saya juga
ditolong orang yang tidak saya kenal.
Intinya adalah sekecil
apapun pertolongan orang kepada kita, apalagi bila ada orang yang telah
berbaik hati membantu kita menemukan jalan untuk menuju kepada
kesuksesan, jangan pernah kita menjadi seperti kacang lupa pada
kulitnya. Mungkin kita tidak dapat membalas kebaikan orang yang sama,
tapi kita dapat mengaplikasikan rasa terima kasih kita, dengan
menerapkan hidup saling tolong menolong kepada siapapun. Menolong orang
adalah menolong diri sendiri. Berbuat baik kepada orang lain adalah
berbuat baik untuk diri kita sendiri. Karena apapun yang kita lakukan
,akan beresonansi pada alam semesata dan akan kembali lagi kepada kita
dengan berlipat ganda.
Tjiptadinata Effendi
0 comments:
Post a Comment